Dua hari kemarin merupakan hari
yang penuh pengalaman dan wawasan untuk keprofesianku. Keprofesian sebagai
seorang mahasiswa teknik mesin. Hari pertama adalah pengalamanku bertemu dengan
seorang anggota HRD sebuah perusahaan peralatan tempur swasta di Bandung yang
sedang melanjutkan S-2 di Teknik Mesin ITB(lagi). Dan hari kedua adalah…
hahaha, aku ceritakan saja kronologinya secara ngawur. Kisah dan pengetahuan
yang aku dapat dari sang HRD akan aku share lain waktu karena aku ingin berbagi
cerita dulu tentang hari kedua.
Foto M11 yang ikut ke Jakarta di kompleks Kementrian ESDM |
Kisah
di hari kedua dimulai ketika ketua angkatanku menawari anak buahnya tentang
makann-makan dan jalan-jalan GRATIS. Mendengar kata gratis siapa yang tak mau
jika kau anak kosan? :P
Dan akhirnya mereka yang mau
ikut dikumpulkan pada Senin siang di dekat
Kebun Botani. Wah, ternyata jumlah yang boleh ikut dibatasi hanya 30
orang. Harus cepet-cepetan nih. Namun aku bimbang, karena pada hari Kamis,
Jum’at, dan Sabtu beruntun ada UAS Sosiologi Industri, Struktur dan Sifat
Material, juga Elemen Mesin 1. Tetapi
anehnya, ketika ketua panitia yaitu Sandy M10 berkata,”…jadi nanti kita dari ITB
jam 2an langsung ke tempatnya, yaitu auditorium gedung Kementrian ESDM…” entah
kenapa langsung saja aku tulis namaku hahaha.
Hari Selasa, setelah UAS Mekanika Fluida 1 dan
berdiskusi pada dosen mengenai proyek kecil-kecilan kami dan beberapa kegiatan
lain akhirnya kami berangkat. Perjalanan ditempuh dalam waktu sekitar 3 jam
lebih. Hmm, lumayan lancar aku kira. Dan sepanjang perjalanan jujur aku yang
baru dua kali ini menuju Jakarta selalu melakukan hal yang pasti aku lakukan
dalam setiap perjalananku-menghafal rute hahaha.
Sampailah kami di gedung
Kementrian ESDM dan wuoh, panas sekali kota ini :P. Setelah istirahat dan
foto-foto(abaikan) di luar gedung, baru tahu jika kami sebenarnya telah
disiapkan ruangan untuk istirahat. kemudian kami mulai bersiap-siap untuk perform khas anak masin ITB: Derap dan
Yellboys.
Sungguh pengalaman tak
terlupakan bro. Derap dan yellboys di depan Menteri Energi dan Sumber Daya
Mineral, Ir. Jero Wacik, SE, Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral, Ir.
Susilo Siswo Utomo, dan jajaran
Kementrian ESDM beserta para pengusaha dari seluruh Indonesia. Apalagi jika kau
adalah Danpas derapnya. Dan setelah perform
tadinya kami mau turun ke bawah, eh, ternyata disuruh masuk dan ikut
mendengarkan sambutan, pidato, paparan, atau guyonan(kurang jelas apa sebenarnya
:P) dari 2 senior, Pak Mentri dan Pak Wamen yang keduanya adalah alumni Mesin
ITB angkatan 1970. Wiiih, orang besar kalau pidato meski guyon tetap saja ada
yang tersampaikan.
“Saya tidak akan berbicara tentang baut, atau
yang lainnya. Saya hanya ingin menyapa Anda semua, kawan-kawan saya dari Mesin
ITB. Angkatan berapapun, bahkan di sini ada adik-adik kita yang masih
mahasiswa. Dan seperti Anda tahu, saya telah mencetak sejarah. Di mana menteri
dan wakil menterinya adalah anak mesin satu angkatan. Dan saya yakin, belum
tentu 100 tahun lagi bisa seperti ini hahaha....” Wah, ternyata Pak Menteri ini
suka bercanda. Dan memang, yang aku rasakan adalah malam itu meski membahas
tentang energy, namun selalu saja ada tawa yang menyelingi.
