Selasa, 03 Maret 2015

Posted by Heri I. Wibowo | File under : ,
Bukan lagi liatin orang pacaran kok,tapi seorang bapak dengan anak perempuannya :)


                Kisah pun berlanjut, yaitu ke JOGJAAAAAAA hahahaha….

                Kali ini personil bertambah dengan si Rohman, anak ke-6 Bapak dan Ibu Si Madun, yang gemar sekali bilang “Ora patut!”, masih kelas 3 SMA, paling berpigmen (sorry, guyon hahaha), paling besar badannya, sedang pusing fisika buat UN, dan bercita-cita masuk Fakultas Kedokteran. Ya, inilah penampakan beliau.


Bahkan buat ikut kami ke Jogja, dia ini sampai izin gak masuk sekolah.
Gokil emang!



                Dan tujuan kami hari Jum’at kemaren ada 3 tempat:

UGM

                Universitas Gajah Mada. Salah satu perguruan tinggi terbaik dan terkemuka di negeri ini, yang telah melahirkan banyak pemimpin di negeri ini. memang, UGM itu sehebat namanya, yang diambil dari nama Mahapatih Majapahit yang perkasa. Ah, betapa dulu saya ingin bisa berkuliah di sana.

Masjid

Nyendol dulu

Itu Ucup ngapain coba

Gerbangnya keren

                Akhirnya, kesempatan itu pun datang. Saya berkesempatan menimba ilmu dengan cara ikut kuliah singkat pada kegiatan Shalat Jum’at di Masjid Kampus UGM. Lalu ada 3 hal hebat yang saya dapatkan waktu itu:

1.       Ketika selesai shalat, hadirlah Syeikh Abu Ayyash Al-Najjar, salah satu menteri dari HAMAS yang memerintah Jalur Gaza. Kenapa saya menebak kalau beliau adalah kader HAMAS? Ya karena yang menguasai Jalur Gaza itu HAMAS. La’nat Allah untuk kalian monyet-monyet zionis, serta munafiqin di kalangan orang yang mengaku islam namun bekerja sama dengan musuh dalam membuat warga Syam di Palestina menderita. Semoga leher kalian semakin lunak untuk dipenggal.

Lagi ceramah, tapi saya ga paham bahasa arab :\

Tuh poster beliau


2.       Saya menjumpai seseorang yang sangat hebat. Saat itu, sembari menunggu kawan yang mahasiswa UGM, kami duduk-duduk di undakan masjid. Tanpa sadar, dari belakang serasa ada tangan yang menyasar kantong celana belakang saya. Refleks, tangan saya berniat menghantam apa pun yang ada, siap untuk “olahraga” sedikit di masjid.                

Untunglah, Allah Menahan tangan saya. Sepersekian detik saya menyadari dari sudut mata bahwa itu tangan seorang laki-laki tua. Beliau berulang kali minta maaf karena menyentuh jamaah-jamaah lain, termasuk saya. Ternyata, beliau sedang mencari-cari sapu dan kemoceng dagangannya. Dan saya pun akhirnya menyadari satu hal: Beliau buta…    
Masyaa Allah, Allahu akbar! Seorang yang mendapat udzur tersebut datang ke masjid untuk shalat jum’at. Selain itu, beliau pun tetap bekerja, bukan meminta-minta. Sungguh mulia derajat beliau itu! 

Tak sampai di situ hati saya hancur berkeping-keping. Tak lama kemudian beliau mulai memegangi semua sandal yang ada di dekatnya. Di raba-raba. Saya perhatikan terus, hingga beliau menemukan suatu sandal dan menyimpannya. Saya yang masih malu dan patah hati ini pun, hanya mampu mengambilkan sebela sandalnya. Ya Allah, inilah dia hamba-Mu memuliakan hamba-Mu yang mulia!

Tuh beliau dari kejauhan
               

Dan saya, jujur, meneteskan air mata di sana. Saya berdiri, dan pergi sejenak. Sekedar mengeringkan mata yang mulai banjir itu. Kawan-kawan saya, semoga tidak ada yang menyadarinya…      

3.       Saya bertemu dengan dua teman saya semasa di kelas Olimpiade dulu; Huda dan Alvin. Yang satu makin panjang saja jenggotnya, yang satu makin kelihatan sebagai eksekutif muda saja. Kami tak sempat bercerita banyak, hanya bersalaman dan melepas rindu sejenak. Karena mereka memiliki kesibukan lain, bukan seperti saya yang ngegabut ini.


