Selasa, 13 Agustus 2013

Posted by Heri I. Wibowo | File under : , ,


                Beberapa waktu yang lampau aku telah membuat sebuah semi-artikel tentang kendaraan tempur yang akan dibeli oleh TNI AD. Tulisan itu bisa Anda lihat di pojok kanan atas blog saya ini karena ternyata sampai sekarang masih menjadi tulisan yang paling sering dikunjungi. Nah, hari ini aku akan menceritakan sedikit—atau banyak— perdebatan di forum-forum militer tentang kesiapan negara ini ketika mengimpor Tank Kelas Menengah ini.

                Ada pihak yang menyangsikan kegunaan Tank ini, beberapa kelemahannya menurut mereka yang kontra adalah:

1.        Tank Leopard ( atau MBT Lainnya ) tidak cocok di Indonesia karena bobotnya terlampau berat (hampir 63 ton) sehingga akan "amblas".
2.       Tank Leopard ( atau MBT Lainnya ) akan merusak permukaan jalan dan tidak akan mampu melintasi jembatan jembatan di Indonesia.
3.       MBT Boros bahan bakar , hanya akan menghabiskan stok solar dan jatah bahan bakar buat TNI hanya 10 liter per hari.
4.       Hampir sama dengan di atas, ditakutkan maintenance cost-nya sangat tinggi.
5.       Memindah-midahkan MBT kepulau pulau lain dan bahkan dari pangkalannya dari pelabuhan adalah hal yang sulit.
6.       Tolak Pembelian MBT karean bisa dan akan dipakai menghadang demonstran.
7.       Di Indonesia tidak ada medan yang memerlukan pertahanan Tank terlalu konservatif.



              Oh ya, di sumber tersebut ada pula bantahannya yang menurut saya cukup logis dalam menjawab kritik-kritik di atas.



Dan pihak-pihak yang  yang tidak setuju dengan pembelian Tank tersebut tentu tidak hanya main tolak. Mereka pun juga memberikan saran, bahwa seharusnya TNI AD mengembangkan suatu jenis pasukan Anti-Tank. Hal ini—kata mereka yang mendukung—bisa berkaca pada perang Gaza atau “Hizbullah”-Israel di mana Tank Merkava (yang katanya) super canggih itu rontok oleh ATGM(Anti-Tank Guided Missile) yang tentunya lebih murah. Mereka berkata bahwa percuma memiliki MBT(Main Battle Tank) yang mahal, boros, tidak lincah, hanya untuk menjadi bulan-bulanan ATGM lawan.

                Namun sebenarnya TNI AD juga sedang mempertimbangkan pembelian ATGM jenis NLAW dan Javelin. Oh ya, bagi yang belum akrab dengan apa itu ATGM atau ingin tahu spesifikasinya, ini sedikit saya ‘copas’-kan dari blog sebelah hehe.


Salah satu jenis ATGM yang sedang dipesan adalah NLAW (Next Generation Light Antitank Weapon) buatan SAAB Bofors Dynamics, Swedia bekerjasama dengan Inggris.

ATGM NLAW
ATGM sistem fire and forget ini  secara resmi digunakan  Inggris sejak  tahun 2009.  Inggris memesan 20.000 NLAW untuk pasukan:  Darat, Royal Marines and Royal Air Force Regiment.
ATGM NLAW

ATGM ini dipilih Indonesia karena praktis dan ringan, cocok untuk postur prajurit Asia/ Indonesia. ATGM NLAW cukup dioperasikan  seorang prajurit, untuk menghancurkan berbagai jenis main Battle Tank modern, dengan  sekali tembak.  Dengan bobot  12,5 Kg NLAW memiliki kemampuan: Predicted Line of Sight,  Attack modes Selectable,  Overfly Top Attack atau Direct Attack.

Namun kelemahan ATGM ini adalah jarak tembaknya yang cukup pendek,  20 hingga 600 meter. Pendeknya jarak tembak ATGM NLAW dianggap tidak masalah jika dikaitkan dengan kondisi geografis Indonesia yang relatif lebih banyak menyediakan tempat perlindungan, berupa bukit dan gunung serta hutan dan rawa.


Anti Tank NLAW termasuk ATGM lightweight yang lebih menekankan kepada aspek mobilitas operatornya.  ATGM ini juga dianggap cocok untuk perang kota  di mana NLAW bisa diluncurkan dari ruang ruang tersembunyi dan sempit. Tentu tidak lucu jika postur tentara Asia yang badannya lebih kecil daripada tentara Eropa harus membawa-bawa ATGM yang berat.  Sama halnya tidak mungkin pasukan PARA Indonesia menggunakan parasut ukuran prajurit Eropa, karena bisa jadi tidak akan mendarat-darat karena payungnya terlalu besar, kontras dengan badan prajurit yang kecil.