“ini bukan KKN. Ini pofesional.
Jika Anda mencari orang kepercayaan yang pertama dilihat tentu kemampuan, dan
jika kemampuan sama tentu Anda akan memilih orang yang paling sering bekerja
dengan Anda. Susilo ini(sambil nunjuk Pak Wamen) teman saya dari dulu, sudah
bekerja di Exxon Mobile puluhan tahun. Kalau masalah migas, pipanya, yang
bocor, yang nggak bocor, ya dia ahlinya. Apa yang harus saya ragukan mengenai
kemampuannya? Saya Tanya dia kapan pensiun, terus saya bilang,’He, kamu udah
lama kan kerja di perusahaan asing. Yok, sekarang bareng saya membangun Negara
ini!’ Saya pikir dia sudah terlalu kaya, hingga itu salah satu pertimbangan
saya. Dia sudah malas sepertinya makan uang Negara. Sekarang, urusan tentang
migas dan kawan-kawannya sudah saya percayakan sama dia.” Hmm, inilah yang namanya kesetiakawanan
berbalut profesionalisme. Bukan KKN, karena memilih berdasarkan kemampuan.
“Saya senang dengan perform yang tadi. Selalu bersemangat,
karena kita memang harus selalu bersemangat membangun diri kita, membangun
bangsa kita. Dan buat Anda semua, kata solidarity
forever itu tak boleh hanya sekedar kata. Namun ia harus menjadi suatu aksi
yang nyata. Sebagai contoh, kalau ada teman yang sakit jenguk. Saya ini selalu
berusaha jadi yang pertama menjenguk kalau ada teman yang sakit. Jangan sampai
sudah mati baru ditengok!” Tawa pun makin bergemuruh, dan aku merasa kata mati
itu bukan hal yang tabu bagi kami anak-anak mesin hahaha.
“Atau lebih parah lagi, baru
jadi manager lalu ada berita duka kawannya meninggal langsung bilang,’sibuk
sibuk sibuk, maaf saya sibuk’. Ini baru jadi manager sudah sombong sekali,
apalagi jadi menteri?!” Tepuk tangan pun bergemuruh menanggapi sindiran keras
dari beliau mengenai solidarity forever-nya
anak mesin.
Foto Bersama Pak Menteri saat acara selesai |
“Anda semua ini(sambil nunjuk
kami di pojokan) angkatan berapa?”
“ 2010 Pak, sama 2011 juga.”
“Mau lulus kapan?”
“Ehm, secepatnya pak”, “2015
Pak”,”Pada waktu yang tepat Pak hehe”
“Jangan lama-lama lulusnya, kita
butuh regenerasi. Lihat dibelakang kalian itu, mereka adalah para pengusaha dan
direktur juga CEO. Banyak yang manager. Kalau sampai ada mahasiswa HMM
kesulitan cari kerja, apalagi sekedar kerja praktek pasti ada yang salah. Jika ada
senior yang baru jadi manager mendengar ada anak HMM sedang cari kerja praktek
tapi diusir, sombong sekali senior ini. Bantulah adik-adiknya, karena beginilah
caranya take and give bekerja. Anda
membantu sekarang pasti ada hitungannya di sisi Tuhan.” Dan tepuk tangan paling
meriah pun terdengar dari para mahasiswa hahaha.
“Anda pun, pasti juga berpikir,’Wah,
Pak Wacik jadi menteri. Kira-kira saya dapat apa ya?’ Tidak apa-apa itu.
Pikiran yang wajar. Manusiawi. Anda semua minta proyek, mari sini saya beri.
Datang saja ke saya. Pasti saya kasih, tenang saja.” Dan kali ini tepuk tangan
meriah dari kalangan para alumni :hammer.
