Minggu, 05 Juni 2016

Posted by Heri I. Wibowo | File under : , , ,


Baca Part 1 di sini.

          Kekhawatiran-kekhawatiran ini sungguh membuat malas bangun di pagi hari. Karena bagi saya, seringkali semua hal tersebut hilang lalu muncul kembali. Dan saat paling pasti bahwa ia akan hilang hanyalah di saat tidur.

            Itulah masalahnya. Sekarang, mari berbicang mengenai kemungkinan penyebab dan solusinya.

1. Kurang Bersyukur

            Ya, di dalam kitab suci telah diterangkan mengenai rumus bahwa jika kita bersyukur maka akan ditambahkan nikmat kita. Setidaknya, nikmat itu dapat berupa ketenangan. Urusan konkritnya begini. Alih-alih kita menyesali masa kini yang tak seindah masa lalu, mengapa kita tidak mengubah paradigma kita?

Indah bukan? ;)
            Alih-alih berpikir tentang indahnya kenangan dan ingin kembali, mengapa tidak bersyukur bahwa dalam posisi sebagai hamba yang penuh dosa ini Tuhan masih Berkenan Memberikan kita sepotong kehidupan yang indah?

            Alih-alih berpikir bahwa masa dewasa sungguh menakutkan, mengapa kita tidak bersyukur bahwa telah diberikan kesempatan untuk menjadi lebih dewasa setiap harinya? Dihadapkan pada tantangan yang akan menandakan kita naik kelas?

Posted by Heri I. Wibowo | File under : ,


Waktu terus berjalan

            Cerita hari ini masihlah berkisar mengenai kenangan dan masa depan, karena entah kenapa saya masih terganggu dengan urusan yang satu ini. Bukan, hal ini tidak ada kaitan dengan urusan cinta-cintaan atau hal menye lainnya, karena jujur saya tidak pernah menempatkan hal semacam itu dalam prioritas hidup ini. Yah, menyedihkan memang kehidupan masa sekolah dan kuliah saya yang kalau dituduh sebagai jomblo akut. Entah karena tidak laku atau karena tidak peduli.

            Nah, jadi kenangan macam apa yang ingin saya ceritakan ini? Masa depan seperti apa yang menjadi kekhawatiran?

            Baiklah, saya akan bercerita. Pagi ini, H-1 ramadhan (dan masih akan sahur sendirian—selamat pada Mas Imron AE 09 yang sudah punya teman sahur) saya berjalan-jalan. Kata orang berjalan-jalan dapat menjernihkan pikiran, bahasa kerennya saya sedang melakukan “Root Cause Analysis” atas gangguan ini. Kenapa saya tak bisa move on dari masa lalu? Dan kenapa tidak bisa men-syukuri masa kini? Dan mengapa pula saya khawatir akan masa depan?

            Saya pun mulai mengurutkan persoalan yang menurut sebagian orang ecek-ecek ini. Dan saya mendapatkan beberapa penyebab potensial atas hal ini. Beberapa merupakan hasil kontempelasi tidak penting berupa berjalan ke tengah sawah, beberapa merupakan obrolan dengan banyak orang. Dan saya harap, hal ini dapat membantu pembaca mengenai kekosongan hati, kekhawatiran diri, saat melihat masa lalu dan masa depan.