Hari ini saya ingin sedikit
berbagi, bercerita sedikit dengan gaya bahasa yang lebih menggurui. Yaaah,
mungkin gara-gara keseringan baca hipwee.com
menjadikan saya tertantang untuk menuliskan hal berikut: Lima Tipe Manusia
Dalam Memperlakukan Waktu.
Oh ya, untuk lebih menyamakan
cara memandang maka saya saya mendefinisikan yang bermanfaat dengan dua cara. Secara
umum, sesuatu saya bilang bermanfaat jika itu diakui secara syar’i. Namun,
karena tulisan ini ingin saya bagi secara universal, apapun keyakinan Anda maka
ada pengertian khususnya:
Semua hal yang mendekatkanmu pada visi yang
telah kau rancang!
Maka, jika visi Anda beririsan
bahkan identic dengan pengertian umumnya, saya ucapkan selamat terlebih dahulu :)
Jadi, inilah
pembagian saya:
1. Orang Yang Produktif Dalam Melakukan Hal
Yang Bermanfaat
Produktif artinya dia
orang yang efektif dan efisien, atau dalam bahasa ekonominya mirip dengan
kalimat:
Dengan
input sekecil mungkin, didapatkan output sebesar mungkin.
Dalam bahasan kita, maka
yang saya maksud input adalah waktu sedangkan output-nya adalah apa yang ia
hasilkan. Nah, artinya orang tipe pertama ini adalah mereka yang bisa
memanfaatkan waktunya seoptimal mungkin untuk melakukan sebuah kebaikan. Sebuah
pekerjaan yang bermanfaat.
Sehingga dengan alokasi
waktu yang sama, maka orang-orang tipe inilah yang bisa menghasilkan sesuatu
lebih banyak. Entah itu untuk dirinya, keluarganya, masyarakat, atau lebih jauh
dari itu: Dien-nya.
“Maka apabila kamu telah selesai dari satu urusan maka kerjakanlah
dengan sungguh-sungguh urusan yang lain.” (QS. Al Insyirah: 7)
Menurut saya, inilah
kondisi yang paling ideal. Kondisi terbaik yang bisa dicapai oleh seorang
manusia. Tentu ini berat, tapi tidak mustahil kan?
2. Orang Yang Menyibukkan Diri Dalam Melakukan
Hal Yang Bermanfaat
Namun tak dapat
dipungkiri ada kalanya—atau seringkali—kondisi ideal itu meleset dalam
eksekusi. Tak masalah, tak ada yang salah di sini. Karena rencana manusia itu
lemah bukan?
Kondisi tak ideal itu
bisa terjadi disebabkan oleh dua sumber: dari dalam maupun dari luar. Sumber dari
dalam misalnya rasa malas, atau karena ketidak mampuan diri kita dalam mengatur
waktu. Sehingga sebuah pekerjaan baik yang oleh orang tipe pertama dapat
diselesaikan dalam waktu dua jam, oleh orang tipe kedua bisa saja dalam dua
hari. Maka tentu saja ia menjadi jauh lebih sibuk, dan output yang dihasilkan
tidak seoptimal orang tipe pertama.
Kemudian, untuk sumber
dari luar misalnya adalah memang tak ada pekerjaan yang ada dalam jangkauan. Jika
bukan karena ketiadaan akses akibat kebodohan diri, bisa saja karena pekerjaan
itu telah diambil oleh orang-orang tipe pertama. Dan menjadi sangat tidak
efektif jika tenaga kita justru mengganggu harmoni orang-orang tipe pertama
bukan?
“Berlomba-lombalah kalian dalam kebaikan.” (QS. Al-Baqarah : 148)
Selain itu, memang sangat
mungkin ada saat-saat kita terlalu banyak waktu luang. Yah, kalau demikian mau
bagaimana lagi?
Akibatnya, daripada tidak
ada kerjaan maka kita sengaja membuat beban kerja terasa lebih berat. Memang sekilas terasa konyol sih, tapi bagi
saya ini ada manfaatnya. Karena jika kualitas kita segitu sedangkan alokasi
waktu yang kita dedikasikan pada suatu pekerjaan lebih banyak seharusnya
hasilnya lebih baik, kan?
Lalu ada juga yang memang
berusaha mendekati orang-orang tipe pertama. Mencari-cari pekerjaan, atau
terkadang sampai pada tataran menyusahkan
diri. Bahasa saya sih; menyibukkan diri. Daripada tidak ada kerjaan dan
akhirnya menggalaukan hal-hal yang tidak pantas, kan? *penyakit_khas_anak_muda_yang_tak_ada_kerjaan
Toh dalam perjalanannya
hal ini pada pada akhirnya akan melatih kita menjadi pribadi tipe pertama. Dari
yang tadinya tidak ada kerjaan, lalu sok menyibukkan diri dan berdoa suatu saat
Tuhan pasti akan menambah kadar ujiannya. Dan saat ujian itu bertambah,
percayalah, kita akan mengalami saat-saat di mana berharap sehari lebih dari
dua puluh empat jam.
Dan akhirnya, saat kita
menyadari bahwa sehari itu bergantung pada rotasi bumi dan bukan kesibukan,
maka jalan menuju pribadi tipe pertama semakin dekat.