“Di kementrian ini ada ribuan
proyek, dari Sabang sampai Merauke. Dan kita sedang giat membangun sumber
energy baru dan terbarukan. Geothermal, air, angin, surya(yang dimaksud
bukanlah panel surya biasa, tapi pembangkit surya seperti di Negara arab di
mana sinar matahari menggantikan batubara memanaskan air untuk memutar turbin).
Kalau sampai ada insinyur mesin tidak dapat proyek, tidak ikut berkontribusi
untuk negaranya, lalu ke mana ilmunya diaplikasikan? Ini adalah era kita, era mechanical engineering untuk konversi
energy!” Tepuk tangan meriah oleh dua generasi, mahasiswa dan alumni :D
“Tapi tetap, kalau mau dapat
proyek ya ikut tender yang bener, datang baik-baik, nanti kita bangun
bareng-bareng. Penuhi persyaratannya, semuanya untung kan?” kami semua
tersenyum penuh arti, hmm, lagi-lagi bukan KKN namun kesetiakawanan berbalut
profesionalisme.
Untuk perbicaraan beliau
mengenai politik tidak aku masukkan, karena blog ini sebisa mungkin bersih dari
politik hehe. Namun, ada kata-kata yang mengena ketika beliau bercerita tentang
rangkap jabatan beliau sebagai dewan Pembina suatu parpol, menteri, dewan
majelis, dan ketua golf.
“Di kepala seorang pemimpin itu
sudah biasa ada 2 hal, atau 10 hal, bahkan 30 hal. Itulah namanya management.
Dulu, ketika saya ketua mesin(maksudnya ketua HMM-Kahim), saya juga ketua
MGG(Maha Gotra Ganesha-unit kesenian Bali di ITB), dan saya juga ngajar buat
cari biaya kuliah juga makan. Tapi focus utama saya studi, dan saya tidak
buruk-buruk amat bisa lulus 4 tahun.” Dalam hati aku mengomentari: buruk
apanya, orang lulusan terbaik gitu -_-
Dan kata-kata inilah yang
seharusnya memotivasi (yang ngakunya) para aktivis kampus. Boleh aktif, tapi
tetap ingat tugas utama untuk belajar. Itu!
Bicara politik lagi, eh
tiba-tiba beliau cerita masa mudanya.
“Dulu waktu saya masih muda,
saya pernah mau ke Bandung buat ke mertua saya di Cipaganti. Nah, biasalah
sedikit mau gaya mobil saya bawa ke Senen buat di perbaiki. Entah kenapa saya
iseng buat masang bendera di depan mobil. Saya ke Bandung lewat puncak, Bogor.
Pas di sana, ada polisi memberhentikan saya. Dia bilang,’Siang Pak, maaf, bapak
menteri?’ saya jawab,’bukan pak.’ ‘Nah, bendera di depan itu Cuma boleh buat
pejabat Negara misalnya menteri. Jadi, nanti tolong dilepas ya Pak.’ ‘Iya pak’,
jawab saya. Sampai di Bandung saya lepas
itu bendera. Eh, sekarang saya jadi menteri beneran hehehe.” Kami pun tertawa
mendengar cerita itu.
“Itulah kekuatan mimpi. Buat adik-adik
mahasiswa ini harus punya mimpi. Karena Andalah penerus kami-kami ini. Kalau
hidup tanpa mimpi itu bawaannya malas. Jadi, pupuklah mimpi kalian agar menjadi
kenyataan!” Dan aku pun semakin memupuk mimpiku agar menjadi kenyataan juga!
Itulah sekelumit pidato beliau
yang aku tulis untuk diambil hikmahnya. Mengenai pidato yang tak kalah menarik
dari Pak Wamen besok saja deh, pegel ngetiknya hehehe.
NB: foto lain menyusul :P
NB: foto lain menyusul :P
0 komentar:
Posting Komentar