Beberapa
hari yang lalu aku mengalami sesuatu yang mengingatkanku pada hal yang sebenarnya sudah lama aku ketahui namun
sempat terlupakan. Begini ceritanya.
Laporan
praktikum mendekati deadlinenya dan aku masih kesulitan mengolah datanya. Pada saat-saat
itulah, dalam perjalanan pulang dari masjid depan kosan aku mendengar ada
suara,”ODADIIIING, DADIIIIING…. ODADIIIING, DADIIIIING…. ODADIIIING, DADIIIIING….”
Aku berpikir , ini tukang jualan kok aneh sekali ya bilangnya. Hmm, setelah ku
perhatikan ternyata dia bilangnya, ”ODADIIIING, CAKUEEE…. ODADIIIING, CAKUEE…. ODADIIIING,
CAKUEE….” Hahaha, salah dengar…
Lanjut,
agak sore sedikit aku ada sedikit keperluan dengan seorang teman dan ketika
mengobrol telepon berbunyi. Aku lihat layar HP-ku, tak ada nama. Langsung saja
deh kuangkat sambil memberi isyarat bahwa aku harus menjauh dulu dari keramaian
karena tidak terdengar.
“Halo,
maaf ini siapa?”
“%^&*&*&*&*&*&*&@”,
katanya.
“Eh
maaf-maaf, bisa diulangi? Kurang terdengar tadi.”
“Mamak iki, assalamu’alaykum”,begitu yang
kudengar.
“Oh
Mamak, wa’alaykum salam, enten napa?,
kataku sambil senyum senang.
“Eh
Her, lu dapet nilai modulus gesernya gimana?” Kata orang di seberang.
----
hening
“Her?”
“Lho,
ini siapa to?” Kataku bingung karena masa Ibuku tiba-tiba tanya tegangan geser.
“Ini
*a*a Her, emang kamu kira siapa? Eh gimana, itu kamu ambil titik dari kurva
yang sebelah mana? Kok dapetku jauh banget dari literatur ya? GPa sama MPa”
Tanyanya beruntun.
“Kirain
orang lain, ehm, gini. Kalau aku interpolasi dulu buat cari regangannya di
tegangan geser sama dengan nol. Lalu, blablabla…” Dan pembahasan pun beralih ke
modul praktikum uji puntir.
dari yang di atas langsung berubah jadi yang di bawah yang aku pikirkan -________- |
Ternyata
lagi, dia bukan bilang “Mamak iki,
assalamu’alaykum” tapi “*a*a ini, mau tanya praktikum”. -,-!
Dari
dua kekonyolan ini aku teringat sesuatu, bahwa manusia itu cenderung
menggunakan indera sesuai keinginannya. Manusia cenderung mendengar, melihat,
merasakan sesuatu yang memang ingin dia dengar, lihat, dan rasakan.
Seperti
aku tadi, di akhir-akhir UAS seperti ini kangen rumah itu pasti. Apalagi jika
sudah 1 semester tida pulang. Sampai-sampai yang terdengar di telepon adalah
suara Ibu dan payahnya, aku membalas salam seseorang yang berkata praktikum -_-“
Kalau
tentang yang odading, karena laper kali ya? :P
Contoh
lain, sering ketika hati tidak senang maka makanan juga terasa tak enak. Atau ketika
iman mencupu, jalan malam-malam pohon di ujung jalan jadi kelihatan ada hantu
permen sugus(baca:pocong”). Begitulah, bahwa semua hal di dunia ini akan
menjadi sesuatu yang kita ingin rasakan. Bahwa semuanya berasal dari
sini(nunjuk kepala) dan di sini(nunjuk dada). Jika kau ingin mendengar kebaikan,
maka otakmu akan meng-filter pendengaranmu untuk mengambil hal-hal yang baik. Namun
jika kau berpikir bahwa seseorang itu menyebalkan, ya pastinya otakmu akan
mementahkan semua yang kau dengar. Jadi, hati-hati jika kau sebel sama dosen
atau ustadzmu.
Atau
ketika kau jatuh hati pada seseorang, dia akan tampil sangat wow di matamu. Meski
orang bilang,”dih, jelek gitu”, “Lah, judes banget”, “Biasa aja tuh” atau
semacamnya kau malah menyahut,”Jelek gimana, eksotis itu namanya”, “Bukan
judes, tapi dia misterius 8)”, dan “Bagimu biasa, bagiku luar biasa.” Begitulah
kawan hal yang aku ingat kembali.
Dan
kembali lagi, bagaimana caramu mengindera sesuatu itu bergantung bagaimana kau berpikir
tentangnya. Sehingga jika kau ingin harimu selalu ceria, berpikirlah bahwa
harimu memang menyenangkan. Jika kau ingin merasa bahagia, maka syukurilah
semua hal yang sudah kau miliki dari azali. Gampang
diomongke, angel dilakoni(mudah dikatakan, susah dilakukan). Tuh, belum apa-apa udah bilang sulit
ya bakal sulit :)
Referensi bacaan: Elfiky, Dr. Ibrahim. Terapi Berpikir Positif. 11th Ed. Ibrahim Elfiky
Internationak Enterprices Inc., 2008.
0 komentar:
Posting Komentar