Jumat, 20 Juli 2012

Posted by Heri I. Wibowo | File under : ,


                Amanah, adalah sebuah kata yang berarti besar bagiku. Yang mana dengan kata itu aku berani menanggung segala kepahitan yang terjadi karenanya dan berbagi segala manis yang terkadung di dalamnya. Itu TEORINYA! :P         

                 Namun, bagaimana bila teori itu menjadi sekedar teori??

           Ah, aku jadi ingat sebuah perkataan,”Kalau tidak bisa membagi waktu, jangan ambil amanah banyak-banyak.” Itu kalimat yang diucapkan oleh Sir Jokwis, ketua kaderisasi “Machining”.

   Juga ucapan seorang ikhwan di masa SMA dulu. Dia berkata,”Amanah itu agar bisa disebut amanah ada dua syaratnya. Yaitu ada orang yang memberi dan ada yang menerima.” Dari sini aku mengambil kesimpulan, bahwa amanah itu tidak baik jika diminta dan dipaksakan sedang yang dipaksa benar-benar tidak siap. Oke, sampai di sini, ada yang tidak setuju? Tahan dulu deh, baca lebih lanjut sedikiiiiiiit lagi.

    Kemarin, hari Senin tanggal 16 Juli aku terdampar di suatu tempat yang bernama Curug Muara Jaya di Kota Majalengka. Yah, camping bareng-bareng anak PD ITB dan para pelatih. Lumayan, refreshing sebentar di tengah pra osjur dan diklat keamanan(saking buruknya manajemen waktuku, baru bisa buka laptop hari ini hehe). Nah, kawanku ini membuka cakrawala baru buatku mengenai kata amanah. Dia berujar,“Ya tapi, kalo ada amanah yang sudah dipercayakan kepada kita lalu kita menolaknya, rasanya seolah kita melakukan sebuah kedzoliman.”

     Hmm, benar juga sih. Mungkin itu pula yang dirasakan oleh Abu Bakar dan Umar ketika mereka diserahi amanah sebagai Amirul Mukminin. Mereka sebenarnya merasa berat, tetapi demi umat akhirnya mereka mau. Memang, amanah yang tidak diberikan karena diminta-apalagi dengan “merengek”- biasanya akan lebih barokah.

    Lalu timbul satu pertanyaan di kepalaku. Jika ada orang yang kita RASA lebih siap, bukankah dzolim juga jika kita memaksakan untuk mengambil amanah itu? Dan sebenarnya, camping tersebut bukan sekedar camping biasa, tapi sekaligus serah terima jabatan.
  
      Pada awalnya, aku kira ini murni STJ dan kawanku itulah yang akan dikukuhkan. Tapi ternyata tidak. Aku juga dijadikan kandidat bro! Wah, apa pula ini. Bingung juga aku, orang gak mikir bakal begini. Dan quote ketiga pada tulisan ini terucap ketika kami “diasingkan” sementara musyawarah dilakukan.

Pada tiik ini ditanyakan,"Bagi yang siap menjadi pemimpin, silahkan maju dan makan roinya. Hanya ketua yang boleh makan, dan ini roti terakhir kita!"


Dan inilah roti sakral tersebut!!!!

Terjadilah percakapan dan bargaining yang panjang antara aku dengan kandidat satunya. Akhirnya, dia mau maju duluan dengan catatan roti dibagi dua. Entahlah, apakah ini ada hubungan dengan "tanggung jawab" atau sekedar dia gak enak kalo makan sendiri hehehe. Yaaah, gak masalah sih :P  

Alhamdulillah, akhirnya amanah itu jatuh pada orang yang tepat dan siap. Lebih tepat dan siap dibanding diriku. Dan orang itu adalah DURRA HANDRI SAPUTERA. Tingkat keluarga putih. Jurusan Teknik Geofisika 2011. Resmi sudah dia menjadi Ketua Perisai Diri Institut Teknologi Bandung periode 2012-2013. Kemudian aku ucapkan selamat juga semangat. Agar amanah ini bisa kau penuhi dengan sangat barokah. Kami, segenap rakyat PD ITB siap berjuang bersamamu. 

Sang Ketua adalah yang ada srip putih di dada kirinya, sedang yang satunya??? Tahulaaaaaaaaah hahaha :P


“Pemimpin adalah seseorang yang dapat meyakinkan yang dia pimpin.”(Durra, 12311010)

0 komentar:

Posting Komentar