Kamis, 04 Oktober 2012

Posted by Heri I. Wibowo | File under :
                Ada yang pernah mengeluh? Hmm, oke deh kalo gitu aku revisi pertanyaanku. Ada yang tidak pernah mengeluh? Hehehe. Aku pikir setiap orang pernah mengeluh kan kawan?

                Sekarang, kenapa kita mengeluh? Karena kebiasaan atau memang merasa sedang mengalami beban berat? Nah, di sini aku akan berbagi cerita sedikit tentang hal yang terakhir. Merasa sedang mengalami beban berat.


                Yaaah, aku pernah mengalami saat-saat di mana rasanya ada banyak masalah yang harus diselesaikan  namun tidak atau sulit sekali selesainya. Belum selesai satu hal, sudah ada 3 masalah baru yang datang. Satu masalah sudah hampir selesai ternyata dia lebih rumit dari yang dipikirkan. Deadline masalah yang satu hari ini, ternyata ada dua hal lain yang deadlinenya kemarin. Berpikir lagi gak ada duit ternyata banyak yang harus dikeluarkan.

                Kebayang kan apa yang aku maksud beban berat itu? Tapi apa kita harus menyerah?

                Tentu jawabnya, TIDAK! Kenapa?

                Pertama, kita harus tahu apa tujuan adanya setiap persoalan hidup kita. Analoginya, jika kita sekolah dan ingin naik tingkat, tentu ada serangkaian PR, tugas, juga ujian bukan(Padahal kenyataannya ini salah satu persoalan hidup sih :P)? Nah, kalo buat sekolah aja kita ada sedemikian banyak persoalan, apalagi hidup? Hidup ini berkembang boy, ada tingkatan-tingkatannya. Kamu anak TK masalahmu ya bingung milih permen rasa apa yang pengen kamu beli, begitu pun jika kau telah dewasa-dan ingin lebih dewasa lagi-tentu persoalanmu bukan seputar masalah permen. Apalagi jika kau tak ingin menjadi orang biasa pastinya masalahmu bukan masalah remeh temeh yang biasa terjadi. 

                Kedua, persoalan hidup akan membuat hidup kita lebih bermakna. Sekarang bayangkan, dari kita lahir di dunia ini sampai nanti kita mati hidup kita lempeng-lempeng saja. Tak ada hal berarti. Tentu memori kita akan sangat miskin. Kenangan kita dangkal. Dan tak ada kebahagiaan-juga kebanggaan- yang akan kita ingat nantinya. Hidup datar, gak asik boy. Life is never flat :D

                Jika kedua hal di atas lebih banyak membicarakan tentang hikmah di balik persoalan hidup, setelah ini aku akan lebih banyak bicara tentang masalah yang terasa semakin berat saja. Masalah yang rasanya diri kita sudah tak mampu lagi menghadapi.

                Pernah semalaman di luar rumah? Mungkin saat camping atau sekedar menikmati sunyinya malam di teras rumah? Saat jam 7 malam, masih terasa malam itu semarak bukan? Cahaya masih banyak.

                Lalu, jam 9 malam keramaian mulai memudar. Banyak manusia yang mulai mengurangi aktivitasnya, bahkan tidur. Jam 2 malam, praktis kesunyian seolah melingkupi kita. Apalagi jika kau sedang di hutan, dan kawan-kawan camping sudah pada tepar. Sungguh, malam sedemikian pekatnya, dan cahaya hanya dari sisa-sisa api unggun yang juga semakin meredup. Dingin pun semakin bertambah dan mencubit tulang.

                Demikianlah, malam semakin larut akan semakin gelap saja. Namun hakikatnya, bukankah bila malam semakin jauh maka itu artinya semakin dekat dengan fajar? Begitu pula dengan persoalan hidup, bila rasanya diri ini sudah tak mampu lagi itu artinya tidak lama lagi akan selesai. Ingat, Allah tak akan membebani hamba-Nya melebihi kemampuannya bukan?

                Dan itu memberi pelajaran pada kita agar jangan mudah menyerah. Bila masalah tak kunjung selesai itu artinya kemampuan kita masih jauh di atas masalah itu sehingga Allah menaikkan dosisnya. Dan siapakah yang paling tahu kekuatan manusia jika bukan Pembuatnya? 

                Selain itu hikmah dari hal ini adalah kita bisa menyadari diri bahwa kita memang butuh Allah. Sangat membutuhkannya. Tanpanya kita bukan apa-apa.

                Misalnya ada mesin bakar torak yang demikian kuat elemen-elemennya tapi tidak bisa berfungsi. Kenapa? Karena tak ada bahan bakar yang masuk ke ruang bakar disebabkan katup intake-nya gak bisa dibuka. Mesin bakar itu sesungguhnya jika beroperasi akan menghasilkan daya yang sangat besar. Seperti diri kita, mungkin benar kita sesungguhnya kuat tapi jika kita menutup hati kita dari cahaya illahi, kita hanya akan menjadi seonggok tubuh tanpa jiwa.

                Aku jadi ingat sebuah kisah. Ada seorang laki-laki yang punya ayah seorang koki handal. Tidak hanya piawai memasak, ayahnya juga sangat bijak. Suatu ketika laki-laki itu mengadu pada ayahnya tentang beban hidupnya yang sangat berat. Tanpa banyak cakap sang ayah mengajak putranya ke dapur dan mulai memasak air di tiga wadah berbeda. Wadah pertama dia beri telur, wadah kedua wortel, dan wadah ketiga kopi. Setelah sekian lama dia ambil ketiga benda itu. Putranya yang bingung bertnya,”Aya, apa maksud semua ini?”

                Sang ayah tersenyum dan menjawab,”Perhatikanlah Nak ketiga benda ini. Jika aku umpamakan air panas adalah masalah hidup, tiga hal mewakili tipe-tipe manusia dalam menyikapinya. Jika kau adalah telur, masalah akan membuat  bagian dalam dirimu-yaitu hati-akan mengeras. Walaupun tadi sebenarnya kau adalah orang yang lembut. Atau jika kau wortel, masalah yang ada hanya membuatmu lembek dan kau menjadi orang yang putus asa. Kau menyerah, tanpa tau yang harus kau lakukan. Berbeda dengan kopi, air panas membuat dia yang tadi hanya benda hitam pahit seolah tak ada apa-apanya menjadi sebuah minuman istimewa. Manusia tipe kopi menjadikan persoalan hidup sebagai katalis perbaikan diri. Apa kau paham Anakku?”

                Yang terakhir nih, tidak menyerah saja persoalan hidup tak kunjung selesai. Apalagi jika kau menyerah booooyyyy…. Ingat ayat ini

                “Baginya (manusia) ada malaikat-malaikat yang selalu menjaganya bergiliran, dari depan dan dari belakangnya. Mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan satu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap suatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya dan tidak ada pelindung selain Dia” (QS 13 : 11)

                Apa topic dari tulisan ini sebenarnya aku tak tahu. Aku hanya menulis saja, mengalir. Sungguh tak terstruktur dan tanpa kerangka. Kalo ada yang merasadapat hikmah semoga itu bisa termasuk salah satu sumber pahala buatku.Tulisan ini tujuan utamanya hanyalah untuk mengingatkan diriku, bahwa sebenarnya aku tahu bagaimana seharusnya bersikap. Namun manusia sering lupa, bahwa yang terpeting bukan TAHU atau MAMPU, tapi MAU.     

0 komentar:

Posting Komentar