Senin, 30 Juni 2014

Posted by Heri I. Wibowo | File under : , ,
Bismillah...

                Wah, blog ini sudah beberapa minggu terlantar. Mungkin karena terlalu focus ke blog satunya hehe—ngeles. Baik, apa yang ingin saya ceritakan hari ini? Hmm, mungkin karena sudah masuk suasana Bulan Ceria—Ramadhan—maka saya akan menceritakan dan hikmah terbaru yang saya dapat, tadi.

                Pada awalnya hari ini kami berencana untuk Praktikum PPT (Para Pencari Ta’jil). Bahkan sudah diatur rapi mau ke masjid mana jam berapa. Namun, qadarullah malah dapat panggilan dari Ustad buat ke masjid yang tadinya ingin dituju. Begini bunyinya:

Dimhn hdr kajian ramadhan dan buka bersama hari ini,
30 jun jam 16.00 di kaffah..
Ksh thy g lain.
Jzk.

                Singkat, padat, dan jelas. Sebagai tukang jarkom jadilah saya menyebarkannya. Dan rencana yang tadinya iseng-iseng ternyata Didengar oleh Allah :)


                Bahkan saya mendapatkan sesuatu yang lebih luar biasa daripada “sekedar” ta’jil—ilmu dan hikmah. Ternyata eh ternyata, yang mengisi kajian bukan Ustadz sendiri (maksudnya Ustadz saya dan yang memberi panggilan tersebut), namun seorang ustadz muda yang saya pikir usianya tak terlampau jauh dari saya—dan dari logatnya, orang jawa juga. Bahkan saya suspect beliau belum lama lulus dari pesantren.

                Nah, pada kajian sore tadi beliau memberikan kajian mengenai satu ayat. Hanya satu ayat, yaitu ayat ke-77 Surah An-Nisa’ yang artinya:

Tidakkah engkau memperhatikan orang-orang yang dikatakan kepada mereka,** “Tahanlah tanganmu (dari berperang), laksanakanlah shalat dan tunaikanlah zakat!” Ketika mereka diwajibkan berperang, tiba-tiba sebagian mereka (golongan munafik) takut kepada manusia (musuh), seperti takutnya kepada Allah, bahkan lebih takut (dari itu). Mereka berkata, “Ya Tuhan kami, mengapa Engkau wajibkan berperang kepada kami? Mengapa tidak Engkau tunda (kewajiban berperang) kepada kami beberapa waktu lagi?” Katakanlah, “Kesenangan di dunia ini hanya sedikit dan akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa (mendapat pahala turut berperang) dan kamu tidak akan dizalimi sedikit pun.” (QS. 4: 77)
------------------------------------------------------------------
**Orang yang menampakkan dirinya beriman dan minta izin berperang sebelum ada perintah berperang.

                Nah, beliau menerangkan hikmah-hikmah “dilarangnya” jihad pada waktu tersebut merujuk kepada buah pemikiran Sayyid Quthub. Ada beberapa poin yang saya ingat:

1.       Menjaga embrio kaum muslimin yang baru dibangun
2.       Merupakan masa tarbiyah dan I’dad.
3.       Mencegah fitnah dari tertumpahnya darah di kalangan sesama keluarga.
4.       Masih belum stabilnya kekuatan kaum muslimin.
5.       Dan lain-lain, bisa dibaca sendiri hehe.

Mungkin yang di atas agak berat pembahasannya. Tapi yang mau saya ceritakan lebih detail adalah malah kultum yang beliau sampaikan saat tarawih. Eh, FYI ternyata di Bandung ini terkenalnya tarawih dengan formasi 4-4-3 lho hehe.

Karena dari 3 kali tarawih, jujur inilah kultum yang paling pas. Meskipun ada yang mengartikan “kuliah terserah antum” alih-alih “kuliah tujuh menit”, tapi ada yang terserahnya itu sampai 20-30 menit dengan materi yang tidak menarik (bukan tidak penting lho). Orang habis buka pasti kekenyangan dan ngantuk, eh diceramahin konsep dan dalil, siapa yang tidak tepar? *ngeluhdikit.

Dan saya baru mendapatkan hikmah, bahwa kultum atau yang semisal itu baiknya dengan metode kisah. Karena pada dasarnya manusia itu suka dengan cerita alias dongeng bukan? (Meski jujur koleksi dongeng saya kebanyakan di kisah-kisah yang berhubungan dengan senjata sampai Pak Bos nyuruh baca shirah 60 shahabat -_____- )

Dan sekarang koleksi saya nambah satu hehe:

Pada suatu ketika, shahabat Abdullah bin Umar bin Khattab radhiallahu’anhu setelah meminum air yang didinginkan beliau menangis. Begitu memilukan tangis beliau, hingga membuat shahabat yang lain terheran-heran.

“Wahai Ibnu Umar, apa yang membuatmu menangis begini setelah meminum air tersebut?”


“Aku teringat ayat Allah subhanahu wa ta’ala yang berbunyi: Dan diberi penghalang antara mereka dengan apa yang mereka inginkan… (QS. 34: 54). Dan tak ada yang lebih diinginkan penduduk neraka selain setetes air.”

 Ya, hal tersebut benar adanya jika kita lihat sebagaimana firmannya yang berbunyi: Para penghuni neraka menyeru para penghuni surga, “Tuangkanlah (sedikit) air kepada kami atau rezeki apa saja yang telah Dikaruniakan Allah kepadamu.” Mereka menjawab, “Sungguh, Allah telah Mengharamkan keduanya bagi orang-orang kafir,” (QS. 7 : 50)

Bahkan tak hanya mendapat penolakan mentah-mentah, mereka (para penghuni neraka) justru mendapatkan air panas yang mendidih dan nanah.

“mereka tidak merasakan kesejukan di dalamnya dan tidak (pula mendapat) minuman,
selain air yang mendidih dan nanah, sebagai pembalasan yang setimpal.” (QS. 78: 24-26)

Demikianlah hikmahnya, seseorang yang telah mendapatkan gelar radhiallahu’anhu masih begitu takut dengan neraka-Nya. Lalu bagaimana dengan kita? Apa yang kita ingat ketika minum air?

Dan hikmah lainnya, pentingnya bacaan imam yang merdu namun tetap sesuai tajwid dan makhraj huruf akan membuat makmum tidak cepat merasa lelah. Bahkan, sempat terlintas di kepala seandainya sekarang saya dan beliau, ehem, naksir akhwat yang sama maka dengan rela hati saya mundur. Ada dua alasan setidaknya. Yang pertama, karena sang akhwat akan lebih baik di bawah bimbingan beliau. Dan kedua, karena SEKARANG (sampai detik tulisan ini saya posting) saya belum berniat melepas masa jomblo—wong belum mampu buat melakukannya :P

        Hahaha, anggap saja yang terakhir tadi celetukan asal saja. Ah, akhir kata: selamat menikmati keberkahan bulan ini. Bulan di mana peperangan pertama Umat Islam terjadi dan meraih kemenangan mutlak (tuh kan, hapalnya kisah perang mulu).

  

0 komentar:

Posting Komentar