Bertemu
lagi dengan tulisan saya yang sok tahu dan sering terkesan agak maksa saat
menghubungkan dua hal yang berlainan bidang. Dan hari ini, hal itu akan saya
lakukan lagi. Korbannya adalah ia yang namanya mirip-mirip energi. Tahu? Yup
salah! Namanya adalah Eksergi.
Pertama,
apa itu eksergi? Berikut saya kutipkan dari sebuah buku setebal bantal yang
berjudul Fundamentals of Engineering Thermodynamics tulisan Pak Shapiro :
”
Exergy is the maximum theoretical work obtainable from an overall system consisting of a system and the environment as the
system comes into equilibrium with the environment (passes to the dead state).”
Sedangkan
dead state didefinisikan sebagai keadaan di mana system telah mencapai
kesetimbangan dengan lingkungan. Keadaan ini biasa disimbolkan dengan T0,
H0, V0, S0, dan p0.
Pada
bingung ya? Sama, saya juga mengalami hal itu saat kuliah pertama. Tapi setelah
banyak tanya dan sedikit baca buku, jadi tahu bahwa ternyata eksergi artinya
adalah ”kemanfaatan” yang satuannya sama seperti energi. Jadi, eksergi itu
sebenarnya berapa energi maksimum yang bisa kita dapat ketika melihat
relativitas suatu sistem terhadap sekelilingnya. Seperti jika ada kelapa jatuh
dari atas pohon setinggi 10 meter akan lebih bermanfaat untuk membuat kepala
puyeng daripada kelapa yang hanya dijatuhkan dari 10 cm. Hmm, mirip-mirip
energi potensial ya kalo gini. Kalo menurut buku sih hal di atas bisa
diekspresikan dengan suatu persamaan:
E = ( E - U0 ) + p0( V – V0 ) – T0( S – S0)
Dimana:
E = Eksergi
E = Energi (mencakup energi kinetik,
energi potensial, dan energi dalam)
P = tekanan
V = Volume
T = Temperatur
S = Entropi
Ya intinya gitu lah ya. Kalo mau
belajar lebih lanjut bisa baca bukunya saja atau ikut kuliahnya hehe. Atau bagi
yang lebih mengerti bisa mengoreksi saya jika saya parah sekali dalam
mengartikannya. Sekarang, saya hanya ingin membahas konsep eksergi dalam
perspektif yang lain. Ingat kata-kata ini?
“Sebaik-baik manusia adalah yang
paling bermanfaat bagi manusia lainnya.”
Ingat kan ya?
Nah, dari pembahasan singkat
tentang eksergi tadi kita tahu dong bagaimana cara meningkatkan “kemanfaatan”
kita? Ada dua cara sebenarnya.
Yang pertama, kita turunkan
kualitas lingkungan kita dan kita akan terlihat menonjol serta bermanfaat.
Namun, hal ini sebenarnya adalah kemanfaatan semu karena jika boundary sistem diperluas akan terlihat
bahwa sebenarnya ada penurunan berjamaah. Apalagi jika nanti sistem keseluruhan
mencapai kesetimbangan, ya masak kita harus menurunkan kualitas lingkungan
lagi? Kalau begitu yang ada adalah pemburukan diri sendiri yang tidak terasa.
Yang kedua, kau berfokus pada
dirimu-pada perbaikan kualitas dirimu. Hingga perbaikan akan menular ke
sekitarmu, dan ketika telah tercapai kesetimbangan kau akan terpacu untuk
menjadi lebih baik lagi. Begitu terus-menerus hingga tanpa terasa ada kenaikan
seluruh sistem. Dan inilah sebenarnya kemanfaatan sejati itu.
Aku tahu, proses kedua lebih
berat dari proses pertama karena kita perlu energi-memasukkan usaha ke dalam
sistem. Dan itu lebih sulit daripada yang pertama, kita cukup melihat energi
dikeluarkan dari sistem kita.
Contoh terbaik dan nyata untuk
hal ini tentu ada pada diri Baginda Rasulullah Muhammad Shalallahu ‘alaihi
wassalam. Beliau dilahirkan pada kondisi lingkungan yang sangat buruk. Sungguh
sangat rendah tingkat keadaan waktu itu. Tetapi bukan beliau yang diwarnai oleh
lingkungan melainkan beliaulah yang mampu mewarnai lingkungannya untuk mencapai
kesetimbangan terhadap kebaikan diri beliau. Dalam waktu 23 tahun beliau telah
mampu mendirikan suatu masyarakat yang madani setelah sebelumnya masyarakat ini
adalah masyarakat barbar dengan kondisi moral di titik nadir. Bahkan, dua
imperium besar saat itu-Romawi dan Persia-tak tertarik sedikitpun untuk
menjajah tanah yang sangat tidak produktif itu. Mendirikan suatu negara yang
berlandaskan hukum-hukum Allah yang sangat adil dan membebaskan, hingga
akhirnya dua imperium besar itu terbebaskan dari penyembahan sesama makhluk
menuju penyembahan pada Allah Yang Maha Esa dan merasakan keadilan dalam
naungan hukum syari’at.
Karena Rasul adalah makhluk
terbaik di alam semesta ini, berada pada kondisi lingkungan yang rendah, maka
akan terlihat bahwa “kemanfaatan” Rasul adalah paling besar. Dan menurut sabda
beliau di atas, maka tidak salah jika premis ini akan kembali pada hipotesa
pertama kita, bahwa beliau adalah sebaik-baik makhluk-Nya.
Sekarang, apakah kita termasuk
yang mewarnai lingkungan dengan kebaikan kita ( E = positif), atau hanya seimbang dengan lingkungan ( E = 0 ) atau bahkan hanya memperburuk
lingkungan (E = negatif) ?
0 komentar:
Posting Komentar