Aku
ingin sedikit bercerita kawan. Tentang mereka yang selalu optimis dan yakin.
Tentang mereka yang memiliki pemimpin sangat berwibawa dan begitu visioner
dalam memberikan semangat. Tentang mereka yang begitu berat ujiannnya. Tentang
mereka, generasi awal umat ini.
Siang
itu madinah begitu ramai. Terlihat seakan sedang ada kerja bakti untuk menyambut
sesuatu. Memang benar itu adalah sesuatu, memang benar itu adalah kerja bakti.
Kerja bakti menggali parit mengelilingi kota sementara yang akan disambut
adalah sepuluh ribu pasukan koalisi kafir yang ingin membersihkan kaum muslimin
di tanahnya sendiri. Sepuluh ribu pasukan, dan ini merupakan pasukan terbesar
yang pernah dihimpun orang arab sampai waktu itu. Melawan sekitar tiga ribu
pasukan Islam yang baru saja mengalami kekalahan di perang Uhud.
Kemudian diriwayatkan ketika penggalian
parit-yang mana Rasul sendiri ikut turun-terdapat sebuah batu yang sulit untuk
dihancurkan. Berikut kisah itu selengkapnya:
Dalam riwayat Ahmad & An-Nasa`i, dari Abu Sukainah z
dari salah seorang shahabat Nabi n lainnya dengan sanad yang jayyid,
disebutkan:
“Ketika Nabi n memerintahkan
penggalian khandaq, ternyata ada sebongkah batu sangat besar menghalangi penggalian
itu. Lalu Rasulullah n bangkit mengambil kapak tanah & meletakkan mantelnya
di ujung parit, & berkata: “Telah sempurnalah kalimat Rabbmu (Al-Qur`an)
sebagai kalimat yang benar & adil. Tidak ada yang dapat mengubah-ubah
kalimat-kalimat-Nya & Dia-lah yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”
Terpecahlah sepertiga batu tersebut. Salman Al-Farisi ketika itu sedang berdiri
memandang, dia melihat kilat yang memancar seiring pukulan Rasulullah n.
Kemudian beliau memukul lagi kedua kalinya, & membaca: “Telah sempurnalah
kalimat Rabbmu (Al-Qur`an) sebagai kalimat yang benar & adil. Tidak ada
yang dapat mengubah-ubah kalimat-kalimat-Nya & Dia-lah yang Maha Mendengar
lagi Maha Mengetahui.” Pecah pula sepertiga batu itu, & Salman melihat lagi
kilat yang memancar ketika Rasulullah n memukul batu tersebut.
Rasulullah n memukul sekali lagi & membaca: “Telah sempurnalah kalimat Rabbmu (Al-Qur`an) sebagai kalimat yang benar & adil. Tidak ada yang dapat mengubah-ubah kalimat-kalimat-Nya & Dia-lah yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” Dan utk ketiga kalinya, batu itupun pecah berantakan. Kemudian beliau mengambil mantelnya & duduk.
Salman berkata: “Wahai Rasulullah, ketika anda memukul batu itu, saya melihat kilat memancar.”
Rasulullah n berkata kepadanya: “Wahai Salman, engkau melihatnya?”
Kata Salman: “Demi Dzat Yang mengutus anda membawa kebenaran. Betul, wahai Rasulullah.”
Rasulullah n bersabda: “Ketika saya memukul itu, ditampakkan kepada saya kota-kota Kisra Persia & sekitarnya serta sejumlah kota besarnya hingga saya melihatnya dgn kedua mata saya.”
Para shahabat yang hadir ketika itu berkata: “Wahai Rasulullah, doakanlah kepada Allah agar membukakannya utk kami & memberi kami ghanimah rumah-rumah mereka, & agar kami hancurkan negeri mereka dgn tangan-tangan kami.” Maka Rasulullah n pun berdoa.
“Kemudian saya memukul lagi kedua kalinya, & ditampakkan kepada saya kota-kota Kaisar Romawi & sekitarnya hingga saya melihatnya dengan kedua mata saya.”
