Perjalanan akan memberikan
hikmah, hanya jika itu perjalanan yang tidak melanggar syari’at dan bersama
seseorang yang memang berpotensi memberi himah. Seperti yang saya alami hari Sabtu
lalu.
Awalnya sedang lelah karena
kurang tidur malamnya buat UTS 2 Mekanika Fluida 2 jam 7 malam dan baru kelar
praktikum nyelup besi anget(850o C) sampai jam 3 sore. Eh, tiba-tiba
HP di kantong bergetar. Ada sms masuk dari Pak Ketua, isinya kurang lebih
begini:
Her, bisa ikut ke Banjaran besok? Kosong kan
jadwalmu? Ada undangan dari teman, kalo
remaja binaan Ustadz ada acara. Yang ikut pengurus inti saja. Katanya pengen
banyak kenalan kan?
Saya pikir ketika Anda sudah muak dengan deadline akhir-akhir ini, sebuah ajang silahturahim tentu tawaran yang sangat sulit untuk ditolak bukan? Lalu saya mulai mengecek agenda, fix kosong kecuali ta’lim mingguan. Latihan rutin juga sudah libur karena masuk masa UAS. Karena yang mengajak adalah ketua organisasi yang mengadakan ta’lim ini, saya pikir gak berangkat boleh laaaah hehehe. Lagipula sekalian nostalgia sama waktu di Semarang, di mana karang tarunanya(pas zaman saya) masih aktif.
Saya pikir ketika Anda sudah muak dengan deadline akhir-akhir ini, sebuah ajang silahturahim tentu tawaran yang sangat sulit untuk ditolak bukan? Lalu saya mulai mengecek agenda, fix kosong kecuali ta’lim mingguan. Latihan rutin juga sudah libur karena masuk masa UAS. Karena yang mengajak adalah ketua organisasi yang mengadakan ta’lim ini, saya pikir gak berangkat boleh laaaah hehehe. Lagipula sekalian nostalgia sama waktu di Semarang, di mana karang tarunanya(pas zaman saya) masih aktif.
Sebagai
wakil ketua yang kerjaannya ngasih sambutan di arisan rutin pas ketua gak ada
atau nyorakin anak-anak kecil pas lomba 17-an, saya begitu tergoda untuk
melihat organisasi pemuda di tempat tinggal daerah sana. Setelah saya jengah
melihat para pemuda sekarang sok aktif di kampus atau di sekolah namun pada
tetangga sebelah rumah menyapa pun enggan. Selain itu, sebagai (katanya)
pengurus inti, ya sungkan juga kalau gabut
melulu bukan? Hehehe.
Bisa mas, jika tak ada hal yang mendadak yo.
Dan pastinya, nebeng hehe.
Namun
malamnya, saya buru-buru sms lagi pak Ketua jika tadi Pak Dosen Elemen Mesin 2
memberikan take home quiz yang soalnya baru akan diunggah hari Sabtu pukul 3
sore dan harus dikumpulkan(via online juga) pada pukul 5 sore. Selain itu
ternyata ada musyawarah pemilihan Ketua PD ITB periode 2013/2014 jam 4 sore. Man,
suram! Tetapi akhirnya Sang Ketua bisa memberi jaminan jika sebelum pukul 3
sore sudah bisa di Kota Bandung lagi. Yeah!
Singkat
cerita, tibalah hari Sabtu. Jam 7 pagi
katanya saya akan dijemput di masjid Batan. Ya sudah, sekalian nunggu mampir
dulu ke sekre Himpunan buat baca koran hehe. Dan ketika dalam perjalanan
berangkat, mulai berbincang dengan beliau. Lebih banyak mengenai segi
organisatif dan struktur. Juga beberapa isu umat yang sedang panas, seperti
syiah, kaum liberal, dan tentu Suriah. Dan inilah pertama kalinya saya melihat
kampus IT Telkom yang terkenal itu.
Perjalanan
lumayan panjang menuju Kabupaten Bandung(jadi salut dengan salah satu Ustadz
kami yang seringkali harus nglaju dari
Ciwidey ke Bandung untuk mengisi Liqa’. MasyaaAllah…) tidak terasa karena
selain diisi dengan mengobrol juga jalan yang baru selalu menarik untuk
dihafalkan. Akhirnya, tiba di sana. Eh, ternyata acaranya adalah sunatan massal
hahaha. Malah jadi teringat zaman sunat dulu. Dan tahukah Anda semua, waktu
sampai saya langsung terkagum-kagum. Karena di panggung, anak-anak yang sepertinya
masih SD bergantian melantunkan Al-Qur’an secara tartil. Dan mereka hapalan,
super sekaliiiiii… Dan hapalannya bukan tentang surah-surah pendek saja lho.
