Rabu, 15 Mei 2013

Posted by Heri I. Wibowo | File under : ,


                Dua hari kemarin merupakan hari yang penuh pengalaman dan wawasan untuk keprofesianku. Keprofesian sebagai seorang mahasiswa teknik mesin. Hari pertama adalah pengalamanku bertemu dengan seorang anggota HRD sebuah perusahaan peralatan tempur swasta di Bandung yang sedang melanjutkan S-2 di Teknik Mesin ITB(lagi). Dan hari kedua adalah… hahaha, aku ceritakan saja kronologinya secara ngawur. Kisah dan pengetahuan yang aku dapat dari sang HRD akan aku share lain waktu karena aku ingin berbagi cerita dulu tentang hari kedua.


Foto M11 yang ikut ke Jakarta di kompleks Kementrian ESDM


Kisah di hari kedua dimulai ketika ketua angkatanku menawari anak buahnya tentang makann-makan dan jalan-jalan GRATIS. Mendengar kata gratis siapa yang tak mau jika kau anak kosan? :P


                Dan akhirnya mereka yang mau ikut dikumpulkan pada Senin siang di dekat  Kebun Botani. Wah, ternyata jumlah yang boleh ikut dibatasi hanya 30 orang. Harus cepet-cepetan nih. Namun aku bimbang, karena pada hari Kamis, Jum’at, dan Sabtu beruntun ada UAS Sosiologi Industri, Struktur dan Sifat Material, juga Elemen Mesin 1.  Tetapi anehnya, ketika ketua panitia yaitu Sandy M10 berkata,”…jadi nanti kita dari ITB jam 2an langsung ke tempatnya, yaitu auditorium gedung Kementrian ESDM…” entah kenapa langsung saja aku tulis namaku hahaha.

                 Hari Selasa, setelah UAS Mekanika Fluida 1 dan berdiskusi pada dosen mengenai proyek kecil-kecilan kami dan beberapa kegiatan lain akhirnya kami berangkat. Perjalanan ditempuh dalam waktu sekitar 3 jam lebih. Hmm, lumayan lancar aku kira. Dan sepanjang perjalanan jujur aku yang baru dua kali ini menuju Jakarta selalu melakukan hal yang pasti aku lakukan dalam setiap perjalananku-menghafal rute hahaha.

                Sampailah kami di gedung Kementrian ESDM dan wuoh, panas sekali kota ini :P. Setelah istirahat dan foto-foto(abaikan) di luar gedung, baru tahu jika kami sebenarnya telah disiapkan ruangan untuk istirahat. kemudian kami mulai bersiap-siap untuk perform khas anak masin ITB: Derap dan Yellboys.

                Sungguh pengalaman tak terlupakan bro. Derap dan yellboys di depan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral, Ir. Jero Wacik, SE, Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral, Ir. Susilo Siswo Utomo,  dan jajaran Kementrian ESDM beserta para pengusaha dari seluruh Indonesia. Apalagi jika kau adalah Danpas derapnya. Dan setelah perform tadinya kami mau turun ke bawah, eh, ternyata disuruh masuk dan ikut mendengarkan sambutan, pidato, paparan, atau guyonan(kurang jelas apa sebenarnya :P) dari 2 senior, Pak Mentri dan Pak Wamen yang keduanya adalah alumni Mesin ITB angkatan 1970. Wiiih, orang besar kalau pidato meski guyon tetap saja ada yang tersampaikan.

                 “Saya tidak akan berbicara tentang baut, atau yang lainnya. Saya hanya ingin menyapa Anda semua, kawan-kawan saya dari Mesin ITB. Angkatan berapapun, bahkan di sini ada adik-adik kita yang masih mahasiswa. Dan seperti Anda tahu, saya telah mencetak sejarah. Di mana menteri dan wakil menterinya adalah anak mesin satu angkatan. Dan saya yakin, belum tentu 100 tahun lagi bisa seperti ini hahaha....” Wah, ternyata Pak Menteri ini suka bercanda. Dan memang, yang aku rasakan adalah malam itu meski membahas tentang energy, namun selalu saja ada tawa yang menyelingi.


                “ini bukan KKN. Ini pofesional. Jika Anda mencari orang kepercayaan yang pertama dilihat tentu kemampuan, dan jika kemampuan sama tentu Anda akan memilih orang yang paling sering bekerja dengan Anda. Susilo ini(sambil nunjuk Pak Wamen) teman saya dari dulu, sudah bekerja di Exxon Mobile puluhan tahun. Kalau masalah migas, pipanya, yang bocor, yang nggak bocor, ya dia ahlinya. Apa yang harus saya ragukan mengenai kemampuannya? Saya Tanya dia kapan pensiun, terus saya bilang,’He, kamu udah lama kan kerja di perusahaan asing. Yok, sekarang bareng saya membangun Negara ini!’ Saya pikir dia sudah terlalu kaya, hingga itu salah satu pertimbangan saya. Dia sudah malas sepertinya makan uang Negara. Sekarang, urusan tentang migas dan kawan-kawannya sudah saya percayakan sama dia.”  Hmm, inilah yang namanya kesetiakawanan berbalut profesionalisme. Bukan KKN, karena memilih berdasarkan kemampuan.

                “Saya senang dengan perform yang tadi. Selalu bersemangat, karena kita memang harus selalu bersemangat membangun diri kita, membangun bangsa kita. Dan buat Anda semua, kata solidarity forever itu tak boleh hanya sekedar kata. Namun ia harus menjadi suatu aksi yang nyata. Sebagai contoh, kalau ada teman yang sakit jenguk. Saya ini selalu berusaha jadi yang pertama menjenguk kalau ada teman yang sakit. Jangan sampai sudah mati baru ditengok!” Tawa pun makin bergemuruh, dan aku merasa kata mati itu bukan hal yang tabu bagi kami anak-anak mesin hahaha.

