Iron Ore Pellet(Bijih Besi) |
Sebagaimana kita jika ingin
menjadi seperti bijih besi. Beratnya kehidupan boleh jadi merubah sedikit bagian luar penampilan diri. Namun
bagian terdalam diri kita ini, tak pantas jika ia ikut serta menjadi sesuatu
yang selalu berubah mengikuti jalannya hari. Dan sebagaimana pula bijih besi,
kita pun harus siap untuk “dibakar” dalam tungku bertemperatur 16500
C agar menjadi logam yang sesuai kebutuhan yang diingini. Tak lupa tambahan
paduan dengan resep-resep yang telah teruji. Sehingga tak seharusnya kita
selalu mengeluh jika harus “dibakar” panasnya tungku kehidupan dan ditambahkan
hal-hal sesuai resep Ilahi, demi menjadikan kita lebih bermanfaat di dunia ini. Selama
itu bukan panasnya tungku neraka nanti.
Batubara |
Begitu pun kita jika ingin
laksana batubara. Meski dari luar dia tak lain dari arang semata, namun
pengalaman mengalami tekanan jutaan tahun menjadikannya memiliki kandungan
kalori yang lebih dari yang pertama. Sehingga tak pernah kita dapati PLTU
memakai arang biasa, kecuali untuk panggangan
sate yang kita punya. Pembakaran merupakan proses yang harus dialami
batubara, yang lama kelamaan akan menghabiskan dirinya. Namun kita jangan lupa,
dia tetaplah abadi selamanya. Karena energy selalu abadi seperti kata salah
satu hukum fisika.
Begitu pula diri kita jika ingin
meneladani. Sejumput hikmah darinya yang sedang kupikirkan malam ini. Beratnya
tekanan yang kita lalui, selayaknya menjadikan berbeda dengan orang kebanyakan
karena kita mempunyai kualitas lebih tinggi. Bukan maksud diri membuat sombong
hati, tetapi lebih pada instropeksi. Dan mungkin suatu saat nanti, kita habis
dan bahkan mati dalam perjuangan ini. Namun selalu percayai, jika semua sesuai
yang diniati yaitu ridho Ilahi, maka tak perlu takut semua hanya sia-sia di
kemudian hari.
Rumah Kerang |
Dan lihatlah pula rumah kerang
yang ada. Meski sudah tak bernyawa, keindahannya tetap menghibur mata. Dan kini
teronggok di pantai sana, untuk menghiasi dengan cemerlangnya warna. Begitu keras
dirinya, untuk menjadi benteng bagi yang lembut lagi tak berdaya. Sebuah rumah
kerang yang pernah menjadi pelindung makhluk-Nya.
Begitu pula kita. Bahkan jika
nanti sudah tak di dunia, hendaklah kenangan yang tertinggal masih menyebarkan
hal yang begitu indahnya. Bukan nyinyir kehidupan karena buruknya tabiat yang
ada, dan celakanya terpatri tepat di hati orang di sekitar kita. Lalu ada saat
kita harus menjadi keras pula, tangguh layaknya benteng Madinah menghadapi
pasukan Ahzab yang celaka. Menjadi pelindung bagi mereka, orang-orang tersayang
yang membutuhkan kita. Meski kita tak mengenal mereka sebagai tetangga, namun
kita mengenalnya sebagai saudara. Dengan cukupnya aqidah sebagai pengganti
ikatan darah agar bisa disebut saudara.
Note: Pulang
dari ekskursi kemarin, ada 3 oleh-oleh yang saya bawa sebagai kenang-kenangan. Bijih
besi(Iron Ore Pellet) dari PT. Krakatau Steel, batubara dari PLTU Suralaya, dan
rumah kerang dari pantai pulau kecil di
seberang hotel. Dan untuk pulau tersebut, kami menamainya dengan nama Pulau M’11
hehehe. Maaf buat dinas terkait jika kami sembarangan memberi nama pulau yang
berlebar 20 meter dan panjang 80 meter tersebut :)
Menatap Pulau M'11 |
No description |
Menjelang keberangkatan |
Pulau M'11, Finally |
Oh ya, cerita
tentang serunya ekskursi kami ke:
1.
PT
Komatsu Indonesia: Produsen Bulldozer, Dump Truck, dan Hydraulic Excavator
2.
PT Astra Daihatsu Motor: Produsen mobil
3.
PT Chandra Asri Petrokimia : Produsen Plastik
dan bahan-bahan kimia
4.
PT Krakatau Steel Perseroan Terbuka : Produsen
Produk Baja
5.
PLTU Suralaya : Pembangkit yang dikelola oleh PT
Indonesia Power
Akan saya
ceritakan di kesempatan lain hehe.
0 komentar:
Posting Komentar