Sabtu, 18 Januari 2014

Posted by Heri I. Wibowo | File under : ,


               
Iron Ore Pellet(Bijih Besi)
                
Jadikan diri kita seperti bijih besi yang kini kau genggam erat. Yang begitu kuat, juga begitu bermanfaat. Bijih besi yang baik dimurnikan dengan menghilangkan kadar-kadar mineral yang tak diinginkan hingga mencapai kemurnian 94% dengan cara yang tepat. Dan akibat hal inilah, sampai sekarang kita masih mengimpor bijih besi karena teknologi untuk itu belum didapat. Lalu warna ungu yang ada di lapisan luar adalah oksida yang terjadi pada bijih besi yang mungkin senada dengan karat. Namun bagian dalam tetap tak tersentuh kemurniannya dengan warna yang keperakan jika dilihat dengan cermat.               

                Sebagaimana kita jika ingin menjadi seperti bijih besi. Beratnya kehidupan boleh jadi  merubah sedikit bagian luar penampilan diri. Namun bagian terdalam diri kita ini, tak pantas jika ia ikut serta menjadi sesuatu yang selalu berubah mengikuti jalannya hari. Dan sebagaimana pula bijih besi, kita pun harus siap untuk “dibakar” dalam tungku bertemperatur 16500 C agar menjadi logam yang sesuai kebutuhan yang diingini. Tak lupa tambahan paduan dengan resep-resep yang telah teruji. Sehingga tak seharusnya kita selalu mengeluh jika harus “dibakar” panasnya tungku kehidupan dan ditambahkan hal-hal sesuai resep Ilahi, demi menjadikan kita lebih bermanfaat di dunia ini. Selama itu bukan panasnya tungku neraka nanti.

Batubara
                Begitu pun kita jika ingin laksana batubara. Meski dari luar dia tak lain dari arang semata, namun pengalaman mengalami tekanan jutaan tahun menjadikannya memiliki kandungan kalori yang lebih dari yang pertama. Sehingga tak pernah kita dapati PLTU memakai arang biasa, kecuali untuk panggangan  sate yang kita punya. Pembakaran merupakan proses yang harus dialami batubara, yang lama kelamaan akan menghabiskan dirinya. Namun kita jangan lupa, dia tetaplah abadi selamanya. Karena energy selalu abadi seperti kata salah satu hukum fisika.

                Begitu pula diri kita jika ingin meneladani. Sejumput hikmah darinya yang sedang kupikirkan malam ini. Beratnya tekanan yang kita lalui, selayaknya menjadikan berbeda dengan orang kebanyakan karena kita mempunyai kualitas lebih tinggi. Bukan maksud diri membuat sombong hati, tetapi lebih pada instropeksi. Dan mungkin suatu saat nanti, kita habis dan bahkan mati dalam perjuangan ini. Namun selalu percayai, jika semua sesuai yang diniati yaitu ridho Ilahi, maka tak perlu takut semua hanya sia-sia di kemudian hari.

Jumat, 10 Januari 2014

Posted by Heri I. Wibowo | File under : , , ,


                Sekarang mau menulis yang agak serius sedikit. Tulisan ini lebih berisi reportase kegiatan namun akan saya usahakan dalam bentuk narasi(halah, ngomong opo to iki). Sebuah catatan akan kegiatan yang sebenarnya sudah lama saya ikuti namun baru bisa ditulis sekarang karena selembar kertas yang jadi tempat saya merekam peristiwa hilang ketlingsut di jajaran meja buku saya—sampai kemarin sore.

    Saat itu, saya diajak untuk hadir dalam Tabligh Akbar yang bertema “Muslim Solidarity”. Nih posternya:

           


                Singkat cerita, hari H. Setelah perjalanan yang menyenangkan ke kampus IT Telkom, akhirnya hari itu resmi pula saya menginjakkan kaki di kampus tersebut. Man, sudah 2,5 tahun di Bandung tapi selama ini cuma bisa lihat dari jalan saja.

                Berikut adalah hasil mencatat saya dari para narasumber dalam acara tersebut.

Kamis, 09 Januari 2014

Posted by Heri I. Wibowo | File under : ,


Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata: “Maka tujuannya adalah agar seluruh agama (ketundukan) milik Allah semata dan kalimat Allah menjadi kalimat yang tertinggi.

Kalimat Allah adalah nama menyeluruh yang mencakup semua kalimat-kalimat-Nya yang dimuat oleh kitab suci-Nya. Demikianlah Allah berfirman: Sesungguhnya Kami telah mengutus rasul-rasul Kami dengan membawa bukti-bukti yang nyata dan telah Kami turunkan bersama mereka Al Kitab dan neraca (keadilan) supaya manusia dapat melaksanakan keadilan.