Para shahabat berkata: “Wahai Rasulullah, berdoalah kepada Allah agar membukakannya untuk kami & memberi kami ghanimah rumah-rumah mereka, & agar kami hancurkan negeri mereka dgn tangan-tangan kami.” Maka Rasulullah n pun berdoa.
“Kemudian pada pukulan ketiga, ditampakkan kepada saya negeri Ethiopia & desa-desa sekitarnya hingga saya melihatnya dgn kedua mata saya.” Lalu beliau berkata ketika itu: “Biarkanlah Ethiopia (Habasyah) selama mereka membiarkan kalian, & tinggalkanlah Turki selama mereka meninggalkan kalian.”
Rasulullah n memukul sekali lagi & membaca: “Telah sempurnalah kalimat Rabbmu (Al-Qur`an) sebagai kalimat yang benar & adil. Tidak ada yang dapat mengubah-ubah kalimat-kalimat-Nya & Dia-lah yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” Dan utk ketiga kalinya, batu itupun pecah berantakan. Kemudian beliau mengambil mantelnya & duduk.
Salman berkata: “Wahai Rasulullah, ketika anda memukul batu itu, saya melihat kilat memancar.”
Rasulullah n berkata kepadanya: “Wahai Salman, engkau melihatnya?”
Kata Salman: “Demi Dzat Yang mengutus anda membawa kebenaran. Betul, wahai Rasulullah.”
Rasulullah n bersabda: “Ketika saya memukul itu, ditampakkan kepada saya kota-kota Kisra Persia & sekitarnya serta sejumlah kota besarnya hingga saya melihatnya dgn kedua mata saya.”
Para shahabat yang hadir ketika itu berkata: “Wahai Rasulullah, doakanlah kepada Allah agar membukakannya utk kami & memberi kami ghanimah rumah-rumah mereka, & agar kami hancurkan negeri mereka dgn tangan-tangan kami.” Maka Rasulullah n pun berdoa.
“Kemudian saya memukul lagi kedua kalinya, & ditampakkan kepada saya kota-kota Kaisar Romawi & sekitarnya hingga saya melihatnya dengan kedua mata saya.”
Para shahabat berkata: “Wahai Rasulullah, berdoalah kepada Allah agar membukakannya untuk kami & memberi kami ghanimah rumah-rumah mereka, & agar kami hancurkan negeri mereka dgn tangan-tangan kami.” Maka Rasulullah n pun berdoa.
“Kemudian pada pukulan ketiga, ditampakkan kepada saya negeri Ethiopia & desa-desa sekitarnya hingga saya melihatnya dgn kedua mata saya.” Lalu beliau berkata ketika itu: “Biarkanlah Ethiopia (Habasyah) selama mereka membiarkan kalian, & tinggalkanlah Turki selama mereka meninggalkan kalian.”
Lihatlah bagaimana para shahabat
begitu percaya dan termotivasi oleh visi Rasul. Mereka adalah kaum yang
terdahulu, dan merekalah sebaik-baik bagian kaum ini. Bayangkan, saat itu
kondisi Madinah sedang di ujung tanduk.
Pasukan kafir arab ada di depan
mereka dengan kekuatan yang besar, dan ancaman pengkhianatan kaum yahudi dalam
kota tengah mengintai. Belum lagi suplai logistik yang demikian parah
sampai-sampai setiap orang hanya mendapat setetes bubur gandum panas yang hanya
terasa pahit di tenggorokan. Bahkan Rasul sendiri sudah sudah tidak makan
selama tiga hari dan sampai mengikatkan dua buah batu di perutnya(kisah tentang
keberkahan makanan akan aku ceritakan lain waktu). Hingga kaum munafik la’natullah
yang ada di kota berkata,”Jangankan menakhlukkan dua kerajaan besar, bahkan
untuk kencing saja mereka tidak bisa!”
