Minggu, 22 Maret 2015

Posted by Heri I. Wibowo | File under : ,





               
Hari-hari ini saya sedang menekuni buku Pidi Baiq yang berjudul “at-twitter”, kumpulan tweet-nya yang sarat pemikiran dan kritik sosial mendalam dengan tagline: Google menjawab semuanya, Pidi Baiq menjawab semaunya. Dan saya tertarik dengan kalimat pembuka di setiap babnya yang begini: “Bandung di rumahku terbuat dari Bob Dylan. Dari buku Television’s Culture of Stupidity. Dan dari monyet yang tadi kulihat di cermin. Hmm.”

                Maka dari itu saya pun ingin membuat yang versi saya:

“Bandungku hari ini dibuat dari pagi yang dingin dan sejuk, beserta ritual paginya. Beserta kepuasan yang tercipta bersamaan ritual pagi yang terlaksana: seratus kali push up dan kawan-kawannya. Juga sarapan yang damai sambil membaca koran yang berisi berita tentang depresiasi rupiah yang katanya justru menarik investor.”


                Ya, inilah Bandung. Kota yang hebat itu. Kota yang tetap bisa berusaha mempertahankan keramahannya. Kabut yang masih menghiasi sebagian hari-harinya. Malam yang masih ramah bagi mereka yang insomnia. Juga kampus terbaik yang pernah saya masuki, beserta setiap cerita yang ada di dalamnya. Dan tentu, gadis-gadisnya yang menawan hati ehehe.

                Bahkan saya pernah mendapat banyak pengalaman mengesankan bersama urang Bandung. Berikut ceritanya:

1.       Taksi

Saat itu, saya sedang mengantar saudara saya ke Bandara Husein, dia akan kembali ke Pontianak karena kerjanya memang di sana. Waktu pulang, saya pun disuruhnya naik taksi saja (waktu itu belum ada motor). Nah, sering kan taksi di sini main tembak. Yasudah, toh saya abis dapat uang saku hehehe. Oleh karenanya saya tembak dari Bandara Husein ke kampus 25 ribu. Bapaknya yang menawari dan saya langsung setujui.

Ternyata jalanan macet, dan sepanjang jalan kami pun saling bercerita. Bagaimana dulu beliau sebenarnya oang berada, tapi karena satu dan lain hal kena PHK hingga akhirnya sekarang jadi sopir taksi. Nah, ini yang keren. Ternyata, akibat macet dan semuanya, maka di argo biayanya sampai lebih dari 25ribu.

Waktu saya bayar sesuai yang di argo, bapaknya malah tidak mau. Masyaa Allah, beliau bilang begini,”Saya kan tadi sudah bilang 25 ribu. Ya segitu saja. Doakan nanti anak saya bisa masuk kampus ini juga.”

2.       Nyerempet mobil

Hari rabu kemarin, saya sedang dalam perjalanan pulang dari ngajar. Akibat sudah lumayan mengantuk dan pikiran sedang meleng, saya pun kena masalah. Ceritanya, mobil yang di depan saya mengerem mendadak akibat mobil yang di depan-depannya juga mengerem mendadak. Oleh karenanya saya pun mendadak mengerem sambil banting ke kiri. Qadarullah, setang kanan saya masih ketinggalan sehingga bikin lecet itu mobil. Sama orang-orang disuruh parkir dulu ke depan. Ya sudah.

Awalnya 3 penumpang yang di belakang turun dan pasang wajah (sok) marah. Waah, boleh nih olahraga dikit. Udah siap-siap, eh yang punya mobil turun dan dengan wajah sangat ramah ngajak ngobrol soal urusan barusan. Kami pun diskusi, akhirnya kami sepakat bahwa ini kesalahan bersama. Dan akan diselesaikan lain waktu. Mau ditanggung bareng.

Hari itu, saya telat menemui yang punya mobil karena kehabisan bensin di Cimahi. Ya sudah tak enak hati, namun dia masih mau menunggu di kampus. Nego-nego, disepakati suatu jumlah yang harus saya bayarkan sebagai ganti rugi.

Saya(H)                : Kalo sekian bagaimana mas?
Dia(D)   : Saya mah gak masalah berapa-berapanya. Yang penting ada itikad baik aja.
H             : Kalo saya ya maunya gak bayar hahaha. Tai bener, mas ridho kalo segitu?
D             : Santai aja mas, kan namanya di jalan itu kalo gak nabrak ya ditabrak. Saya gak mau dikira gimana-gimana nantinya.
H             : Yak an kalo gak ridho saya takut ini jadi hutang saya di akhirat. Amal saya kan udah cupu, masa mau nambahin dosa hehe.
D             : Gak kok mas, saya gak masalah hehe.
H             : Oke, deal? Yaudah sekarang ke ATM yok.
D             : Boleh…

Karena terkesan dengan kebaikannya, saya berniat mau nambahin. Waktu saya kasih, udah saya tambahin tanpa bilang. Gak tahunya dihitung dulu, terus dibalikin lah. Setelah ‘berdebat’ sebentar, akhirnya uang itu masuk lagi ke kantong saya. Luar biasa mas ini, yang namanya juga Hery.

H             : Mungkin pertemuan kita tidak diawali dengan baik, tapi semoga ke depannya bisa lebih baik mas.
D             : Yoi, santai aja mas. Kalo ada anak kimia yang paham elektroplatting, kabarin saya ya.

Dan kami berjabat tangan, yah, betapa banyak hal yang baik diawali dengan hal-hal yang tak terpikirkan.


Ya, itulah cerita saya hari ini. cerita tentang Bandungku yang indah hari ini…
               

0 komentar:

Posting Komentar