Dan
itu dia, kawan dari ketua saya(Ternyata bukan remaja, tapi Pembina remajanya
-_-). Langsung saja disuruh sarapan dulu. Cihuy, yang begini-begini yang bikin
mahasiswa rantau tersenyum lebar. Sambil makan, baru kami berkenalan. Waktu salaman
sambil lihat tangan saya beliau langsung bilang,”Widih, antum apa beladirinya? Silat?”
“Sambil malu-malu saya jawab,”Eh, iya Pak. Dikit-dikit laaaah.” Begitulah,
semuanya ternyata ahli beladiri. Dan FYI, ketua saya ini adalah atlet judo
selain juga menguasai Jet Kune Do. Silat juga bisa. Dan Bapak yang tadi, beliau
sekarang sedang mendalami Thifan, selain juga menguasai silat, bhutong, dan
tarung derajat. Jadilah setelah piring habis, kami berdiskusi tentang beladiri.
Bahkan orang-orang di sana sampai bingung melihat saya yang tiba-tiba dikunci
dengan gerakan judo sambil duduk, di mana rasanya ini leher kejepit banget. Andai
anda tahu seperti apa badan yang memiting saya hahaha.
Di
sini, saya merasakan ukhuwah yang mendalam. Belum kenal tapi senyum selalu di
wajah, wajah mereka adem-adem—mungkin karena ditempa nikmatnya tahajud. Dan saya
merasa menjadi yang tercupu di sana. Ketika waktu dzuhur tiba, selepas
main-main sedikit(lagi) tentang gerakan beladiri yang diketahui di ruang takmir
semuanya langsung mengambil air wudhu. Kami sholat, dan wah, rapat dan lurus
shaff-nya. Jadi envy, karena kadang
di Masjid dekat kosan saya(juga rumah saya) kakinya pada menjauh waktu saya
pepet. Padahal saya udah mandi lho sebelum ke masjid -_-
Nah,
sekarang baru akan saya ceritakan hikmah ketika perjalanan pulang. Ada 3 hal
yang paling membekas.
Pertama,
karena kami memang jatuh hati pada beladiri menjadikan pembicaraan masih
berkisar tentangnya. Lalu merembet ke pedang. Lalu merembet mengomentari pedang
Sahabat Umar bin Khattab yang beratnya puluhan kilogram. Lalu mengklasifikasikan
kemampuan gaya bertarung Khalid bin Walin, Ali bin Abi Thalib, Rasulullah, dan
tentu Umar. Khalid kami masukkan ke dalam petarung yang full teknik, bersama
dengan Ali bin Abi Thalib. Di mana sejarah mencatat Khalid adalah petarung
dengan skill mumpuni, bahkan pernah berduel melawan 200 orang sampai harus
mematahkan 13 pedang. Sedangkan Ali pernah memutuskan ikat pinggang lawan
dengan pedangnya sedangkan orangnya tidak tergores sedikit pun. Kemudian Umar,
kami perbincangkan sebagai petarung yang full power. Bayangkan, dengan pedang
puluhan kilogramnya tentu sekali tebas bisa pecah perisai dan baju besi. Belum lagi,
gaya bertarung arab selalu memakai pedang satu tangan. Betapa full powernya
beliau. Badannya kekar, dan dalam salah satu riwayat disebutkan jika Umar naik
keledai maka kakinya akan menyeret di tanah. Wow, besar sekali badannya. Dan tentang
Rasul, kami hanya bersepakat satu hal: Beliau adalah pegulat ulung dan semua
kebaikan manusia terkumpul padanya.
Kami
lalu berbincang lebih khusus tentang Umar, bagaimana ketegasan dan kerasnya
beliau pada keburukan. Bahkan setan pun memilih mencari jalan berputar jika
tahu akan berjumpa dengan Umar. Satu hal yang saya belum tahu adalah meski Umar
adalah orang tak kenal takut, beliau pernah meringkuk diam ketika “diomeli”
seorang nenek-nenek. Berikut kisahnya:
Khaulah
merupakan seorang wanita yang fasih berkata-kata, cerdik dan selalu merujuk
kepada Allah dan RasulNya apabila menghadapi sesuatu masalah. Dalam keadaan apa
sekalipun, imannya tetap teguh dan utuh. Surah al-Mujadalah menceritakan
peristiwa penting yang berlaku kepada Khaulah iaitu ‘zihar’, dan ia dapat
dijadikan panduan dan pengajaran kepada seluruh umat Islam.
