Sabtu, 20 April 2013

Posted by Heri I. Wibowo | File under :


                Memang, konsistensi itu hal begitu menyulitkan diri. Bahkan konsistensi untuk sekedar mengisi blog ini. Namun, bagiku niscaya sebuah fluktuasi. Asalkan setelah itu bangkit kembali.

                Wah lama juga terlantar blog ini gan :P Sekarang mau tak isi apa ya? Hmm, karena judul blogku adalah “Sebuah Cerita”, aku mau cerita saja. Cerita tentang ironi negeri ini. Ironi tentang keadilan dan kepantasan di sini. Dan ironi ini terjadi pagi ini. Di kosan ku, dan kamar sebelah yang mengalami.

                Tadi pagi, di tengah kedamaian pagi terdengar rebut-ribut di lantai bawah. Lalu, trap trap trap, terdengar langkah kaki ke atas, ke lantai dua tempat kamarku berada. Lalu, kamar sebelah diketuk pintunya. Yang mengetuk Ibu Kos dan memberitahukan bahwa motor yang dimiliki Mas D*** anak kamar sebelah tadi malam kemalingan.


                Wow, langsung ramai gaaaaaaaaan!!!! Sontak semua penghuni kosan pada keluar dan dengan khusyuk mendengarkan keterangan ibu kos. Widiiiih, makin gak aman saja gan Bandung ini. Nah, yang bikin lucu adalah motor itu ditemukan tak jauh dari kosan kami dengan kondisi ditinggal begitu saja dan lubang kunci rusak. Dan kami pun berandai-andai:

a.       Motornya begitu jelek ketika sampai di tempat yang ada cahayanya dan si maling baru sadar
b.      Maling menemukan motor lain yang lebih bagus
c.       Malingnya sadar jika mencuri itu dosa
d.      Motornya gak bisa nyala :P

Wah, pokoknya ramailah. Setidaknya kemalingan tidak jadi terjadi(bahasa apa pula ini -_-) dan kami ucapkan selamat pada sang empunya motor. Begitulah, dia ambil motornya. Dia perbaiki motornya, dan begitulah. Selesai…
….
….
 Atau kami kira selesai…
                Hingga kekonyolan berikutnya terjadi…

Ketika sedang asik mau nyeplok telur buat sarapan, terdengar lagi langkah ibu kos ke atas dan terjadilah percakapan ini.

I(ibu kos): Mas, tadi bapaknya yang nemuin motornya dikasih berapa?
T(teman kosku): Saya kasih semua duit yang ada di dompet saya bu, adanya 16 ribu aja sih.
I: Wah, itu bapaknya minta lagi mas.
T: Oh ya bu? Berapa?
I: Dua ratus katanya
T: Dua ratus ribu? (sambil mukanya menatapku dan aku sekilas melihat mulutnya bergerak      pelan dan membentuk kata “jancuk” -_-)
I: Iya mas
T: Aduh, saya gak ada duit segitu jeh L
I: Ya saya hanya nyampein aja sih mas.
T: Eh, iya bu gak papa. Saya coba ke sana deh, makasih ya Bu…

Dan akhirnya temanku itu mendatangi bapaknya yang menemukan motornya tadi. Setengah jam kemudian dia sampai di kos.

Aku(A): Gimana mas? Jadi 200k?
T: Enggak, cuma cepek. Untung bapaknya pengertian.  Tadi malah katanya Polisi yang di depan itu kalo ngurus di kantor polisi bisa 500k

A: Heh?
T: Aneh gak sih, itu motor juga motorku, hampir ilang, lubang kunci rusak dan barusan habis 70k, masih dimintain duit lagi.
A: Makin gak ngerti deh sama Negara ini.


Akhirnya, ada dua buah pertanyaan yang muncul jika memang benar apa yang dikatakan temanku itu benar.

“SUDAH SEDEMIKIAN HILANGKAH MAKNA KETULUSAN DI HATI ORANG INDONESIA?”
“SUDAH SEDEMIKIAN MAHALKAH NILAI BIROKRASI DI NEGERI INI?

Dan satu pertanyaan tambahan:

“APAKAH MEMANG INI ADA ATURANNYA DI UNDANG-UNDANG?”

0 komentar:

Posting Komentar