Maka tujuan dari diutusnya para rasul dan diturunkannya kitab-kitab suci adalah agar umat manusia melaksanakan keadilan baik dalam hak-hak Allah maupun dalam hak-hak makhluk.

Allah kemudian berfirman: Dan Kami menurunkan besi yang padanya terdapat kekuatan yang hebat dan berbagai manfaat bagi manusia, (supaya mereka mempergunakan besi itu) dan supaya Allah mengetahui siapa yang menolong (agama)-Nya dan rasul-rasul-Nya padahal Allah tidak dilihatnya.

Maka barangsiapa menyimpang dari kitab suci, ia diluruskan dengan besi. Oleh karena itu tegaknya agama adalah dengan mushaf dan pedang. Dan telah diriwayatkan dari Jabir bin Abdullah radhiyallahu anhu, ia berkata: “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa salam telah memerintahkan kepada kami untuk memukul dengan ini [yaitu pedang] orang yang menyimpang dari ini [yaitu mushaf].”

Jika inilah yang menjadi tujuannya, maka hendaklah tujuan itu diraih dengan sarana yang paling dekat kepada tujuan, kemudian dengan sarana yang lebih dekat kepada tujuan…” (Majmu’ Fatawa, 28/263-264)


Senin, 06 Januari 2014

Posted by Heri I. Wibowo | File under :
Ini adalah screenshot medan pertempuran semester kemarin yang berdarah-darah

Dan inilah semester medan pertempuran semester ini, adem melihatnya :v


Manusia, waktu gagal terus bilang yang buruk-buruk. Namun pas diberi keberhasilan malah bilang gak seru. Lihat saja di Tineline dan Newsfeed saya :v

Posted by Heri I. Wibowo | File under : , ,



             Hari Kamis kemarin, saya “terpaksa” ikut Bapak Mamak pulang kampung ke Boyolali buat silahturahim. Duh, jadi mudik kuadrat deh kalo gini. Lalu seperti biasa jika kami datang, maka seluruh saudara akan berkumpul di rumah nenek saya. Sebagian besar anak-anaknya, cucu-cunya, dan cicit-cicitnya. Dan FYI, dari 15 cucunya tinggal 6 yang masih jomblo. Dengan saya masuk ke golongan yang 6 orang itu. Karena yang 3 sudah jelas rencananya tahun ini, maka tinggallah 3 orang—saya, adik saya, dan sepupu saya yang masih kelas 3 SD. Otomatis pertanyaan tajam mengarah ke saya(padahal 6 bulan juga udah ditanya pas lebaran). Tentu, dalam Bahasa Jawa Boyolali-an.
Posted by Heri I. Wibowo | File under : ,


                Maaf saya baru bisa menulis lagi hari ini(jika memang ada yang suka baca tulisan aneh saya :p ). Yaaah, karena mudik semesteran kemarin merupakan mudik terpendek saya dalam sejarah saya menjadi penuntut ilmu di kampus gajah ini. Akumulasi dari kerjaan yang numpuk, perencanaan yang buruk, dan akhirnya tiket pun kehabisan. Baiklah, cukup intronya. Jadi, apa yang mau saya bagi hari ini? Wow, banyak. Bahkan satu sama lain tidak berhubungan karena saya ingin menuliskan intisari(bahasa bagusnya) dari perbincangan saya dengan keluarga, saudara, bahkan sopir bus.

                Pernah saya berbincang dengan adik saya yang sekarang masih kelas 5 SD. Pada awalnya saya sedang buka situs yang sedang tren di kalangan mahasiswa ITB: Ol.akademik.itb.ac.id. Sebuah situs yang seolah menjadi lembar pertanggungjawaban selama kuliah satu semester pada orang tua. Lalu adik saya bilang(dalam Bahasa Jawa Semarangan tentu, karena saya tidak suka jika ada yang pakai Bahasa Indonesia di rumah),”Berapa Mas IP mu?”

Rabu, 01 Januari 2014

Posted by Heri I. Wibowo | File under :

malam ini,
saat dikau menatap bulan,
yakinlah kita melihat bulan yg sama,
mensyukuri banyak hal,
berterima-kasih atas segalanya,
terutama atas kesempatan untuk saling mengenal,
esok-pagi, semoga semuanya dimudahkan..

malam ini,
saat dikau menatap bulan,
yakinlah kita menatap bulan yang satu,
percaya atas kekuatan janji-janji masa depan,
keindahan hidup sederhana, berbagi dan bekerjakeras,
mencintai sekitar dengan tulus dan apa-adanya..

malam ini,
saat dikau menatap bulan,
yakinlah kita menatap bulan yang itu,
semoga Yang Maha Memiliki langit memberikan kesempatan,
suatu saat nanti, dengan segenap pemahaman baik
menjaga kehormatan perasaan
kita menatap bulan,
dari satu bingkai jendela

Oleh Darwis Tere Liye
Sumber