Bismillah...
Wah, blog ini sudah beberapa
minggu terlantar. Mungkin karena terlalu focus ke blog satunya hehe—ngeles.
Baik, apa yang ingin saya ceritakan hari ini? Hmm, mungkin karena sudah masuk
suasana Bulan Ceria—Ramadhan—maka saya akan menceritakan dan hikmah terbaru
yang saya dapat, tadi.
Pada awalnya hari ini kami
berencana untuk Praktikum PPT (Para Pencari Ta’jil). Bahkan sudah diatur rapi
mau ke masjid mana jam berapa. Namun, qadarullah malah dapat panggilan dari
Ustad buat ke masjid yang tadinya ingin dituju. Begini bunyinya:
Dimhn hdr kajian ramadhan dan buka bersama
hari ini,
30 jun jam 16.00 di kaffah..
Ksh thy g lain.
Jzk.
Singkat, padat, dan jelas.
Sebagai tukang jarkom jadilah saya
menyebarkannya. Dan rencana yang tadinya iseng-iseng ternyata Didengar oleh
Allah :)
Bahkan saya mendapatkan sesuatu
yang lebih luar biasa daripada “sekedar” ta’jil—ilmu dan hikmah. Ternyata eh
ternyata, yang mengisi kajian bukan Ustadz sendiri (maksudnya Ustadz saya dan
yang memberi panggilan tersebut), namun seorang ustadz muda yang saya pikir
usianya tak terlampau jauh dari saya—dan dari logatnya, orang jawa juga. Bahkan
saya suspect beliau belum lama lulus
dari pesantren.
Nah, pada kajian sore tadi
beliau memberikan kajian mengenai satu ayat. Hanya satu ayat, yaitu ayat ke-77
Surah An-Nisa’ yang artinya:
Tidakkah engkau memperhatikan orang-orang
yang dikatakan kepada mereka,** “Tahanlah tanganmu (dari berperang),
laksanakanlah shalat dan tunaikanlah zakat!” Ketika mereka diwajibkan
berperang, tiba-tiba sebagian mereka (golongan munafik) takut kepada manusia
(musuh), seperti takutnya kepada Allah, bahkan lebih takut (dari itu). Mereka
berkata, “Ya Tuhan kami, mengapa Engkau wajibkan berperang kepada kami? Mengapa
tidak Engkau tunda (kewajiban berperang) kepada kami beberapa waktu lagi?”
Katakanlah, “Kesenangan di dunia ini hanya sedikit dan akhirat itu lebih baik
bagi orang-orang yang bertakwa (mendapat pahala turut berperang) dan kamu tidak
akan dizalimi sedikit pun.” (QS. 4:
77)
------------------------------------------------------------------
**Orang yang menampakkan dirinya beriman dan
minta izin berperang sebelum ada perintah berperang.
Nah, beliau menerangkan
hikmah-hikmah “dilarangnya” jihad pada waktu tersebut merujuk kepada buah
pemikiran Sayyid Quthub. Ada beberapa poin yang saya ingat:
1.
Menjaga embrio kaum muslimin yang baru dibangun
2.
Merupakan masa tarbiyah dan I’dad.
3.
Mencegah fitnah dari tertumpahnya darah di
kalangan sesama keluarga.
4.
Masih belum stabilnya kekuatan kaum muslimin.
5.
Dan lain-lain, bisa dibaca sendiri hehe.
Mungkin yang di atas agak berat pembahasannya. Tapi yang mau saya
ceritakan lebih detail adalah malah kultum yang beliau sampaikan saat tarawih.
Eh, FYI ternyata di Bandung ini terkenalnya tarawih dengan formasi 4-4-3 lho hehe.
Karena dari 3 kali tarawih, jujur inilah kultum yang paling pas. Meskipun
ada yang mengartikan “kuliah terserah antum” alih-alih “kuliah tujuh menit”,
tapi ada yang terserahnya itu sampai 20-30 menit dengan materi yang tidak
menarik (bukan tidak penting lho). Orang habis buka pasti kekenyangan dan
ngantuk, eh diceramahin konsep dan dalil, siapa yang tidak tepar? *ngeluhdikit.
Dan saya baru mendapatkan hikmah, bahwa kultum atau yang semisal itu
baiknya dengan metode kisah. Karena pada dasarnya manusia itu suka dengan
cerita alias dongeng bukan? (Meski jujur koleksi dongeng saya kebanyakan di
kisah-kisah yang berhubungan dengan senjata sampai Pak Bos nyuruh baca shirah
60 shahabat -_____- )
Dan sekarang koleksi saya nambah satu hehe:
Pada
suatu ketika, shahabat Abdullah bin Umar bin Khattab radhiallahu’anhu setelah
meminum air yang didinginkan beliau menangis. Begitu memilukan tangis beliau,
hingga membuat shahabat yang lain terheran-heran.
“Wahai
Ibnu Umar, apa yang membuatmu menangis begini setelah meminum air tersebut?”
“Aku
teringat ayat Allah subhanahu wa ta’ala yang berbunyi: Dan diberi penghalang antara mereka dengan apa yang mereka inginkan…
(QS. 34: 54). Dan tak ada yang lebih
diinginkan penduduk neraka selain setetes air.”
Ya, hal tersebut benar adanya jika
kita lihat sebagaimana firmannya yang berbunyi: Para penghuni neraka menyeru para penghuni surga, “Tuangkanlah
(sedikit) air kepada kami atau rezeki apa saja yang telah Dikaruniakan Allah
kepadamu.” Mereka menjawab, “Sungguh, Allah telah Mengharamkan keduanya bagi
orang-orang kafir,” (QS. 7 : 50)
Bahkan tak hanya mendapat penolakan mentah-mentah, mereka (para penghuni
neraka) justru mendapatkan air panas yang mendidih dan nanah.
“mereka tidak merasakan kesejukan
di dalamnya dan tidak (pula mendapat) minuman,
selain air yang mendidih dan nanah,
sebagai pembalasan yang setimpal.” (QS.
78: 24-26)
Demikianlah hikmahnya, seseorang yang telah mendapatkan gelar
radhiallahu’anhu masih begitu takut dengan neraka-Nya. Lalu bagaimana dengan
kita? Apa yang kita ingat ketika minum air?
Dan hikmah lainnya, pentingnya bacaan imam yang merdu namun tetap sesuai
tajwid dan makhraj huruf akan membuat makmum tidak cepat merasa lelah. Bahkan,
sempat terlintas di kepala seandainya sekarang saya dan beliau, ehem, naksir
akhwat yang sama maka dengan rela hati saya mundur. Ada dua alasan setidaknya.
Yang pertama, karena sang akhwat akan lebih baik di bawah bimbingan beliau. Dan
kedua, karena SEKARANG (sampai detik tulisan ini saya posting) saya belum
berniat melepas masa jomblo—wong belum
mampu buat melakukannya :P
Hahaha, anggap saja yang terakhir
tadi celetukan asal saja. Ah, akhir kata: selamat menikmati keberkahan bulan
ini. Bulan di mana peperangan pertama Umat Islam terjadi dan meraih kemenangan
mutlak (tuh kan, hapalnya kisah perang mulu).
0 komentar:
Posting Komentar