                “Atau lebih parah lagi, baru jadi manager lalu ada berita duka kawannya meninggal langsung bilang,’sibuk sibuk sibuk, maaf saya sibuk’. Ini baru jadi manager sudah sombong sekali, apalagi jadi menteri?!” Tepuk tangan pun bergemuruh menanggapi sindiran keras dari beliau mengenai solidarity forever-nya anak mesin.
Foto Bersama Pak Menteri saat acara selesai

                “Anda semua ini(sambil nunjuk kami di pojokan) angkatan berapa?”
                “ 2010 Pak, sama 2011 juga.”
                “Mau lulus kapan?”
                “Ehm, secepatnya pak”, “2015 Pak”,”Pada waktu yang tepat Pak hehe”
                “Jangan lama-lama lulusnya, kita butuh regenerasi. Lihat dibelakang kalian itu, mereka adalah para pengusaha dan direktur juga CEO. Banyak yang manager. Kalau sampai ada mahasiswa HMM kesulitan cari kerja, apalagi sekedar kerja praktek pasti ada yang salah. Jika ada senior yang baru jadi manager mendengar ada anak HMM sedang cari kerja praktek tapi diusir, sombong sekali senior ini. Bantulah adik-adiknya, karena beginilah caranya take and give bekerja. Anda membantu sekarang pasti ada hitungannya di sisi Tuhan.” Dan tepuk tangan paling meriah pun terdengar dari para mahasiswa hahaha.

                “Anda pun, pasti juga berpikir,’Wah, Pak Wacik jadi menteri. Kira-kira saya dapat apa ya?’ Tidak apa-apa itu. Pikiran yang wajar. Manusiawi. Anda semua minta proyek, mari sini saya beri. Datang saja ke saya. Pasti saya kasih, tenang saja.” Dan kali ini tepuk tangan meriah dari kalangan para alumni :hammer.

                “Di kementrian ini ada ribuan proyek, dari Sabang sampai Merauke. Dan kita sedang giat membangun sumber energy baru dan terbarukan. Geothermal, air, angin, surya(yang dimaksud bukanlah panel surya biasa, tapi pembangkit surya seperti di Negara arab di mana sinar matahari menggantikan batubara memanaskan air untuk memutar turbin). Kalau sampai ada insinyur mesin tidak dapat proyek, tidak ikut berkontribusi untuk negaranya, lalu ke mana ilmunya diaplikasikan? Ini adalah era kita, era mechanical engineering untuk konversi energy!” Tepuk tangan meriah oleh dua generasi, mahasiswa dan alumni :D

                “Tapi tetap, kalau mau dapat proyek ya ikut tender yang bener, datang baik-baik, nanti kita bangun bareng-bareng. Penuhi persyaratannya, semuanya untung kan?” kami semua tersenyum penuh arti, hmm, lagi-lagi bukan KKN namun kesetiakawanan berbalut profesionalisme.

                Untuk perbicaraan beliau mengenai politik tidak aku masukkan, karena blog ini sebisa mungkin bersih dari politik hehe. Namun, ada kata-kata yang mengena ketika beliau bercerita tentang rangkap jabatan beliau sebagai dewan Pembina suatu parpol, menteri, dewan majelis, dan ketua golf.

                “Di kepala seorang pemimpin itu sudah biasa ada 2 hal, atau 10 hal, bahkan 30 hal. Itulah namanya management. Dulu, ketika saya ketua mesin(maksudnya ketua HMM-Kahim), saya juga ketua MGG(Maha Gotra Ganesha-unit kesenian Bali di ITB), dan saya juga ngajar buat cari biaya kuliah juga makan. Tapi focus utama saya studi, dan saya tidak buruk-buruk amat bisa lulus 4 tahun.” Dalam hati aku mengomentari: buruk apanya, orang lulusan terbaik gitu -_-

                Dan kata-kata inilah yang seharusnya memotivasi (yang ngakunya) para aktivis kampus. Boleh aktif, tapi tetap ingat tugas utama untuk belajar. Itu!

                Bicara politik lagi, eh tiba-tiba beliau cerita masa mudanya.

                “Dulu waktu saya masih muda, saya pernah mau ke Bandung buat ke mertua saya di Cipaganti. Nah, biasalah sedikit mau gaya mobil saya bawa ke Senen buat di perbaiki. Entah kenapa saya iseng buat masang bendera di depan mobil. Saya ke Bandung lewat puncak, Bogor. Pas di sana, ada polisi memberhentikan saya. Dia bilang,’Siang Pak, maaf, bapak menteri?’ saya jawab,’bukan pak.’ ‘Nah, bendera di depan itu Cuma boleh buat pejabat Negara misalnya menteri. Jadi, nanti tolong dilepas ya Pak.’ ‘Iya pak’, jawab saya.  Sampai di Bandung saya lepas itu bendera. Eh, sekarang saya jadi menteri beneran hehehe.” Kami pun tertawa mendengar cerita itu.

                “Itulah kekuatan mimpi. Buat adik-adik mahasiswa ini harus punya mimpi. Karena Andalah penerus kami-kami ini. Kalau hidup tanpa mimpi itu bawaannya malas. Jadi, pupuklah mimpi kalian agar menjadi kenyataan!” Dan aku pun semakin memupuk mimpiku agar menjadi kenyataan juga!

                Itulah sekelumit pidato beliau yang aku tulis untuk diambil hikmahnya. Mengenai pidato yang tak kalah menarik dari Pak Wamen besok saja deh, pegel ngetiknya hehehe.

NB: foto lain menyusul :P

0 komentar:

Posting Komentar