Sabtu, 20 April 2013

Posted by Heri I. Wibowo | File under :


             

                Kemarin aku mengalami hal yang seru. Karena salah perhitungan mengenai ritual pagi, aku jadi terburu-buru berangkat ke Praktikum Matrek-untung tidak telat. Nah, karena terburu-buru itu waktu paginya aku menanak nasi lupa menekan tombol cook, sehingga si beras hanya dihangatkan sampai aku pulang jam 13.00. Yaudah, itu beras cuma mekar dikit dan rasanya masih keras.

                Alhasil, kuulang lagi prosesnya dan ketika matang, wew, jadilah bubur alih-alih nasi :P Nah, dari kisah kegagalanku ini aku ingin berbagi sesuatu yang aku dapat dari Ustadz Yusuf Mansur(kalau tidak salah).



                Mungkin pepatah,”Aduh, nasi sudah menjadi bubur bos. Gak bisa balik lagi jadi nasi nih” sudah akrab di telinga kita sejak masih SD(dan aku bingung, alih-alih diajari cara nyebrang jalan anak SD malah diajarin peribahasa). Dan mungkin banyak dari kita yang menyetujuinya.

                Namun sayangnya, aku kini termasuk salah satu yang tidak menyetujuinya. Mengapa? Karena aku melihat pesimisme di sana jika tersesat dalam memaknainya. Memang kalau nasi sudah menjadi bubur apa salahnya? Tidak bisa kembali lagi jadi nasi? Ya sudah, kenapa memaksakan hal itu. Kenapa terlalu berfokus pada kelemahan? Kenapa tidak ditambahkan suwiran ayam, seledri, telur, kacang goring, dan kecap? Taraaaaaa, jadilah bubur ayam!!!! :9

                Betapa sering kita terlalu berfokus pada kesalahan yang terlanjur terjadi. Lalu kita hanya terpekur menyesalinya, diam saja. Padahal, mungkin saja ada hikmah di sana. Dan selama nyawa belum sampai kerongkongan banyak hal yang bisa terjadi. Bahkan, seorang yang kafir belum tentu dia mati sebagai orang kafir dan seorang muslim belum tentu mati dalam keadaan muslim(kalo yang terakhir na’udzubillah).

                “Hanya” diperlukan kreativitas, semangat, dan pantang menyerah untuk mengubah suatu( hal yang kita anggap) kesalahan. Sebagaimana hanya diperlukan suwiran ayam, seledri, dan lainnya untuk mengubah kesalahan dalam menanak nasi menjadi sebuah bubur ayam.

Ayo kawan, bangkit. Jika kau buruk hari ini bukan berarti kau akan buruk hari esok. Namun jika kau tak memperbaiki harimu yang buruk sekarang, bisa kupastikan hari esokmu akan lebih buruk.

Posted by Heri I. Wibowo | File under :


                Memang, konsistensi itu hal begitu menyulitkan diri. Bahkan konsistensi untuk sekedar mengisi blog ini. Namun, bagiku niscaya sebuah fluktuasi. Asalkan setelah itu bangkit kembali.

                Wah lama juga terlantar blog ini gan :P Sekarang mau tak isi apa ya? Hmm, karena judul blogku adalah “Sebuah Cerita”, aku mau cerita saja. Cerita tentang ironi negeri ini. Ironi tentang keadilan dan kepantasan di sini. Dan ironi ini terjadi pagi ini. Di kosan ku, dan kamar sebelah yang mengalami.

                Tadi pagi, di tengah kedamaian pagi terdengar rebut-ribut di lantai bawah. Lalu, trap trap trap, terdengar langkah kaki ke atas, ke lantai dua tempat kamarku berada. Lalu, kamar sebelah diketuk pintunya. Yang mengetuk Ibu Kos dan memberitahukan bahwa motor yang dimiliki Mas D*** anak kamar sebelah tadi malam kemalingan.