Jumat, 16 November 2012

Posted by Heri I. Wibowo | File under :


                Hari-hari yang (terasa sibuk) boy. Hingga sepertinya blog ini merasa aku telantarkan. Biarlah, terkadang kita butuh istirahat bukan? Begitu pula blog ini(alesan doang :P).

                Yang aku ingin ceritakan sekarang  mungkin tidak seberat yang sebelum-sebelumnya. Karena ini tentang cinta. Yup, CINTA. Lebih tepatnya, bagaimana mengelola cinta. Basi sih, tapi entah kenapa aku ingin membaginya.


                Tadi malam, aku sedang cukup galau. Dan galau itu baru bisa terobati setelah datang ke kosan senior fakultas. Galau yang ini cukup suram, karena menyangkut sesuatu yang telah kurasakan sejak seminggu yang lalu. Yaitu mengenai windows 8 di laptopku yang tidak bisa buat menjalankan Autodesk Inventor 2010. Kok seminggu? Ya, karena inventorku sudah seminggu gak mau jalan sehingga aku harus bergonta-ganti pasangan buat flashdisk-ku dan akhirnya dia pun terjangkit penyakit virus trojan-,-.           

                Sebenarnya bukan ini inti ceritanya hehehe. Namun, sebenarnya adalah mengenai perbincangan kami berdua. Yaaah, semi mentoring laaaah karena dia juga mentorku hehe. Mentor yang cukup komplit karena bukan masalah agama saja, tapi juga di bidang beladiri, IT, dan kuliah. Juga cinta hahahaha. Awalnya hanya cerita biasa mengenai perbandingan solidworks dan inventor, perancangan UAV-nya di IARC kemarin, masalah persiapan ke gunung, cara nge-crack(sssssssstt hehehe) program, beasiswa yang tidak kunjung turun, hingga masalah itu hehe.

Cerita tentang ini” dengan beliau dibuka ketika aku melihat proposal nikah. Proposal nikah mentor seniorku itu, bukan punya dia hehehe(berarti kakek mentorku dong :P). Dan jadilah cerita melanglang jauh hahaha .

                Dengan cukup sok tahu (sori mas ^^V) seniorku tersebut berkata tentang sifat-sifat wanita. Dan entah kenapa, aku sangat percaya hehe. Menurutnya, wanita itu adalah makhluk yang istimewa dan seharusnya memperlakukan dirinya juga diperlakukan oleh orang lain secara istimewa pula. Salah satu keistimewaanya adalah mengenai kesetiaannya. Kesetiaan yang begitu utuh, hingga ketika dia  telah mencintai seorang pria (umumnya) hanya pria itulah yang akan mengisi hatinya. Hal ini-katanya merujuk suatu artikel yang pernah dibacanya- disebabkan oleh organ seks-nya. Seperti kita ketahui bahwa “jatah” ovum setiap wanita itu terbatas hingga bila telah habis wanita akan menopouse(bener gak nih tulisannya?). Selain itu, ovum hanya keluar setiap sebulan sekali dan itu pun hanya satu. Sungguh istimewa bukan? Berbeda dengan laki-laki yang kuantitas sperma dan masa suburnya yang tidak terbatas selama dia sehat.  Inilah salah satu sebab kenapa wanita menjadi setia, karena dia (seharusnya hanya) akan mempersembahkan ovumnya kepada yang benar-benar dia cintai.

                Tetapi, sekarang beliau jadi bertanya-tanya. Bukankah dengan demikian akan kasihan, ketika seorang pria telah membuatnya jatuh cinta hingga hanya ada namanya dalam pahatan hati sang wanita, sang laki-laki ternyata bukanlah suaminya. Karena pacarnya yang dulu menikah dengan wanita lain dan (kami pikir) si pria belum tentu ingat pada sang wanita. Di sinilah beliau sangat menyayangkannya. Makhluk yang istimewa, tidak memperlakukan dirinya dengan istimewa, yang akhirnya membuat dia tidak diperlakukan dengan istimewa. Sehingga beliau sangat mengecam pria yang suka mengumbar cinta dan kasihan pada wanita yang terlalu mudah menerimanya. Padahal, belum tentu mereka akan menjadi sepasang kekasih yang halal oleh ikatan yang berat-pernikahan.

                 Kemudian, aku melontarkan sebuah komentar,”Berarti, kalo aku suka sama orang dipendam aja dulu mas bro?” Dalam pikiranku aku teringat kata-kata dalam film yang konyol-Pocong Juga Pocong:”Cinta itu seperti kentut, ditahan sakit, dikeluarin malu” hahahaha.(Dan akhirnya aku tahu, bagaimana biar tidak malu, tak hanya di mata si wanita tapi juga juga di hadapan Yang Kuasa-menikahinya)

                Kemudian mas bro-ku itu berkata bahwa kediaman kita bukanlah sebuah kepengecutan, kepecundangan. Justru menurutnya, itu adalah sikap terbaik dan rela berkorban dari seorang pria sejati. Karena dia tak ingin membuat hati sang wanita terpaut padanya padahal belum tentu dia menjadi suaminya. Dan dia pun tak mau memanjangkan angan-angannya oleh wanita yang belum tentu melahirkan anak-anaknya(SECARA SAH!). Alasan yang terakhir cenderung karena logika, yaitu dia sangat tidak mau jika nanti di hati istrinya ada nama laki-laki, dan laki-laki itu bukanlah dia(kembali pada pembahasan di atas). Sehingga cara termudah, adalah jangan menjadikan nama diri kita ada di hati istri orang lain. (Dalam hati aku mbatin,”Mas, namaku ada di hati istri orang lain. Sampai mati bahkan di akhirat akan selalu ada namaku di hati wanita itu. Karena wanita itu adalah istri bapakku alias ibuku :P)

                Aku jadi teringat kisah cinta yang hebat. Bukan romeo dan juliet yang mati konyol itu. Juga bukan kisah cinta si Pat Kai dengan seribu penderitaannya hahaha. Namun kisah cinta putri seorang paling mulia di jagad ini dengan menantunya yang termasuk Khulafaur Rasyidin. Fatimah Az-Zahra bersama kekasihnya yang hebat, ‘Ali bin Abi Thalib. Bagaimana kediaman mereka telah menjaga kesucian hati mereka, hingga pernikahan menjadi suatu kejutan yang masih utuh. Apakah mungkin manisnya kue akan terasa jika krimnya telah dicolek-colek dulu?(Jadi inget cerita kawan yang suka nyolekin bahan roti bikinan ibunya, nyummy…. Hehehe)  

                Oh ya, pernah ada percakapan menarik antara aku dengan seorang kawan:
K(kawan): “Her, jodoh itu di Tangan Tuhan ya katanya?”
A(aku): “He? Iya laaaaaaaah.”
K:  “Berarti kalo gak di ambil gak jadi milik kita dong.”
A: ”Tentu mas bro!”
K: “Kok gak lho ambil2?? :P”
A: “Lah, kalo tak ambil sekarang mau di apain? Orang belum bisa diapa-apain ;P”
K: “Wah, bener juga ya --“

                Jadi, begitulah kawan. Hebatnya cinta, indahnya wanita, dan mulianya pernikahan. Jangan kau peralat cinta, rusak wanita, dan cemooh pernikahan. Biarkan mereka yang memang ingin menjaga hatinya, mendapat pendamping yang juga terjaga. Aamiin.

                “Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah buat wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula)”. (An Nuur : 26)

                So simple and logic, isn’t it?

0 komentar:

Posting Komentar