KAITAN
KHAULAH DENGAN SURAH AL-MUJADALAH
Pada
suatu hari, Aus Bin Samit telah mengatakan kepada Khaulah Binti Tha'labah
isterinya iaitu, "Bagiku engkau ini seperti punggung ibuku." Kemudian
Aus keluar setelah mengatakan perkataan tesebut . Beberapa ketika kemudian, Aus
masuk dan ingin bersama dengan Khaulah. Akan tetapi kesedaran hati dan
kehalusan perasaan Khaulah membuatnya menolak hingga jelas hukum Allah tehadap
kejadian ‘zihar’ yang baru pertama kali terjadi dalam sejarah Islam.
Khaulah
berkata, "Tidak... jangan! Demi yang jiwa Khaulah berada di tangan-Nya,
engkau tidak boleh menjamahku kerana engkau telah mengatakan sesuatu seperti
yang telah engkau ucapkan terhadapku. Jadi, tunggulah sampai Allah dan
Rasul-Nya memutuskan hukum tentang peristiwa yang menimpa kita."
Kemudian
Khaulah keluar menemui Rasulullah saw dan duduk di hadapan Nabi serta
menceritakan peristiwa yang menimpa dirinya dengan suaminya. Khaulah berdialog
dan meminta fatwa tentang perkara tersebut. Rasulullah saw bersabda:"Aku
belum pernah menerima perintah (wahyu) berkenaan urusanmu tersebut... aku tidak
melihat melainkan engkau sudah haram baginya."
Khaulah
mengulangi perkataannya dan menjelaskan kepada Rasululah saw apa yang akan
menimpa dirinya dan anaknya jika dia harus bercerai, namun Rasulullah tetap
menjawab, "Aku tidak melihat melainkan engkau telah haram baginya."
Selepas
itu, Khaulah sentiasa mengangkat kedua tangannya memohon ke hadrat Ilahi untuk
menguraikan kesedihan dan kesusahan yang terpendam di dalam hatinya itu. Dalam
sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah, al-Hakim, Baihaqi serta lainnya
dari 'Aisyah r.a., dia berkata :"Maha Suci Allah yang pendengaran-Nya
mendengar segala sesuatu. Sungguh aku mendengar perkataan Khaulah binti
Tsa'labah dan sebahagiannya tidak dapat ku dengar, ketika dia mengadukan
perihal suaminya kepada Rasulullah sawdan berkata : Wahai Rasulullah, dia
menghabiskan masa mudaku dan aku banyak melahirkan anak untuknya. Setelah
usiaku menjadi tua dan aku ber-henti melahirkan, dia melakukan zihar
terhadapku. Ya, Allah, aku mengeluhkepada-Mu."
Kemudian
turunlah wahyu (Surah al-Mujadalah ayat 1-5) yang bermaksud:
[1]
Sesungguhnya Allah telah mendengar (dan memperkenan) aduan perempuan yang
bersoal jawab denganmu (wahai Muhammad) mengenai suaminya, sambil dia berdoa
merayu kepada Allah (mengenai perkara yang menyusahkannya), sedang Allah sedia
mendengar perbincangan kamu berdua. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar, lagi
Maha Melihat.
[2]
Orang-orang yang "ziharkan" isterinya dari kalangan kamu (adalah
orang-orang yang bersalah, kerana) isteri-isteri mereka bukanlah ibu-ibu
mereka. Ibu-ibu mereka tidak lain hanyalah perempuan-perempuan yang melahirkan
mereka dan sesungguhnya mereka (dengan melakukan yang demikian) memperkatakan
suatu perkara yang mungkar dan dusta dan (ingatlah), sesungguhnya Allah Maha
Pemaaf, lagi Maha Pengampun.
[3]
Dan orang-orang yang "ziharkan" isterinya, kemudian mereka berbalik
dari apa yang mereka ucapkan (bahawa isterinya itu haram kepadanya), maka
hendaklah (suami itu) memerdekakan seorang hamba sebelum mereka berdua (suami
isteri) bercampur. Dengan hukum yang demikian, kamu diberi pengajaran (supaya
jangan mendekati perkara yang mungkar itu) dan (ingatlah), Allah Maha Mendalam
PengetahuanNya akan apa yang kamu lakukan.
[4]
Kemudian, sesiapa yang tidak dapat (memerdekakan hamba), maka hendaklah dia
berpuasa dua bulan berturut-turut sebelum mereka (suami isteri) itu bercampur.
