Rabu, 30 April 2014

Posted by Heri I. Wibowo | File under : , ,


               
sumber: https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjyIJBRTDJS0tPPTWt4GuTBuOZqZNP8YHistSpwxkYxKOtC9eSDJ_tezovcRKsPWD7HrZgYo116uDuCNSk4NgGEZx82B_glpNe5VQjlMSULv2piEnAK9ZyTWzpF7IKF25jaP_XWuGct_AqJ/s1600/kspk+1.JPG
            
Dulu saya pernah menulis tentang lelaki sejati. Atau lebih tepatnya, LELAKI IDEAL. Dan memang, contoh paling ideal jika menurut saya adalah Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam. Dan lagi, biasanya untuk mencapai kondisi ideal itu memerlukan beberapa langkah. Jika pada kasus ini adalah mengenai menjadi lelaki ideal, maka salah satu langkahnya—menurut saya—adalah dengan menjadi pria dewasa.

Pria Dewasa?

                Ya, pria dewasa saya anggap bukanlah seorang sosok yang sempurna nan ideal. Ia hanyalah salah satu langkah mencapai titik ideal yang dicita-citakan setiap orang. Dalam kedewasaan, parameter-parameternya tidaklah sesulit menjadi sosok ideal bukan? (Hehehe, berasa jadi cak lontong ya paragraph yang ini)

                Jadi, sebenarnya apa yang melatar-belakangi saya menulis hal ini? Pertama, artikel ini: http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2014/04/03/0652365/Mengapa.Anak.yang.Pintar.di.Sekolah.Bisa.Alami.Kesulitan.Ekonomi.

Posted by Heri I. Wibowo | File under : ,


                 

sumber: http://i228.photobucket.com/albums/ee59/Spiritof76man/cheshire_cat_2BEST.jpg



                      Bismillah…

                Alhamdulillah masih diberi kesempatan untuk mendongeng lagi, di tengah-tengah hujan baris-baris excel untuk calculation sheet hehe. Oke, jadi apa yang mau saya dongengkan hari ini?

                Kemarin malam, sepulang ngajar seperti biasa (harus) melahap jalanan kota Bandung. Dan seperti biasa pula, mata melihat banyak hal yang menarik di jalanan. Karena kemarin otak saya sedang enak buat berpikir (atau ngelamun?), jadilah pikiran saya kembali ke saat saya kuliah pada siang harinya.

“Jadi cita-cita itu dua (setidaknya), jangka panjang dan jangka pendek. Oke lah, kalau jangka panjang susah, yang jangka pendek aja deh. Kira-kira 5 tahun ke depan kamu mau jadi apa? Kalau kamu tidak punya cita-cita, ya susah. Kamu akan terombang-ambing dalam hidup. Ini lebih penting dari sekedar kuliah PSK (Pengantar Sistem Kontrol) lho!” Kami tertawa setuju saja. Karena hampir seluruh waktu kuliah habis tidak untuk membahas fenomena kontrol suatu sistem.

Jumat, 18 April 2014

Posted by Heri I. Wibowo | File under :
Salam Ganesha!

15 April 2014, Studium Generale (SG) mengundang Gubernur DKI Jakarta, Bapak Joko Widodo (Jokowi) diumumkan, dan SG tersebut akan dilaksanakan pada tanggal 17 April 2014. Mendengar berita ini, kabinet KM-ITB memutuskan bahwa KM-ITB harus bersikap. Pertanyaannya, mengapa KM-ITB perlu melakukan penyikapan?
  1. Jokowi telah mendeklarasikan dirinya sebagai calon presiden RI 2014.
  2. Pengumuman mengenai Studium Generale, tidak dilakukan seperti biasanya. Setiap pengumuman kuliah SG, selalu diumumkan siapa pengisi SG dan apa topiknya. Kali ini, SG hanya diberitahukan bahwa akan diisi oleh Gubernur DKI Jakarta, tanpa diberi tahu apa temanya.
  3. Kehadiran Jokowi di ITB adalah inisiatif dari Jokowi. ITB telah mengundang pihak Pemprov DKI Jakarta sejak November 2013, namun Pemprov DKI terus tidak menyanggupi. Tiba-tiba, atas perintah Gubernur DKI Jakarta, di bulan April ini, diadakan kunjungan ke ITB.
  4. Kunjungan yang dimaksud adalah penandatanganan MoU mengenai kerjasama ITB dan Pemprov DKI Jakarta.
  5. Penandatanganan MoU, bisa dilakukan tanpa harus mengadakan Studium Generale.

Kamis, 17 April 2014

Posted by Heri I. Wibowo | File under : , ,


                Tadi siang kampus saya ramai. Bukan, bukan karena ada walimahan atau traktiran massal. Namun lebih disebabkan oleh kedatangan seorang gubernur negeri ini yang akhirnya menjadi polemik di antara aktivis kemahasiswaan ITB.

                Entahlah, maafkan saya jika saya tidak pada kapasitas yang sesuai dalam membedah permasalahan ini.  Anggap saja ini sekedar celoteh dari seorang mahasiswa yang jengah ketika melihat tempatnya menuntut ilmu dipolitisasi, dan kemudian dimaki-maki oleh orang di luar sana. Yang mengatakan kami hanya pintar di IQ dan cethek di EQ—padahal konsep IQ, SQ, dan EQ sendiri saya juga tak terlalu paham.  Seorang mahasiswa yang sedari siang tadi mendengar komentar-komentar yang pro dan kontra dengan aksi Bang Jefrry dkk. Dan saat itu terjadi, saya hanya bisa diam. Dan kinilah saya ingin membicarakannya…

Dua Sudut Pandang

                Terdapat dua pendapat mengenai bapak yang satu ini—dan murni pandangan teman-teman saya warga kampus. Seperti biasa, agar bisa menjadi seorang yang adil kita perlu melihat dengan berdiri pada sepatu yang sama dengan kedua pihak. Yah, meski saya bingung bagaimana caranya berdiri pada sepatu yang sedang dipakai orang (abaikan).

                Yang pro mengatakan,”Apa salahnya? Beliau kan hanya ingin memberikan kuliah umum? Datang juga tidak memakai atribut partai kan?”

Rabu, 16 April 2014

Posted by Heri I. Wibowo | File under :







PR 3 Alber



Maaf para pembaca, lama tidak update ehehe. Sebenarnya udah ada niat mau mengomentari pesta demokrasi kemarein, tapi gak ada waktu eh. Yaudah, malah dapat PR lagi. Mending saya posting saja, siapa tahu ada yang mau mengomentari karena ini belum tentu bener juga lho.

Nih soalnya:

 

1.       Sketsa dan 2 kondisi pembebanan kritis
a.       Sketsa: