“Yang membedakan arang buat bakar sate dengan arang buat bikin pedang
itu hanya kadar oksigen yang kita berikan. Hingga dia bisa mencapai titik lebur
baja.”
MAU
SATE |
ATAU
PEDANG |
Sebuah quote yang begitu penuh
hikmah, yang disampaikan oleh seorang pelatih saat latihan pernapasan kemarin(gak berani
sebut nama beliau hehe). Yaaah, memang beginilah beladiri kebanggaanku ini. Aku
tak hanya mendapat cara menyelesaikan pertarungan dengan efektif, namun juga
bagaimana menjalani hidup ini dengan efisien. Pelatihku keren-keren, teman pun
bermacam-macam.
Ada pelatih yang mengajariku
tentang hukum-hukum fisika, ada yang membuka pikiranku mengenai cinta, juga ada
yang membuatku tertarik pada material teknik. Yang terakhir adalah yang membuat
quote di atas, yang merupakan anak seni rupa namun memiliki pengetahuan yang
lebih hebat tentang sifat-sifat material daripada aku yang dapat kuliahnya. Beliau
tak sekedar tahu, namun mengaplikasikannya dalam industri pembuatan senjata
yang beliau bangun. Martensite, cementite, austenite, perlite, dan
kawan-kawannya. Jadi malu euy, ternyata kuliah cuma nempel di pinggir-pinggir
doang. Dan beliaulah-bersama pelatih lain-yang selalu membuka cakrawalaku bahwa
kelas hanyalah salah satu dari sekian banyak sumber pengetahuan dan hikmah. MasyaAllah…
Oke, kembali pada quote di atas.
Aku akan ceritakan hikmah apa yang bisa aku ambil. Semua ini sebenarnya mirip
dengan hidup. Bahwa menurut termodinamika, agar mendapat suatu hasil dalam
suatu sistem parsial yang entropinya menurun kita perlu memasukkan energi ke
dalamnya. Intinya, setiap hal kita inginkan di dunia ini memerlukan usaha. Kalau
tanpa usaha lalu dapat yang enak terus ya berarti melanggar hukum kedua
termodinamika dong. Kita adalah arang itu, dan usaha serta doa kita adalah oksigennya.
Sekarang, seperti kata pelatihku
tentu ada perbedaan (sumber) energi yang perlu kita berikan pada suatu sistem
tergantung hasil yang kita capai. Dan energi itu berbentuk doa dan usaha. Ingat
ya, usaha dan doa. Karena mereka yang hanya berusaha tanpa berdoa adalah
orang-orang sombong sedang mereka yang hanya berdoa tanpa berusaha hanyalah
orang-orang malas. Dan mari instropeksi, untuk memperoleh kebahagian dunia saja
kita rela berpayah-payah, namun kenapa untuk akhirat yang jelas abadi kita tak
siapkan bekalnya dengan baik? Untuk mendapatkan cinta seorang manusia saja (mungkin)
kita rela jungkir balik tidak tidur, lalu apa yang telah kita lakukan untuk
mendapatkan cinta-Nya? Astaghfirullahal ‘adzim, innallaha ghafururrahim… betapa
sering kita tak adil pada-Nya. Dan hanya orang-orang yang selalu mengingat pertemuan
dengan Tuhannyalah yang akan beruntung. Semoga
kita termasuk dalam barisan orang-orang yang mencintai Allah dan Allah
Mencintai kita, aamiin…
0 komentar:
Posting Komentar