Senin, 29 September 2014

Posted by Heri I. Wibowo | File under : , , ,



               
Maaf lama tidak update blog, sehingga mungkin saja ada pembaca yang menanti-nanti. Kalau yang ini bukan karena tidak ada ide atau sedang stuck inspirasi. Bahkan rancangan tulisan saya setidaknya hingga kini telah ada 8 tema. Namun yang terjadi pada saya ternyata lebih berbahaya dari itu semua: saya sedang malas menulis! Sehingga mohon dimaklumi jika tulisan berikut lebih merupakan catatan kegiatan saya, itung-itung buat melemaskan jari dan lutut—eh bukan, maksudnya otak. Dan bagi pihak-pihak yang nantinya ikut meramaikan cerita ini, saya mohon maaf juga jika isinya saya-sentris.

                Bagi saya sendiri, salah satu hal yang paling memuakkan di dunia ini adalah ketika rencana menjelma jadi sekedar wacana. Makanya, ketika rencana telah tersusun 3 hari yang lalu untuk melakukan pendakian ke Gunung Papandayan, saya pun menjanjikan satu hal: Ikut jika sakit lutut akibat salah posisi duduk saat makan Ayam Goreng Sambal Mangga ini baikan. Meski artinya itu saya harus merelakan tidak ikut nonton pameran mobil-mobil keren di IIMS (maaf ya, soalnya mundur sih rencananya hehe). Dan ketika hari-H tiba, saya pun bela-belain buat menembus kemacetan dari Jalan Cisitu untuk menuju ke Jalan Plesiran meskipun badan pegel semua akibat akumulasi kurang tidur, lutut belum asyik bener, dan kemacetan tak tertahankan akibat HUT Kota Bandung dipusatkan di Dago. Karena saya pernah mendengar kata seorang kawan,”Laki-laki itu pakai otak kalau berjanji. Tapi sekalinya berjanji, berusahalah untuk menepati!”

Sabtu, 06 September 2014

Posted by Heri I. Wibowo | File under : , , ,


Bismillah,

Sudah lama sekali sejak saya mem-posting salah satu genre terbaik saya: serial halaqah. Yah, maklumi saja karena terkadang ada hal-hal yang membuat saya bolos tidak sempat menuliskannya di blog. Sehingga, semakin menumpuk dan menumpuk dan akhirnya menjadi lebih malas lagi hehe.

Baik, sekarang biarkan saya memulai kembali kebiasaan baik tersebut. Kali ini halaqah bertema mengenai hikmah yang ada dalam hadits berikut:

Dari Ibnu 'Umar radhiyallahu 'anhu berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam memegang kedua pundakku lalu bersabda, "Jadilah engkau hidup di dunia seperti orang asing atau musafir (orang yang bepergian)." Lalu Ibnu 'Umar radhiyallahu 'anhu menyatakan, "Apabila engkau berada di sore hari, maka janganlah menunggu hingga pagi hari. Dan apabila engkau berada di pagi hari maka janganlah menunggu hingga sore hari. Pergunakanlah waktu sehatmu sebelum datang waktu sakitmu. Dan pergunakanlah hidupmu sebelum datang kematianmu." (HR. Al-Bukhariy no.6416)

Kamis, 04 September 2014

Posted by Heri I. Wibowo | File under : ,
"Eh Pak, uang jajan adek kurang nih. Gimana kalo tv yang ada di ruang keluarga itu DIJUAL aja?

Eh2, laptop bapak kayaknya di rumah juga cuma nganggur, dipakainya di kantor doang, JUAL aja yah?

 

Eh iya Bu, kan panci presto yang ada di dapur itu juga jarang dipake, JUAL juga aja ya?

 

Eh kakak kakak, sepeda motornya ngabisin bensin tuh, JUAL aja ya?"

Rabu, 03 September 2014

Posted by Heri I. Wibowo | File under : , , ,


                Tersebutlah pada suatu masa, terdapat seorang pria yang begitu cemerlang, setidaknya untuk ukuran masa itu. Di mana ukuran prestasi adalah seberapa luas tanah yang kau kuasai, berapa banyak negeri yang kau taklukkan, jumlah pasukan yang tunduk padamu, dan banyaknya manusia yang gemetar bahkan ketika mereka baru mendengar rencanamu untuk menguasai jajahan baru.

                Maka ia pun mulai membangun suatu ikatan kuat dengan orang-orang yang ia proyeksikan untuk menjadi jenderalnya. Mulai menempa mental orang-orang yang ia inginkan sebagai pengikut. Dan visinya seolah didukung semesta untuk terwujud. Dan terciptalah sebuah angkatan perang yang terkenal dengan taktiknya yang bisa disebut “Super Blitkrieg”. Hal ini karena kecepatan mereka dalam memobilisasi pasukan berkudanya lebih cepat daripada pasukan panzer Der Fuhrer NAZI. Ada yang bilang sampai tiga kali lipatnya, dan suplai logistic yang terencana dengan mengambil sumber dari daerah yang telah ditaklukkan (hal ini sangat mungkin terjadi karena waktu itu belum ada angkatan udara yang memungkinkan serbuan jauh ke jalur belakang lawan untuk memotong konvoi logistik).