Selasa, 22 Mei 2012

Posted by Heri I. Wibowo | File under : ,
                Wah tak terasa kuliah telah menunjukkan batas akhir semester dua. Dan itu, bagi mahasiswa-mahasiswa tingkat awal seperti aku ini hanya berarti satu hal, LIBUR!!!! Hahaha. Dan pasti liburan (biasanya) berbanding lurus dengan menurunnya kesiapan otak serta kapabilitas untuk diajak bermain-main dengan materi kuliah.
                Tapi aku tentu tidak mau ini otak terlalu dingin. Oleh karenanya aku akan mencoba mengingat-ingat salah satu mata kuliah yang aku sukai-meski nilaiku gak keren2 banget sih di sini-dan punya nama cukup keren, Statika Struktur. Sebenarnya kunci mata kuliah ini adalah dua rumus dasar Pak Newton tentang benda diam, yaitu ∑F = 0 dan ∑M = 0. Namun, hidup itu tidak selalu mudah kawan hahaha. 
               Ah, jadi kebanyakan prolog nih. Yaudahlah, langsung aja ke pokok bahasanku. Seperti biasa aku akan memadukan pengetahuan dangkalku tentang science, engineering, agama, dan kisah hidup. Dan sekarang yang akan aku jadikan korban adalah The Friction Force alias Sang Gaya Gesek ;)

                Nah, gaya ini pasti udah kita akrabi sejak kita tahu dan mampu berpikir. Setiap orang, minimal anak TK pasti paham jika ada suatu gesekan dalam kegiatan yang ia lakukan. Namun, kalau menghitung mungkin anak SMP akhir atau SMA awal yang bisa. Menganalisis anak kuliah yang (harusnya) bisa. Dan bagaimana merekayasanya untuk tujuan teknis tertentu, mestilah itu tugas seorang Dosen, eh maksudnya engineer hehe.
                Sebenarnya apa sih gaya gesek itu? Gaya gesek adalah gaya yang berarah melawan gerak benda atau arah kecenderungan benda akan bergerak. Gaya gesek muncul apabila dua buah benda bersentuhan. Benda-benda yang dimaksud di sini tidak harus berbentuk padat, melainkan dapat pula berbentuk cair, ataupun gas[1](yaaah, saya sih tahunya baru yang pas kena benda padat hehe). Untuk benda padat, kita mengenal gaya ada dua jenis gaya gesek yan bekerja padanya, yaitu gaya gesek statis(fs) dan gaya gesek kinetis(fk). Kedua gaya tersebut dibawakan oleh persamaan berikut:
               
                fs= µs. Fn
Di mana:
fs= Gaya gesek statis
µs= Koefisien gesek statis
N= Gaya normal benda
 fk= µk. Fn
Di mana:
fk= Gaya gesek kinetis
µk= Koefisien gesek kinetis
Fn= Gaya normal benda[2]

                                         Sedangkan grafiknya seperti berikut:
              
                Mengapa grafiknya seperti di atas? Hal itu karena pada umumnya koefisien gesek kinetis lebih kecil dari koefisien gesek statis untuk material yang sama.
                Setelah kita tahu sedikit definisi dan rumus-rumus dasarnya, sekarang masuk ke bagian intinya. Yaitu menghubungkannya dengan keadaan hidup kita, khususnya semangat. Emang ada hubungannya ya? Oh, tentu ada(kalo diada-adakan hahaha).
                Sebenarnya dengan sekali lihat saja sudah tampak korelasinya. Begini, sering kita untuk memulai kebiasaan baik begitu berat untuk memulainya. Biasanya ada saja yang mengganjal dan perasaan ingin menunda.  Besok aja ya, ah males nih, nanti dulu deh, dan derivatnya adalah kata-kata yang sering kita ucapkan untuk memulai sesuatu. Entah itu keinginan untuk belajar, bekerja lebih keras, olahraga rutin, dan parahnya ada juga hanya untuk urusan mandi-,-.
                  Di sini kita dapat menganggap ganjalan-ganjalan itu sebagai  gaya gesek maksimum(fsmaks) yang harus kita lampaui. Setelah itu, hambatan yang kita alami tidak akan sebesar awalnya sebab diri kita sudah cenderung untuk selalu bergerak atau melakukan kebiasaan tersebut. Hal ini tentu sesuai dengan Hukum Pertama Newton yang berbunyi,”Sebuah benda dalam keadaan diam atau bergerak dengan kecepatan konstan akan tetap diam atau akan terus bergerak dengan kecepatan konstan kecuali ada gaya eksternal yang bekerja pada benda itu[3]”. Biasanya kita sebut ini sebagai Hukum Kelembaman.
                (Saya jadi teringat kata-kata bijak Stephen R. Covey-penulis buku 7 Habits of Highly Effective People-yang isinya,”Pada awalnya kitalah yang membentuk kebiasaan kita, selanjutnya, KEBIASAAN yang membentuk kita”. Saya sarankan buat teman-teman untuk membaca buku tersebut, atau lebih mengena lagi yang tulisan anaknya dengan judul 7 Habits of Highly Effective Teen. Sungguh, begitu menggugah diri kita tentang bagaimana istimewanya kebiasaan. Dia bisa bermanfaat, namun bisa pula berbahaya.)
                Masih menurut Hukum Pertama tersebut dapat kita pahami bahwa hanya terjamin kekontinuan kita dalam melakukan kebiasaan, bukan peningkatan. Sedangkan peningkatan masih membutuhkan gaya lagi meski gaya itu tidak sebesar gaya untuk memulai sesuatu. Karena istiqomah bukan berarti stagnant, namun suatu peningkatan yang kontinu. Dalam hal apapun. Sebagaimana sabda Rasul," Barangsiapa yang hari ini lebih baik dari hari kemarin maka dia termasuk orang yang beruntung, yang hari ini sama seperti kemarin dia termasuk orang yang merugi dan yang hari ini lebih buruk dari kemarin dia termasuk orang yang celaka ". So, maukah kita memulai kebiasaan baik yang telah dirancang dengan baik di kepala kita? 
                
Sumber:
1. http://id.wikipedia.org/wiki/Gaya_gesek
2. Meriam, J.L. 2008. Engineering Mechanics: Statics Sixth Edition. London: John Wiley & Sons.
3. Tipler, Paul A. 1991. Physic for Scientist and Engineers. Worth Publisher, Inc. 

0 komentar:

Posting Komentar