3. Orang Yang Menyibukkan Diri Dalam Melakukan
Hal Yang Tidak Bermanfaat Namun Juga Tidak Bermadharat
Yaaah, orang-orang di
kelompok ini merupakan mereka yang senang dengan istirahat. Biasanya saya juga
terjangkit hal ini ketika telah menyelesaikan satu proyek atau pekerjaan
bermanfaat. Itung-itung refreshing.
Menurut saya pribadi tak
ada yang salah dengan hal ini. Mungkin Anda bisa berjalan-jalan, mengobrol,
nongkrong sama kawan, atau sekedar menekuni hobi. Berbelanja barang kesukaan,
mungkin juga?
Namun terlalu sering
menenggelamkan diri dalam hal ini, apalagi memang itulah aktivitas sehari-hari
tentulah bukan pilihan yang bijak. Karena jika itu yang kita lakukan terus, mau
kapan visi kita bisa tercapai? Mau sampai kapan mimpi kita terwujud?
Kesalahan terbesar kita akan mimpi adalah kita
membiarkannya tetap sebagai mimpi
Anonim
4. Orang Yang Menyibukkan Diri Dalam Melakukan
Hal Yang Bermadharat
Silahkan rujuk kembali
pengertian bermanfaat saya, dan madharat artinya adalah anti-tesis dari
manfaat. Orang tipe ini suka sekali melakukan hal yang tidak bermanfaat,
malahan getol dengan kegiatan yang membawa madharat baginya. Atau bagi visinya.
Katanya ingin menjadi
seorang professional dengan keahlian kontruksi persenjataan, eh kuliah gak
pernah masuk. Malah uang buat bayar kuliah dipakai untuk beli sesuatu yang
merusak tubuh. Ini versi ekstrimnya sih hehehe.
Tapi saya beri tahu satu
rahasia kecil: tidak melakukan apa-apa merupakan jalan untuk menjadi orang tipe
keempat. Dengan banyaknya waktu luang, dan Anda seorang pemuda, maka yang ada
pikiran akan melayang tidak karuan. Memikirkan hal-hal yang sebenarnya hanya
angan. Atau sebenarnya sebuah mimpi, tetapi karena hanya dibayangkan tanpa
eksekusi maka ia terlalu terhormat untuk disebut visi—saya menyebutnya khayalan
kosong!
Kalau orang sekarang
bilang ‘menggalau’. Tanda petik ini saya gunakan untuk penegasan, bahwa saya
sedang membahas jenis-jenis yang paling suram, yang tidak meningkatkan
produktivitas. Bukan galau akibat memikirkan mati atau saudaranya yang sedang
dibantai zionis dkk. Melainkan galau yang beraroma romantisme. Nah, ini nih
pekerjaan paling tidak masuk akal yang seolah menjadi candu. Tahu bahwa itu buruk,
tahu bahwa itu hina, tahu bahwa itu tidak laki banget, namun kita nyaman
melakukannya. Mellow sendiri sambil menatap bintang, terdengar syahdu kan? Romantic?
Selamat, Anda benar. Namun sebaiknya Anda juga mengetahui fakta bahwa
seniman-seniman yang memiliki aliran romantisme seringkali mati muda karena
penyakit yang ada hubungannya dengan paru-paru. Silahkan baca sejarahnya di
buku “Dunia Sophie” tulisan Jostein Gaarder. Saya dulu termasuk pecandu juga,
namun beberapa kali tamparan keras dan rasa sakit untuk lepas membuat saya
tidak rela mengalaminya lagi. Seperti kata Rama (Iko Uwais) pada dialog
terakhir film “The Raid 2”: Cukup.
5. Orang Yang Produktif Dalam Melakukan Hal
Yang Bermadharat
Yang ini nih
manusia-manusia paling suram. Yang mendedikasikan waktunya untuk melakukan
hal-hal negative. Mereka begitu produktif dalam memproduksi kerusakan. Seolah mereka
takut, jika nanti di akhirat bukanlah termasuk penghuni neraka—meskipun Tuhan
berkata hanya satu orang yang masuk surga. (Ini versi kebalikannya Umar bin
Khatab).
Mau lihat contohnya? Banyak!
Betapa sering kita—dalam agama apapun—mereka yang anti-Tuhan. Di Islam kita
sebut mereka pasukan Dajjal, di Kristen ada anti-Kristus. Yah, orang-orang
inilah yang menghabiskan waktunya, seproduktif mungkin, untuk merusak dunia
ini. contoh real-nya silahkan tengok Gaza sekarang.
Dalam lingkup lebih
kecil, seharusnya kita khawatir ketika seolah berlomba dengan kawan pada hal
yang tak sesuai dengan prinsip-prinsip kita. Yang menjauhkan diri kita dari
sang visi. Missal, jika Anda muslim lalu Anda koar-koar pada kawan,”Gue kemarin
abis minum yang 40% seember loh! Kalah lu! Hahaha…” Nah, ini orang sudah harus
waspada. Bukannya berlomba dalam hal yang bermanfaat, malahan adu produktif
dalam melakukan dosa.
Dan sialnya, hal seperti
ini seringkali terjadi akibat ketidak sadaran kita, kebodohan kita. Jadi, masih
mau menghabiskan waktu dalam pekerjaan yang membawa madharat? Yang menjauhkan
dari visi kita?
Nah, itulah beberapa hal
yang ingin saya bagi hari ini. Maaf jika ada kesalahan dan terimakasih sudah
membaca, ditunggu masukannya (y)
0 komentar:
Posting Komentar