Beberapa waktu yang lampau aku
telah membuat sebuah semi-artikel tentang kendaraan tempur yang akan dibeli
oleh TNI AD. Tulisan itu bisa Anda lihat di pojok kanan atas blog saya ini
karena ternyata sampai sekarang masih menjadi tulisan yang paling sering
dikunjungi. Nah, hari ini aku akan menceritakan sedikit—atau banyak— perdebatan
di forum-forum militer tentang kesiapan negara ini ketika mengimpor Tank Kelas
Menengah ini.
Ada pihak yang menyangsikan
kegunaan Tank ini, beberapa kelemahannya menurut mereka yang kontra adalah:
1.
Tank
Leopard ( atau MBT Lainnya ) tidak cocok di Indonesia karena bobotnya terlampau
berat (hampir 63 ton) sehingga akan "amblas".
2.
Tank Leopard ( atau MBT Lainnya ) akan merusak
permukaan jalan dan tidak akan mampu melintasi jembatan jembatan di Indonesia.
3. MBT Boros bahan bakar , hanya akan menghabiskan stok
solar dan jatah bahan bakar buat TNI hanya 10 liter per hari.
4. Hampir
sama dengan di atas, ditakutkan maintenance
cost-nya sangat tinggi.
5. Memindah-midahkan
MBT kepulau pulau lain dan bahkan dari pangkalannya dari pelabuhan adalah hal
yang sulit.
6.
Tolak Pembelian MBT karean bisa dan akan dipakai
menghadang demonstran.
7.
Di Indonesia tidak ada medan yang memerlukan
pertahanan Tank terlalu konservatif.
Sumber: http://indonesiandefense.blogspot.com/2012/03/mitos-mitos-yang-mengemuka-tentang-mbt.html
http://www.wilayahpertahanan.com/di-indonesia-tidak-ada-medan-tank/
Oh ya, di sumber tersebut ada pula bantahannya yang menurut saya cukup logis dalam menjawab kritik-kritik di atas.
Dan pihak-pihak yang yang tidak setuju dengan pembelian Tank
tersebut tentu tidak hanya main tolak. Mereka pun juga memberikan saran, bahwa
seharusnya TNI AD mengembangkan suatu jenis pasukan Anti-Tank. Hal ini—kata
mereka yang mendukung—bisa berkaca pada perang Gaza atau “Hizbullah”-Israel di
mana Tank Merkava (yang katanya) super canggih itu rontok oleh ATGM(Anti-Tank
Guided Missile) yang tentunya lebih murah. Mereka berkata bahwa percuma
memiliki MBT(Main Battle Tank) yang mahal, boros, tidak lincah, hanya untuk menjadi
bulan-bulanan ATGM lawan.
Namun sebenarnya TNI AD juga sedang mempertimbangkan
pembelian ATGM jenis NLAW dan Javelin. Oh ya, bagi yang belum akrab dengan apa
itu ATGM atau ingin tahu spesifikasinya, ini sedikit saya ‘copas’-kan dari blog
sebelah hehe.
Salah satu jenis ATGM yang
sedang dipesan adalah NLAW (Next Generation Light Antitank Weapon) buatan
SAAB Bofors Dynamics, Swedia bekerjasama dengan Inggris.
ATGM NLAW |
ATGM sistem fire and forget ini
secara resmi digunakan Inggris sejak tahun 2009.
Inggris memesan 20.000 NLAW untuk pasukan: Darat, Royal
Marines and Royal Air Force Regiment.
ATGM NLAW |
ATGM ini dipilih Indonesia
karena praktis dan ringan, cocok untuk postur prajurit Asia/ Indonesia. ATGM
NLAW cukup dioperasikan seorang prajurit, untuk menghancurkan berbagai
jenis main Battle Tank modern, dengan sekali tembak. Dengan bobot
12,5 Kg NLAW memiliki kemampuan: Predicted Line of
Sight, Attack modes Selectable, Overfly Top Attack atau Direct
Attack.
Namun kelemahan ATGM ini adalah
jarak tembaknya yang cukup pendek, 20 hingga 600 meter. Pendeknya jarak
tembak ATGM NLAW dianggap tidak masalah jika dikaitkan dengan kondisi geografis
Indonesia yang relatif lebih banyak menyediakan tempat perlindungan, berupa
bukit dan gunung serta hutan dan rawa.
Anti Tank NLAW
termasuk ATGM lightweight yang lebih menekankan kepada aspek
mobilitas operatornya. ATGM ini juga dianggap cocok untuk perang kota
di mana NLAW bisa diluncurkan dari ruang ruang tersembunyi dan sempit. Tentu
tidak lucu jika postur tentara Asia yang badannya lebih kecil daripada tentara
Eropa harus membawa-bawa ATGM yang berat. Sama halnya tidak mungkin
pasukan PARA Indonesia menggunakan parasut ukuran prajurit Eropa, karena bisa
jadi tidak akan mendarat-darat karena payungnya terlalu besar, kontras dengan
badan prajurit yang kecil.
