|
Waktu terus berjalan |
Cerita hari ini masihlah berkisar mengenai kenangan dan
masa depan, karena entah kenapa saya masih terganggu dengan urusan yang satu
ini. Bukan, hal ini tidak ada kaitan dengan urusan cinta-cintaan atau hal menye
lainnya, karena jujur saya tidak pernah menempatkan hal semacam itu dalam prioritas
hidup ini. Yah, menyedihkan memang kehidupan masa sekolah dan kuliah saya yang
kalau dituduh sebagai jomblo akut. Entah karena tidak laku atau karena tidak
peduli.
Nah, jadi kenangan macam apa yang ingin saya ceritakan
ini? Masa depan seperti apa yang menjadi kekhawatiran?
Baiklah, saya akan bercerita. Pagi ini, H-1 ramadhan (dan
masih akan sahur sendirian—selamat pada Mas Imron AE 09 yang sudah punya teman
sahur) saya berjalan-jalan. Kata orang berjalan-jalan dapat menjernihkan
pikiran, bahasa kerennya saya sedang melakukan “Root Cause Analysis” atas
gangguan ini. Kenapa saya tak bisa move on dari masa lalu? Dan kenapa tidak
bisa men-syukuri masa kini? Dan mengapa pula saya khawatir akan masa depan?
Saya pun mulai mengurutkan persoalan yang menurut
sebagian orang ecek-ecek ini. Dan saya mendapatkan beberapa penyebab potensial
atas hal ini. Beberapa merupakan hasil kontempelasi tidak penting berupa
berjalan ke tengah sawah, beberapa merupakan obrolan dengan banyak orang. Dan saya
harap, hal ini dapat membantu pembaca mengenai kekosongan hati, kekhawatiran
diri, saat melihat masa lalu dan masa depan.