Meski demikian TNI AD tetap berkeinginan mendatangkan ATGM Javelin, karena memiliki kemampuan yang tidak tergantikan oleh ATGM NLAW.  ATGM Javelin buatan Amerika Serikat ini memiliki jarak tembak efektif lebih jauh yakni 2,5  kilometer.

ATGM Javelin


Jika ATGM NLAW Swedia hanya berbobot 12,5 Kg, maka Javelin memiliki bobot jauh lebih berat yakni 50 Kg, nyaris seberat tubuh prajurit itu sendiri.  Untuk itu ATGM Javelin, hanya digunakan untuk keperluan-keperluan khusus. Kelebihan ATGM Javelin, selain bisa mengancurkan main battle tank, ATGM ini juga bisa menghancurkan tembok pertahanan musuh serta helikopter. Dibutuhkan waktu hanya 30 detik untuk menghidupkan dan memanaskan sensor ATGM Javelin. Begitu sensor telah siap, ia  segera mengunci sasaran dan menembaknya dengan hulu ledak ganda.

Walau harganya mahal namun ATGM Javelin dianggap mumpuni, sehingga harus dimiliki TNI AD.  Kemungkinan besar TNI AD akan mengkombinasikan penggunaan ATGM NLAW dan JAVELIN, untuk mendapatkan military balance dibandingkan dengan kekuatan tempur di kawasan.


            Hmm, bingung kan? Bahkan debat yang di forum-forum itu bahasanya, MasyaAllah, tinggi semua. Yang mendukung MBT menguraikan kelemahan-kelemahan ATGM, yang menolak MBT menguraikan kelebihan-kelebihan ATGM.

            Dalam pikiran saya yang newbie ini, saya mendapat pencerahan dari beberapa sesepuh di forum itu bahwa pertempuran memerlukan kombinasi yag terintegrasi dari suatu pasukan. Tak etis bila sebuah Tank maju sendiri tanpa perlindungan udara karena akan menjadi sararan empuk artileri dan Anti-Tank lawan. Begitu pula juga pasukan infantry pembawa ATGM “uthuk-uthuk” maju sendiri ke medan perang, apalagi dalam keadaan sebagai penyerang. Ya jelas saja langsung habis dibabat IFV atau bahkan infantry lawan.

            Kenapa “Hizbullah” dan Hamas menang saat perang melawan Israel—yang artinya ATGW unggul di atas MBT? Ada beberapa opini saya:

1.      ATGW sebagai pertahanan, bukan penyerang
Sudah dimaklumi, menyerang memerlukan pasukan yang lebih kuat—minimal lebih cerdik daripada pasukan bertahan. Dan pasukan bertahan tentu memiliki keunggulan yaitu lebih mengenal medan. ATGW yang sangat mobile tentu sungguh terbantu dengan pengenalan medan untuk melakukan taktik gerilya di mana hit and run adalah sebuah keniscayaan.

2.      Salah strategi
Di gaza maupun Lebanon, jika kita ingat lawan Israel “diam” saja saat artillery menghujani wilayah mereka. Namun, ketika kavaleri dan infantry masuk ke wilayah mereka—di mana sebagian besar berupa perkotaan atau wilayah berbukit, gantian pasukan penyerang yang dihajar. Karena bagaimanapun, gerak MBT yang sangat besar itu akan berkurang mobilitasnya di jalanan kota yang sempit. Apalagi jika gerilyawan menyerang balik dari atap gedung, mana bisa meriam tegak lurus ke atas? 

3.      Tentara Israel cupu :p
Nah, ini yang sebenarnya paling mungkin hehehe. Meski katanya IDF itu mumpuni, tapi kan semua hanya kembali ke “katanya”. Jika dilihat, sebenarnya sudah puluhan tahun sejak Israel mengalami perang yang seimbang. Pada masa-masa sekarang, perang mereka “hanya” melawan gerilyawan dengan senjata ringan.

Selain itu, mungkin saja mereka meremehkan kekuatan musuh. Dan betapa sering sikap meremehkan hanya menyebabkan luka dan penyesalan?

            Jadi, sebenarnya gampang untuk menghindari debat itu. Bentuk saja kesatuan Tank yang mumpuni sekaligus menciptakan suatu pasukan Anti-Tank yang terlatih dan canggih. Akan lebih seru juga jika ditambah perlindungan udara hehe. Wong kalau itu uang yang dikorupsi bisa disita semua dan gaji DPR dipotong, kecil itu buat beli senjata, terus alih teknologi, terus bikin sendiri deh. Daripada itu duit cuma dikorupsi? :v

            Karena menurut saya yang sok tahu ini, MBT itu diperlukan untuk menimbulkan efek gentar dan melakukan pendobrakan pertahanan lawan sedangkan Anti-Tank sebagai pertahanan yang mobile.   




0 komentar:

Posting Komentar