Akhirnya sesiapa yang tidak sanggup berpuasa, maka hendaklah dia memberi makan
enam puluh orang miskin. Ditetapkan hukum itu untuk membuktikan iman kamu
kepada Allah dan RasulNya (dengan mematuhi perintahNya serta menjauhi adat
Jahiliah) dan itulah batas-batas hukum Allah dan bagi orang-orang yang kafir
disediakan azab seksa yang tidak terperi sakitnya.
ARAHAN
NABI TERHADAP KHAULAH DAN SUAMINYA
Apabila
turunnya wahyu, Rasulullah saw pun menjelaskan kepada Khaulah tentang kaffarah
zihar:
Nabi:
Perintahkan kepadanya (suami Khaulah) untuk memerdekakan seorang budak.
Khaulah: Ya Rasulullah, dia tidak memiliki seorang budak yang boleh dia
merdekakan. Nabi: Jika demikian, perintahkan kepadanya untuk puasa dua bulan
berturut-turut. Khaulah: Demi Allah, dia adalah lelaki yang tua dan tidak mampu
untuk berpuasa. Nabi: Perintahkan kepadanya memberi makan kurma kepada sebanyak
60 orang miskin. Khaulah: Demi Allah, ya Rasulullah, dia tidak memilikinya. Nabi:
Aku bantu separuhnya. Khaulah: Aku bantu separuhnya yang lain, wahai
Rasulullah. Nabi: Engkau benar dan baik, maka pergilah dan sedekahkanlah kurma
itu sebagai kaffarah baginya, kemudian bergaullah dengannya secara baik. Maka
Khaulah pun melaksanakan apa yang diperintahkan oleh Rasulullah itu.
KHAULAH
DAN SAIDINA UMAR
Khaulah
pernah memberhentikan Khalifah Umar bin al-Khattab ra yang sedang berjalan
untuk memberikan nasihat kepadanya. Beliau berkata, "Wahai Umar, aku telah
mengenalmu sejak namamu dahulu masih Umair (Umar kecil) tatkala engkau berada
di pasar Ukaz, engkau mengembala kambing dengan tongkatmu, kemudian berlalulah
waktu hingga engkau bernama Umar, kemudian berlalu hari demi hari sehingga
memiliki nama Amirul Mukminin, maka bertakwalah kepada Allah perihal rakyatmu,
dan ketahuilah bahawa sesiapa yang takut kepada siksa Allah maka yang jauh akan
menjadi dekat dengannya, dan sesiapa yang takut mati, maka dia akan takut
kehilangan, dan sesiapa yang yakin akan adanya hisab, maka dia takut terhadap
azab Allah."
Khaulah
menasihati Sayyidina Umar Amirul Mukminin, dalam keadaan Sayyidina Umar berdiri
sambil menundukkan kepalanya dan mendengar perkataan Khaulah dengan baik.
Seorang sahabat yang bersama Umar bin al-Khattab ketika itu mengatakan kepada Khaulah,
"Engkau telah banyak berbicara kepada Amirul Mukminin wahai wanita!"
Sayyidina
Umar kemudian menegurnya, "Biarkan dia,.. tahukah kamu siapakah dia?
Beliau adalah Khaulah yang Allah mendengarkan perkataannya dari langit yang ke
tujuh, maka Umar lebih berhak untuk mendengarkan perkataannya." Dalam
riwayat yang lain, Umar berkata, "Demi Allah, seandainya beliau tidak
menyudahi nasihatnya kepadaku hingga malam hari, maka aku tidak akan
menyudahinya sehingga beliau selesaikan apa yang dia kehendaki, kecuali jika
telah datang waktu solat, maka aku akan mengerjakan solat, kemudian kembali
untuk mendengarkannya hingga selesai keperluannya." Sumber: http://diarisedetiklebihfarisha.blogspot.com/2012/12/kisah-khaulah-binti-thalabah.html
Tertulis
di dalam buku Al-Isabah fi Tamyiiz al-Sahabah karangan Ibn Hajar al-‘Asqalani.
Wow, tertegun saya mendengarnya. Memang
tidak selengkap yang saya copas-kan ini, tapi tentu sepanjang perjalanan saya
merenung. Bukankah pemuda saat ini seringkali berkebalikan? Berani membentak
seorang wanita tua(bahkan ibunya) namun berlaku seperti banci bahkan anjing
penjaga yang selalu nurut jika sedang bersama pacar atau wanita yang membuatnya
kasmaran.
Wah, jadi kepanjangan ya. Padahal ada yang
mau saya share juga perihal
komentarnya mengenai PKN(Pekan Kondom Nasional) dan memilih, ehem, teman hidup
hehehe. Lain waktu saja deh, takut Anda sudah bosen bacanya. Selamat malam,
selamat menikmati hari Anda semua :)
0 komentar:
Posting Komentar