Paris

                Setelah dari Masjid Kampus UGM, rencananya kami akan mengunjungi Museum Dirgantara. Saya, tentu sangat gembira! Paling gembira mungkin. Tidak menyangka orang-orang ini akhirnya bisa merasakan aura kedahsyatan AURI yang pada era 60-an merupakan AU terbesar di belahan bumi selatan. Dengan dua skadron bomber TU-16. Aushit pun terkencing-kencing ketika sebuah TU-16 melakukan terbang relly dari Lanud Abdurachman Saleh ke Singapura lanjut ke Darwin tanpa isi ulang bahan bakar. Mereka akan menjumpai sebuah rudal darat-udara S-75, yang tercanggih pada masanya.            

                Dan akan menangis terenyuh bersama saya ketika politik merusak kedigdayaan itu, ketika Pak Harto malah membeli pesawat-pesawat rongsokan dari Negara Blok Barat.  

                Namun rencana tinggallah rencana. Karena terlalu lama saat makan siang, jadilah kami langsung menuju tujuan berikutnya: Paris alias Parang Tritis! (Anu tidak ikut karena katanya ada janji dengan ehemnya yang di Solo, jadilah ia pulang duluan. Yah, emang deh gitu rasanya cowok yang sedang ‘jatuh’ hehehe)

Paris 1


Anak2 pun menggila

Udah agak mulai teratur

"LOVE"
L (Ucup), O (saya), V (Faiz), E (Madun)

Enggak nggalau kok :p

"Negeri ini indah sekali Tuhan. Bantu kami menjaganya, aamiin..."
                Meskipun saya orang Boyolali, baru kali ini berkesempatan menuju pantai tersebut. Dan kami tepat sampai di sana pada pukul 17.30, cocok untuk menggalau sambil memandangi matahari terbenam. Yang konyol adalah sang tuan rumah. Karena ingin menghemat celana dalam, maka dia tidak mau main air sambil memakainya. Dengan kemeja flannel, ia pun mengharap kami menjadi barikade yang menutupinya ketika ia melepas celana dalam itu. Beuuuuh….


Malioboro

                Setelah shalat maghrib jama’ dengan isya, kami pun menuju Malioboro. Tak banyak cerita yang bisa saya sampaikan melainkan kami beli blangkon, foto-foto, ngomongin cewek, beli makan malam, foto-foto, dan siklus pun berulang. Hanya saja, Rohman tangguh mengelilingi Malioboro dengan celana pendek, baju yang keliatan keteknya itu, blangkon, dan sarung yang disampirkan di bahu. Gokil emang lu!

                Dalam perjalanan pulang, Faiz minta ditinggal karena ia mau menginap di rumah temannya. Ya sudah, mobil makin lega, asiiiik hahaha. Hanya saja, di suatu tempat yang kata Madun angker, mobil kami mogok. Tak tahu apa yang terjadi. 3 anak mesin, kebingungan. Coba ini itu gak jalan. Bah, Madun pun merinding.

Jogja!

Tuh si Rohman gokil emang!

Nasi tulang!

Nasi Tulang 2!

Blangkon bro! hehehe

Teman saya kaya sekali, sudah buka hotel di sini haha

No caption
Akhirnya, pasukan Rinjani dapat berfoto di sini

Fotonya antri banget dah

Mobil  yang kami tumpangi mogok di perjalanan pulang

Susananya broooh

                Kejadian itu berlangsung pada pukul 01.30 dini hari, di perbatasan Kota Kebumen. Bahkan saya sampai meruqyah mobil itu. Siapa tahu jin sekarang udah bosen merasuki manusia, sehingga tergoda buat renang di tangki bensin haha. Tapi, tetap saja, failed… Sehingga kami memutuskan untuk menginap sampai pagi saja.

                Lalu, saya, Ucup, dan Rohman pun menuju pom bensin buat beli bensin (untung mogoknya tidak jauh dari pom. Ya ini asal aja sih, siapa tahu ada masalah gara-gara indicator bensinnya mati. Kami hanya mampu menyimpulkan bahwa terdapat diskontinuitas pada proses pembakaran). Baru keluar pom bensin dengan dua botol 600 ml yang berisi bensin, itu mobil udah jalan lagi. Kata Madun, itu mobil tidak diapa-apakan. Hanya di-start, lalu hidup. Dan kata dia lagi, waktu hidup badannya merinding semua, hiiiiii….

0 komentar:

Posting Komentar