Meski demikian TNI AD tetap
berkeinginan mendatangkan ATGM Javelin, karena memiliki kemampuan yang tidak
tergantikan oleh ATGM NLAW. ATGM Javelin buatan Amerika Serikat ini
memiliki jarak tembak efektif lebih jauh yakni 2,5 kilometer.
ATGM Javelin |
Jika ATGM NLAW Swedia hanya
berbobot 12,5 Kg, maka Javelin memiliki bobot jauh lebih berat yakni 50 Kg,
nyaris seberat tubuh prajurit itu sendiri. Untuk itu ATGM Javelin, hanya
digunakan untuk keperluan-keperluan khusus. Kelebihan ATGM Javelin, selain bisa
mengancurkan main battle tank, ATGM ini juga bisa menghancurkan tembok
pertahanan musuh serta helikopter. Dibutuhkan waktu hanya 30 detik untuk
menghidupkan dan memanaskan sensor ATGM Javelin. Begitu sensor telah siap, ia
segera mengunci sasaran dan menembaknya dengan hulu ledak ganda.
Walau harganya mahal namun ATGM
Javelin dianggap mumpuni, sehingga harus dimiliki TNI AD. Kemungkinan
besar TNI AD akan mengkombinasikan penggunaan ATGM NLAW dan JAVELIN, untuk
mendapatkan military balance dibandingkan dengan kekuatan tempur di kawasan.
Hmm,
bingung kan? Bahkan debat yang di forum-forum itu bahasanya, MasyaAllah, tinggi
semua. Yang mendukung MBT menguraikan kelemahan-kelemahan ATGM, yang menolak
MBT menguraikan kelebihan-kelebihan ATGM.
Dalam
pikiran saya yang newbie ini, saya mendapat pencerahan dari beberapa sesepuh di
forum itu bahwa pertempuran memerlukan kombinasi yag terintegrasi dari suatu
pasukan. Tak etis bila sebuah Tank maju sendiri tanpa perlindungan udara karena
akan menjadi sararan empuk artileri dan Anti-Tank lawan. Begitu pula juga
pasukan infantry pembawa ATGM “uthuk-uthuk”
maju sendiri ke medan perang, apalagi dalam keadaan sebagai penyerang. Ya
jelas saja langsung habis dibabat IFV atau bahkan infantry lawan.
Kenapa
“Hizbullah” dan Hamas menang saat perang melawan Israel—yang artinya ATGW unggul
di atas MBT? Ada beberapa opini saya:
1. ATGW
sebagai pertahanan, bukan penyerang
Sudah dimaklumi,
menyerang memerlukan pasukan yang lebih kuat—minimal lebih cerdik daripada
pasukan bertahan. Dan pasukan bertahan tentu memiliki keunggulan yaitu lebih
mengenal medan. ATGW yang sangat mobile tentu sungguh terbantu dengan
pengenalan medan untuk melakukan taktik gerilya di mana hit and run adalah sebuah keniscayaan.
2. Salah
strategi
Di gaza maupun
Lebanon, jika kita ingat lawan Israel “diam” saja saat artillery menghujani
wilayah mereka. Namun, ketika kavaleri dan infantry masuk ke wilayah mereka—di
mana sebagian besar berupa perkotaan atau wilayah berbukit, gantian pasukan
penyerang yang dihajar. Karena bagaimanapun, gerak MBT yang sangat besar itu
akan berkurang mobilitasnya di jalanan kota yang sempit. Apalagi jika
gerilyawan menyerang balik dari atap gedung, mana bisa meriam tegak lurus ke atas?
3. Tentara
Israel cupu :p
Nah, ini yang
sebenarnya paling mungkin hehehe. Meski katanya IDF itu mumpuni, tapi kan semua
hanya kembali ke “katanya”. Jika dilihat, sebenarnya sudah puluhan tahun sejak Israel
mengalami perang yang seimbang. Pada masa-masa sekarang, perang mereka “hanya”
melawan gerilyawan dengan senjata ringan.
Selain itu,
mungkin saja mereka meremehkan kekuatan musuh. Dan betapa sering sikap
meremehkan hanya menyebabkan luka dan penyesalan?
Jadi,
sebenarnya gampang untuk menghindari debat itu. Bentuk saja kesatuan Tank yang
mumpuni sekaligus menciptakan suatu pasukan Anti-Tank yang terlatih dan
canggih. Akan lebih seru juga jika ditambah perlindungan udara hehe. Wong kalau itu uang yang dikorupsi bisa
disita semua dan gaji DPR dipotong, kecil itu buat beli senjata, terus alih
teknologi, terus bikin sendiri deh. Daripada itu duit cuma dikorupsi? :v
Karena
menurut saya yang sok tahu ini, MBT itu diperlukan untuk menimbulkan efek
gentar dan melakukan pendobrakan pertahanan lawan sedangkan Anti-Tank sebagai
pertahanan yang mobile.
0 komentar:
Posting Komentar