Ah, rasanya kuliah
di hari Sabtu itu …
Jujur, sebenarnya
ada banyak kata yang mungkin jika dirangkai bisa menjadi sehalaman A4 puisi
untuk mendeskripsikan hal di atas. Namun, inti dari semuanya itu malaaaaaaaaas
bangeeeeeeet hahaha. Apalagi tadi malam ujian termodinamika 2 sampai jam sembilan.
Dan tahu kuliah apa hari ini? Yup, Elemen Mesin 1. Kuliah yang seru sebenarnya,
karena sekaranglah kau mulai diajari mendesain sesuatu dengan kaidah-kaidah
yang telah ditetapkan seperti pembuatan kriteria, asumsi, analisis beban,
pemilihan material, analisis tegangan, kesimpulan, dan spesifikasi.
Dan dosen
pengajarku sebenarnya tidak main-main. Beliaulah yang membangun instalasi
geothermal di Dieng dan kini menjabat sebagai eselon satu di Kementrian ESDM. Nah,
karena jabatan beliau itulah yang menjadikan beliau sangat sibuk.
Kemudian, di 30 menit
terakhir kuliah beliau mulai mengajak kami berdiskusi-khas seperti biasanya. Beliau
mulai menceritakan sedikit tentang apa yang beliau kerjakan sekarang, yaitu coordinator
dalam pengembangan teknologi konversi dari BBM (Bahan Bakar Minyak) menuju
BBG(Bahan Bakar Gas) di Kementrian ESDM(Mentrinya lulusan Teknik Mesin ITB
angkatan 1970 ho :P). Dan bagaimana kondisi bangsa ini dalam pandangan seorang mechanical engineer.
Setelah banyak
cerita yang begitu menginspirasi tentang tantangan enegi bangsa ini, beliau
mulai bercerita pada hal yang lebih umum. Pandangan hidupnya. Pandangan hidup
yang katanya dibawa beliau sebagai orang Bali asli. Beliau bercerita bahwa
seorang turis Jerman datang ke Bali. Di sana, turis itu melihat seorang pribumi
yang sedang duduk di kebunnya sambil senyum-senyum. Lalu terjadilah dialog
berikut antara pribumi(P) dan turis(T).
T :
Bapak lagi apa?
P :
Emang ada apa Mister?
T :
Karena yang Bapak lakukan ini beda dengan yang para pria lakukan di Negara saya.
P :
Lho, memang mereka ngapain?
T :
Mereka bekerja tak kenal lelah siang dan malam, sungguh produktif.
P :
Buat apa mister?
T :
Buat cari uang(capital).
P :
Kalo udah dapat uang buat apa Mister?
T :
Buat dijadikan modal agar mendapat kekayaan yang lebih banyak dan akhirnya
menjadi asset.
P :
Kalo sudah kaya terus kenapa Mister?
T :
Kalo kaya bisa jalan-jalan seperti saya ini, senang-senang, berlibur.
P :
Berlibur dan jalan-jalan, emang ada apa dengan hal itu?
T :
Ya artinya kita bisa bersantai dalam hidup ini.
P :
Memangnya yang saya lakukan sekarang apa?
T :
Eh, iya ya sama-sama bersantai.
Ternyata
prinsip hidup sederhana bagi kita dalam menjalani hidup ini sangat sederhana. Yang
penting santai saja. Namun ingat-kata beliau-santai dan malas situ dua hal yang
sangat berbeda. Santai lawan katanya adalah kemrungsung,
kesusu bahasa Jawanya, bukan rajin bukan? Jadi SANTAI itu adalah mengerjakan sesuatu dengan kecepatan dan
ketepatan yang baik namun dengan perasaan yang senang. Bukan tidak
mengerjakannya.
Jadi
yang membedakan orang santai dengan orang tidak santai bukan kualitas
pekerjaannya saja, namun lebih dari itu adalah apa yang dirasakan ketika
mengerjakan dan yang didapat setelah mengerjakannya. Dan santai-menurut
beliau-hanya bisa dicapai oleh orang yang ENJOY.
Dan enjoy hanya bisa dilakukan jika kita SENANG pada apa yang kita kerjakan. “Jadi seperti yang saya katakan
di awal kuliah, inti dari semuanya itu adalah senang. Kalau Anda senang, ada PR
harusnya bisa dikerjakan dengan enjoy, sambil senyum-senyum. Misal yang satu
mengerjakan dengan enjoy sedangkan yang satunya dengan terpaksa memang bisa
saja hasil yang diberikan pada saya akan mendapat nilai yang sama. Tapi, apa yang didapatkan oleh yang mengerjakannya
akan sangat berbeda. Saya jamin itu! Yang enjoy akan lebih sehat biasanya. Nanti,
pada akhirnya akan bisa dikatakan “every
day is holiday”.”
Dan
sekali lagi, sindiran ini sangat menohokku yang sempat merasakan malas yang
sangat untuk kuliah Sabtu ini. Padahal beliau yang demikian sibuknya bisa saja
masuk kelas dengan wajah sumringah dan mengerjakan soal dengan begitu enjoy. Sebuah
pelajaran yang begitu berharga dari Prof. DR. Ir. IGN. Wiratmaja Puja.
0 komentar:
Posting Komentar