Wah
tak terasa kuliah telah menunjukkan batas akhir semester dua. Dan itu, bagi
mahasiswa-mahasiswa tingkat awal seperti aku ini hanya berarti satu hal,
LIBUR!!!! Hahaha. Dan pasti liburan (biasanya) berbanding lurus dengan
menurunnya kesiapan otak serta kapabilitas untuk diajak bermain-main dengan
materi kuliah.
Tapi
aku tentu tidak mau ini otak terlalu dingin. Oleh karenanya aku akan mencoba
mengingat-ingat salah satu mata kuliah yang aku sukai-meski nilaiku gak keren2
banget sih di sini-dan punya nama cukup keren, Statika Struktur. Sebenarnya kunci
mata kuliah ini adalah dua rumus dasar Pak Newton tentang benda diam, yaitu ∑F
= 0 dan ∑M = 0. Namun, hidup itu tidak selalu mudah kawan hahaha.
Ah,
jadi kebanyakan prolog nih. Yaudahlah, langsung aja ke pokok bahasanku. Seperti
biasa aku akan memadukan pengetahuan dangkalku tentang science, engineering, agama, dan kisah hidup. Dan sekarang yang akan
aku jadikan korban adalah The Friction
Force alias Sang Gaya Gesek ;)
Nah,
gaya ini pasti udah kita akrabi sejak kita tahu dan mampu berpikir. Setiap orang,
minimal anak TK pasti paham jika ada suatu gesekan dalam kegiatan yang ia
lakukan. Namun, kalau menghitung mungkin anak SMP akhir atau SMA awal yang
bisa. Menganalisis anak kuliah yang (harusnya) bisa. Dan bagaimana
merekayasanya untuk tujuan teknis tertentu, mestilah itu tugas seorang Dosen,
eh maksudnya engineer hehe.
Sebenarnya
apa sih gaya gesek itu? Gaya gesek adalah gaya yang berarah melawan gerak benda
atau arah kecenderungan benda akan bergerak. Gaya gesek muncul apabila dua buah
benda bersentuhan. Benda-benda yang dimaksud di sini tidak harus berbentuk
padat, melainkan dapat pula berbentuk cair, ataupun gas[1](yaaah, saya sih tahunya baru yang pas kena benda
padat hehe). Untuk benda padat, kita mengenal gaya ada dua jenis gaya gesek yan
bekerja padanya, yaitu gaya gesek statis(fs) dan gaya gesek kinetis(fk).
Kedua gaya tersebut dibawakan oleh persamaan berikut:
fs= µs. Fn
Di mana:
fs= Gaya gesek
statis
µs= Koefisien
gesek statis
N= Gaya normal benda
fk= µk. Fn
Di mana:
fk= Gaya gesek
kinetis
µk= Koefisien
gesek kinetis
Fn= Gaya
normal benda[2]
Sedangkan
grafiknya seperti berikut:
Mengapa
grafiknya seperti di atas? Hal itu karena pada umumnya koefisien gesek kinetis
lebih kecil dari koefisien gesek statis untuk material yang sama.
Setelah
kita tahu sedikit definisi dan rumus-rumus dasarnya, sekarang masuk ke bagian
intinya. Yaitu menghubungkannya dengan keadaan hidup kita, khususnya semangat. Emang
ada hubungannya ya? Oh, tentu ada(kalo diada-adakan hahaha).
Sebenarnya
dengan sekali lihat saja sudah tampak korelasinya. Begini, sering kita untuk
memulai kebiasaan baik begitu berat untuk memulainya. Biasanya ada saja yang
mengganjal dan perasaan ingin menunda. Besok
aja ya, ah males nih, nanti dulu deh, dan derivatnya adalah kata-kata yang
sering kita ucapkan untuk memulai sesuatu. Entah itu keinginan untuk belajar,
bekerja lebih keras, olahraga rutin, dan parahnya ada juga hanya untuk urusan
mandi-,-.
Di sini
kita dapat menganggap ganjalan-ganjalan itu sebagai gaya gesek maksimum(fsmaks) yang
harus kita lampaui. Setelah itu, hambatan yang kita alami tidak akan sebesar
awalnya sebab diri kita sudah cenderung untuk selalu bergerak atau melakukan
kebiasaan tersebut. Hal ini tentu sesuai dengan Hukum Pertama Newton yang
berbunyi,”Sebuah benda dalam keadaan diam atau bergerak dengan kecepatan
konstan akan tetap diam atau akan terus bergerak dengan kecepatan konstan
kecuali ada gaya eksternal yang bekerja pada benda itu[3]”. Biasanya kita sebut ini sebagai Hukum Kelembaman.
(Saya jadi
teringat kata-kata bijak Stephen R. Covey-penulis buku 7 Habits of Highly Effective People-yang isinya,”Pada awalnya
kitalah yang membentuk kebiasaan kita, selanjutnya, KEBIASAAN yang membentuk
kita”. Saya sarankan buat teman-teman untuk membaca buku tersebut, atau lebih
mengena lagi yang tulisan anaknya dengan judul 7 Habits of Highly Effective Teen. Sungguh, begitu menggugah diri
kita tentang bagaimana istimewanya kebiasaan. Dia bisa bermanfaat, namun bisa
pula berbahaya.)
Masih menurut
Hukum Pertama tersebut dapat kita pahami bahwa hanya terjamin kekontinuan kita
dalam melakukan kebiasaan, bukan peningkatan. Sedangkan peningkatan masih
membutuhkan gaya lagi meski gaya itu tidak sebesar gaya untuk memulai sesuatu. Karena
istiqomah bukan berarti stagnant, namun suatu peningkatan yang kontinu. Dalam hal
apapun. Sebagaimana sabda Rasul," Barangsiapa yang hari ini lebih baik
dari hari kemarin maka dia termasuk orang yang beruntung, yang hari ini sama
seperti kemarin dia termasuk orang yang merugi dan yang hari ini lebih buruk
dari kemarin dia termasuk orang yang celaka ". So, maukah kita memulai
kebiasaan baik yang telah dirancang dengan baik di kepala kita?
Sumber:
1. http://id.wikipedia.org/wiki/Gaya_gesek
2. Meriam, J.L. 2008. Engineering Mechanics: Statics Sixth Edition. London: John Wiley & Sons.
3. Tipler, Paul A. 1991. Physic for Scientist and Engineers. Worth Publisher, Inc.
0 komentar:
Posting Komentar