Selasa, 28 Mei 2013

Posted by Heri I. Wibowo | File under : ,


                Hmm, pagi yang sempurna. Cuacanya pun begitu  sempurna-untuk menjemur pakaian. Dan pagi ini aku ingin berbagi kebahagiaan-dan sedikit hikmah-hehehe.

                Beberapa waktu yang lalu aku mendapat sebuah buku pedoman teknik beladiri untuk tingkatanku.  Sebuah buku yang tak terlalu tebal-hanya belasan halaman kukira-namun begitu istimewa. Tentu kalian bertanya-tanya,”Lha, dikasih buku latihan oleh pelatih yang sudah sesuai dengan tingkatannya. Apa istimewanya? Wajar banget kaliiiii…”

                Ya okelah, aku akui itu sesuatu yang wajar. Tapi aku tak salah ketika kukatakan hal itu terasa begitu istimewa. Karena aku harus fight dulu dengan perguruan lain dan keluar dengan bibir jadi sariawan kena tendangan. Tapi lawanku tak keluar gelanggang dengan badan mulus karena pelatihku pun bilang,” Mantap teknik yg saya ajari bisa kamu gunakan. tar saya kasih hadiah spesial buat kamu deh.. “ Hadiah itu adalah yang aku sebut pada paragraf sebelumnya. Tak usah dibahas apanya yang mantap, rahasia perusahaan :P


                Rasa istimewa itu semakin mengkristal menjadi rasa bersyukur, karena sebulan yang lalu aku pernah merengek-rengek pada beliau untuk boleh mem-fotokopi buku tersebut. Namun beliau berkata,”Buku ini akan saya kasih pada waktu yang tepat. Orang saya dulu dapatnya juga susah, tiap latihan cuma dikasih lihat terus dibalikin lagi. Buku langka ini hehehe. Ntar kalo saya kasih sekarang biasa aja feel-nya. Tunggu waktu yang tepat, oke?”

                Mulai dapat intinya? Betapa sesuatu tidak hanya dihargai sesuai dengan nilai sesuatu itu sendiri, namun juga sesuai dengan usaha yang kita lakukan untuk mendapatkannya. Semakin besar usaha kita, semakin senang rasanya ketika memperolehnya. Seperti pada buku teknik di atas, andai saja waktu itu pelatih memberi secara cuma-cuma mungkin saja teknik itu tak sebegitu aku resapi seperti sekarang. Atau caraku menjaga tentu tak sebaik sekarang (sekarang, hanya orang-orang tertentu yang aku ijinkan untuk melihat dan memegangnya). Orang kalau hilang tinggal fotokopi lagi. Gak seru kan? Contoh lain, sebuah permen lollipop hasil lomba makan kerupuk pasti berbeda dengan kalau dibelikan orang tua.

                Begitu pula tentang seseorang. Atau lebih tepatnya “seseorang”(dengan tanda petik). Bisa kalian interpretasikan sebagai seseorang non-mahrom yang akan menjadi pasangan hidup. Semakin besar usaha kita untuk mendapatkannya, semakin bersyukur ketika kita dapat meminangnya. Sebaliknya, semakin mudah untuk didapatkan, maka….(isi titik-titiknya sendiri saja).

Jika cinta menjadi barang murahan maka akan terjadi sesuatu yang sama. Saat cinta hanya dihargai sekotak coklat, sekuntum bunga mawar, dan sms mesra setiap pagi dan sore(duh, macam dzikir pagi dan petang saja -,-“). Apabila cinta hanya sebatas kata pacar, bukan mengenai mahar. Apabila cinta hanya berarti jalan-jalan berdua, bukan membangun sebuah rumah tangga. Apabila cinta hanya berbincang tentang kata setia, namun menggadaikan kesetiaan pada Yang Kuasa. Saling memanggil papa mama, ayah bunda, kanda dinda, namun saat diperhatikan masih memakai seragam dan saling memanggilnya di kantin SMA. Dan mirisnya, melakukan sesuatu layaknya suami istri namun tak ada ikatan syar’i.  

                Untuk para wanita, bermahal-mahallah dengan cintamu(pada lawan jenis), agar nantinya engkau pun menjadi anugrah terindah baginya-siapapun itu. Agar engkau selalu dijaga, dan tak rela jika engkau pergi meninggalkannya. Hingga engkau akan selalu istimewa dihatinya, dan selalu diperlakukan secara istimewa. Karena kesucian secara syar’I seorang wanita adalah hadiah terindah bagi seorang pria. Dan karena “sesuatu tidak hanya dihargai sesuai dengan nilai sesuatu itu sendiri, namun juga sesuai dengan usaha yang kita lakukan untuk mendapatkannya”.
               

0 komentar:

Posting Komentar