Sabtu, 11 Mei 2013

Posted by Heri I. Wibowo | File under :


Beberapa hari yang lalu aku mengalami sesuatu yang mengingatkanku pada  hal yang sebenarnya sudah lama aku ketahui namun sempat terlupakan. Begini ceritanya.

Laporan praktikum mendekati deadlinenya dan aku masih kesulitan mengolah datanya. Pada saat-saat itulah, dalam perjalanan pulang dari masjid depan kosan aku mendengar ada suara,”ODADIIIING, DADIIIIING…. ODADIIIING, DADIIIIING…. ODADIIIING, DADIIIIING….” Aku berpikir , ini tukang jualan kok aneh sekali ya bilangnya. Hmm, setelah ku perhatikan ternyata dia bilangnya, ”ODADIIIING, CAKUEEE…. ODADIIIING, CAKUEE…. ODADIIIING, CAKUEE….” Hahaha, salah dengar…


Lanjut, agak sore sedikit aku ada sedikit keperluan dengan seorang teman dan ketika mengobrol telepon berbunyi. Aku lihat layar HP-ku, tak ada nama. Langsung saja deh kuangkat sambil memberi isyarat bahwa aku harus menjauh dulu dari keramaian karena tidak terdengar.


“Halo, maaf ini siapa?”
“%^&*&*&*&*&*&*&@”, katanya.
“Eh maaf-maaf, bisa diulangi? Kurang terdengar tadi.”
Mamak iki, assalamu’alaykum”,begitu yang kudengar.
“Oh Mamak, wa’alaykum salam, enten napa?, kataku sambil senyum senang.
“Eh Her, lu dapet nilai modulus gesernya gimana?” Kata orang di seberang.
---- hening
“Her?”
“Lho, ini siapa to?” Kataku bingung karena masa Ibuku tiba-tiba tanya tegangan geser.
“Ini *a*a Her, emang kamu kira siapa? Eh gimana, itu kamu ambil titik dari kurva yang sebelah mana? Kok dapetku jauh banget dari literatur ya? GPa sama MPa” Tanyanya beruntun.
“Kirain orang lain, ehm, gini. Kalau aku interpolasi dulu buat cari regangannya di tegangan geser sama dengan nol. Lalu, blablabla…” Dan pembahasan pun beralih ke modul praktikum uji puntir.
dari yang di atas langsung berubah jadi yang di bawah yang aku pikirkan -________-

Ternyata lagi, dia bukan bilang “Mamak iki, assalamu’alaykum” tapi “*a*a ini, mau tanya praktikum”.  -,-!

Dari dua kekonyolan ini aku teringat sesuatu, bahwa manusia itu cenderung menggunakan indera sesuai keinginannya. Manusia cenderung mendengar, melihat, merasakan sesuatu yang memang ingin dia dengar, lihat, dan rasakan.

Seperti aku tadi, di akhir-akhir UAS seperti ini kangen rumah itu pasti. Apalagi jika sudah 1 semester tida pulang. Sampai-sampai yang terdengar di telepon adalah suara Ibu dan payahnya, aku membalas salam seseorang yang berkata praktikum -_-“

Kalau tentang yang odading, karena laper kali ya? :P

Contoh lain, sering ketika hati tidak senang maka makanan juga terasa tak enak. Atau ketika iman mencupu, jalan malam-malam pohon di ujung jalan jadi kelihatan ada hantu permen sugus(baca:pocong”). Begitulah, bahwa semua hal di dunia ini akan menjadi sesuatu yang kita ingin rasakan. Bahwa semuanya berasal dari sini(nunjuk kepala) dan di sini(nunjuk dada). Jika kau ingin mendengar kebaikan, maka otakmu akan meng-filter pendengaranmu untuk mengambil hal-hal yang baik. Namun jika kau berpikir bahwa seseorang itu menyebalkan, ya pastinya otakmu akan mementahkan semua yang kau dengar. Jadi, hati-hati jika kau sebel sama dosen atau ustadzmu.

Atau ketika kau jatuh hati pada seseorang, dia akan tampil sangat wow di matamu. Meski orang bilang,”dih, jelek gitu”, “Lah, judes banget”, “Biasa aja tuh” atau semacamnya kau malah menyahut,”Jelek gimana, eksotis itu namanya”, “Bukan judes, tapi dia misterius 8)”, dan “Bagimu biasa, bagiku luar biasa.” Begitulah kawan hal yang aku ingat kembali.

Dan kembali lagi, bagaimana caramu mengindera sesuatu itu bergantung bagaimana kau berpikir tentangnya. Sehingga jika kau ingin harimu selalu ceria, berpikirlah bahwa harimu memang menyenangkan. Jika kau ingin merasa bahagia, maka syukurilah semua hal yang sudah kau miliki dari azali. Gampang diomongke, angel dilakoni(mudah dikatakan, susah dilakukan). Tuh, belum apa-apa udah bilang sulit ya bakal sulit :)

Referensi bacaan: Elfiky, Dr. Ibrahim. Terapi Berpikir Positif. 11th Ed. Ibrahim Elfiky Internationak Enterprices Inc., 2008.

0 komentar:

Posting Komentar