“Wahai sekalian manusia, andaikata ada yg
menyeru dari langit, ‘wahai sekalian manusia, sesungguhnya kalian semua masuk
surga kecuali satu orang’, saya takut satu orang itu adalah saya.”
(Umar bin Khattab r.a)
Pernahkah
kita sampai berpikiran seperti itu? Yang ada kita malah bilang,”Eh, bener ya?
Alhamdulillah, aman gue(atau jika aktivis da’wah ‘ane’). Orang temen gue yang
namanya si Fulan itu muka2 masuk neraka hahaha.”
Aku
pun terkadang juga berpikiran seperti itu. Aku melihat temen yang sholatnya
telat dan (kebetulan dengan bantuan-Nya) aku tepat di awal waktu, aku berpikir,”Wah,
daripada itu orang aku LEBIH BAIK.”
Pada
kisah lain misalnya begini. Ada seseorang yang sholatnya awal waktu, berjama’ah
di masjid pula. Dia melihat kawannya yang di awal waktu, tapi tidak berjama’ah
di masjid. Dia bilang,”Ah, aku lebih baik.” Lalu yang tidak berjama’ah di
masjid lihat kawannya yang udah gak jama’ah, telat lagi. Terus dia bilang,”Ah,
aku lebih mendingan.”
Turun
lagi, dia melihat temennya yang sholatnya jarang-jarang, tapi paling gak
minimal sehari sekali dan dia pun bilang lagi,”Lah, yang ini lebih parah dari
saya.” Yang jarang-jarang sholat pun melihat kawannya yang sholatnya cuma 2
kali setahun, yaitu saat hari raya dia berkata,”Daripada yang ini, aku lebih
sering sholatnya mas bro.” Yang sholatnya 2 kali pun saat melihat yang lebih
parah dia Cuma bilang dengan entengnya,”Daripada si itu, aku lebih keren
laaaah. Aku bersyahadat, dia enggak.” Subhanallah, logika apa pula ini.
Mereka-atau
terkadang kita-sering melihat orang-orang di bawah kita. Dalihnya, agar kita
bersyukur. Bersyukur yang bagaimana maksudmu? Yang ada ini hanya akan membuat kita menjadi pribadi kerdil yang gemar mencari-cari kesalahan orang lain. Dan semua ini memang berkisar pada kesalahan kita dalam memahami
serta menempatkan kata “DARIPADA”. Seperti yang kemarin malam aku bahas sedikit
dengan beberapa ikhwan yang lebih baik dariku.
Tapi kata-kata ini akan sangat bagus saat kita melihat apa yang Allah berikan pada kita. Punya motor, lihat yang cuma punya sepeda. Yang punya sepeda pun, lihat yang hanya berjalan kaki. Yang jalan kaki, lihat mereka yang gak bisa berjalan. Begitu seterusnya, jangan dibalik. Namun, mengenai yang kasus sholat awal tadi harusnya yang kurang melihat yang di atanya.
Sebenarnya,
jika kita mau jujur pada hati ini kita tahu bahwa kita sering salah dalam
menempatkan kata “daripada”. Ringkasnya, menurutku kata ini tepat kita pakai
untuk melihat ke atas pada hal-hal dapat kita usahakan dan melihat ke bawah
untuk hal-hal yang kita dapatkan.
0 komentar:
Posting Komentar