Senin, 06 Januari 2014

Posted by Heri I. Wibowo | File under : ,


                Maaf saya baru bisa menulis lagi hari ini(jika memang ada yang suka baca tulisan aneh saya :p ). Yaaah, karena mudik semesteran kemarin merupakan mudik terpendek saya dalam sejarah saya menjadi penuntut ilmu di kampus gajah ini. Akumulasi dari kerjaan yang numpuk, perencanaan yang buruk, dan akhirnya tiket pun kehabisan. Baiklah, cukup intronya. Jadi, apa yang mau saya bagi hari ini? Wow, banyak. Bahkan satu sama lain tidak berhubungan karena saya ingin menuliskan intisari(bahasa bagusnya) dari perbincangan saya dengan keluarga, saudara, bahkan sopir bus.

                Pernah saya berbincang dengan adik saya yang sekarang masih kelas 5 SD. Pada awalnya saya sedang buka situs yang sedang tren di kalangan mahasiswa ITB: Ol.akademik.itb.ac.id. Sebuah situs yang seolah menjadi lembar pertanggungjawaban selama kuliah satu semester pada orang tua. Lalu adik saya bilang(dalam Bahasa Jawa Semarangan tentu, karena saya tidak suka jika ada yang pakai Bahasa Indonesia di rumah),”Berapa Mas IP mu?”

“Beuh, tanya-tanya soal IP. Rahasia to yo”(padahal baru keluar nilai sebiji doang)

“Yah pelit, padahal nilaiku saja gak pake rahasia-rahasiaan. Aku turun Mas, jadi ranking 4”

“Terus?”(Kakak yang gak peka konsentrasi nonton SpongeBob episode Garry nggigit sekota dan pada jadi zombie)

“Nah itu lho Mas, mbok adiknya disuruh lebih rajin belajar. Tiap hari susah banget kalau disuruh belajar, nonton tv aja,” sahut Ibu saya.

“Lho, kok nggak belajar kenapa Fin?” (Jadi lebih perhatian sekarang :v )

“Matematika Mas, aku jelek. Padahal aku sudah paham lho, tapi pas ujian kok salah saya?”

“Oh, ya belajar yang lebih giat lagi. Kurang-kurangi nonton tv-nya. Wong aku juga jarang banget nonton tv di sana, oke bro, eh sist?”(sok bijak, padahal karena gak punya tv)

                Ketika Ibu saya ke belakang, saya lalu bilang ke Finna,”Santai saja, hidup kalau dipuncak terus bisa masuk angin. Perlu kok sekali-kali ke bawah, itung-itung olah raga.” (Entahlah, dia paham atau tidak). Setelah itu lanjut nonton SpongeBob lagi, eh kelar, ganti nonton Upin Ipin deh.

                Dari sini saya berpikir, ternyata tak cuma saya yang waktu sekolah dulu sering merasa sudah tahu tapi pas pembagian nilai jelek-jelek(Kalau sekarang seringnya merasa bodoh jika di kelas dan pasrah saat di ujian). Namun kemudian saya teringat omongan seorang mentor saya,”Kita ini sering MERASA sudah hidup lurus, MERASA jadi manusia yang beriman, namun hanya untuk menyesal ketika menerima raport kita di Yaumil Akhir kelak. Di mana timbangan kebaikan kita kalah berat dengan keburukan kita Akh.” Waduh, bener juga ya, na’udzubillah min dzalik. Itu satu hikmah, dengan jalan obrolan ringan dengan adik ketika menonton kartun.

0 komentar:

Posting Komentar