Memang benar kalimat mereka yang
kedua, karena gentingnya pengepungan ini hingga kaum muslimin sekedar buang
hajat saja tidak bisa. Mereka harus selalu siaga di setiap pos perbatasan,
meski ini adalah rumah mereka sendiri. Terasa seakan jantung mennyesak sampai
ke kerongkongan disebabkan rasa takut dan khawatir, ditambah kelaparan dan
kekurangan senjata yang memprihatinkan.
Namun kalimat mereka yang
pertama, sejarah telah membuktikan. Romawi dan Persia berhasil dibebaskan meski
harus menunggu beberapa tahun semenjak wafatnya Rasul.
Ada beberapa ibrah yang aku rasa
bisa kita ambil:
1.
Bahwa seorang teladan untuk menjadi pemimpin itu
ada pada diri Rasul. Pemimpin haruslah menjadi yang pertama kesusahan dan
terakhir bahagia. Pemimpin haruslah merasakan kepedihan rakyatnya. Pemimpin adalah
dia yang mengajarkan dengan keteladanan, bukan perintah memuakkan. Hingga ketika
memberi motivasi, umat akan bangkit dan berjuang bersamanya. Bukan mencibir
lalu meninggalkannya.
2.
Kita harus bisa mencontoh para shahabat yang
demikian patuh dan percaya kepada Rasul. Hingga sesuatu yang (rasanya) hampir mustahil
pun dipercaya. Jangankan persoalan dunia macam penakhlukan, masalah seperti
Isra’ Mi’raj saja mereka membenarkan. Kita? Bahkan banyak diantara kita
mencibir sunnah-sunnah Rasul denan berkata itu tradisi arab. Jangankan berkorban
harta dan jiwa demi agama ini, wong
saat Rasul dilecehkan mereka-yang katanya muslim-malah mencegah orang lain
untuk marah. Haduuuuuuuh.... kalo mencegah orang lain untuk bertindak gegabah,
aku masih setuju.
3.
Bahwa tidak ada hal yang tidak mungkin di dunia
ini. Kita berpikir bagaimana masa depan kita dan malah mengkhawatirkannya
dengan berlebihan. Kita begitu mudah menyerah pada keadaan, dan menyalahkan
Tuhan. Seandainya begitu, tentulah para shahabat dalam kisah ini lebih pantas
untuk khawatir bahkan bunuh diri. Namun kekuatan iman menjadikan mereka kaum yang
selalu optimis, dan berjuang untuk meraih visi terbesar mereka-ridho Allah.
4.
Kaum yahudi-terlebih zionis-adalah kaum yang
sedari dulu tidaklah dapat dipercaya. Bahkan piagam madinah yang dibuat demi
kepentingan bersama pun mereka cabik-cabik dengan pengkhianatan keji ketika
melihat hal itu tidak menguntungkan lagi. Dalam hukum perang modern pun, untuk pengkhianatan
macam itu hanya ada satu hukuman yaitu hukuman mati.
Islam menjadi bagian dari kita dan dan kita bagian dari Islam. otensi Islam mengalir dalam diri kita dan potensi kita mengalir dalam Islam |
5.
Segala hal yang dinubuatkan oleh Al-Qur’an atau
sunnah Rasul pasti terjadi. Dan ada beberapa hal yang membutuhkan usaha umat
untuk mewujudkannya seperti pembebasan Romawi dan Persia. Dan ada pula yang
tanpa campur tangan manusia seperti hari kiamat. Begitu pula tentang isyarat
bangkitnya umat ini setelah kemundurannya. Dan kita, umat muslim haruslah ikut
mengusahakannya. Jangan lihat betapa compang-campingnya kondisi kita, karena
kondisi umat terdahulu lebih payah dalam hal material perjuangan. Namun umat
terdahulu memiliki sesuatu yang belum kita miliki sekarang, kemauan untuk beriman
dan berislam secara tulus dan kaffah.
Kalo ada tambahan, silahkan komen saja :)
0 komentar:
Posting Komentar