Sabtu, 09 Agustus 2014

Posted by Heri I. Wibowo | File under : , , ,
             


             Hari ini saya ingin sedikit berbagi, bercerita sedikit dengan gaya bahasa yang lebih menggurui. Yaaah, mungkin gara-gara keseringan baca hipwee.com  menjadikan saya tertantang untuk menuliskan hal berikut: Lima Tipe Manusia Dalam Memperlakukan Waktu.

                Oh ya, untuk lebih menyamakan cara memandang maka saya saya mendefinisikan yang bermanfaat dengan dua cara. Secara umum, sesuatu saya bilang bermanfaat jika itu diakui secara syar’i. Namun, karena tulisan ini ingin saya bagi secara universal, apapun keyakinan Anda maka ada pengertian khususnya:
Semua hal yang mendekatkanmu pada visi yang telah kau rancang!

                Maka, jika visi Anda beririsan bahkan identic dengan pengertian umumnya, saya ucapkan selamat terlebih dahulu :)

Jadi, inilah pembagian saya:



1.       Orang Yang Produktif Dalam Melakukan Hal Yang Bermanfaat

Produktif artinya dia orang yang efektif dan efisien, atau dalam bahasa ekonominya mirip dengan kalimat:

Dengan input sekecil mungkin, didapatkan output sebesar mungkin.

Dalam bahasan kita, maka yang saya maksud input adalah waktu sedangkan output-nya adalah apa yang ia hasilkan. Nah, artinya orang tipe pertama ini adalah mereka yang bisa memanfaatkan waktunya seoptimal mungkin untuk melakukan sebuah kebaikan. Sebuah pekerjaan yang bermanfaat.


Sehingga dengan alokasi waktu yang sama, maka orang-orang tipe inilah yang bisa menghasilkan sesuatu lebih banyak. Entah itu untuk dirinya, keluarganya, masyarakat, atau lebih jauh dari itu: Dien-nya.

Maka apabila kamu telah selesai dari satu urusan maka kerjakanlah dengan sungguh-sungguh urusan yang lain.(QS. Al Insyirah: 7)

Menurut saya, inilah kondisi yang paling ideal. Kondisi terbaik yang bisa dicapai oleh seorang manusia. Tentu ini berat, tapi tidak mustahil kan?

2.       Orang Yang Menyibukkan Diri Dalam Melakukan Hal Yang Bermanfaat

Namun tak dapat dipungkiri ada kalanya—atau seringkali—kondisi ideal itu meleset dalam eksekusi. Tak masalah, tak ada yang salah di sini. Karena rencana manusia itu lemah bukan?

Kondisi tak ideal itu bisa terjadi disebabkan oleh dua sumber: dari dalam maupun dari luar. Sumber dari dalam misalnya rasa malas, atau karena ketidak mampuan diri kita dalam mengatur waktu. Sehingga sebuah pekerjaan baik yang oleh orang tipe pertama dapat diselesaikan dalam waktu dua jam, oleh orang tipe kedua bisa saja dalam dua hari. Maka tentu saja ia menjadi jauh lebih sibuk, dan output yang dihasilkan tidak seoptimal orang tipe pertama.

Kemudian, untuk sumber dari luar misalnya adalah memang tak ada pekerjaan yang ada dalam jangkauan. Jika bukan karena ketiadaan akses akibat kebodohan diri, bisa saja karena pekerjaan itu telah diambil oleh orang-orang tipe pertama. Dan menjadi sangat tidak efektif jika tenaga kita justru mengganggu harmoni orang-orang tipe pertama bukan?

“Berlomba-lombalah kalian dalam kebaikan.” (QS. Al-Baqarah : 148)

Selain itu, memang sangat mungkin ada saat-saat kita terlalu banyak waktu luang. Yah, kalau demikian mau bagaimana lagi?

Akibatnya, daripada tidak ada kerjaan maka kita sengaja membuat beban kerja terasa lebih berat. Memang sekilas terasa konyol sih, tapi bagi saya ini ada manfaatnya. Karena jika kualitas kita segitu sedangkan alokasi waktu yang kita dedikasikan pada suatu pekerjaan lebih banyak seharusnya hasilnya lebih baik, kan?

Lalu ada juga yang memang berusaha mendekati orang-orang tipe pertama. Mencari-cari pekerjaan, atau terkadang sampai pada tataran menyusahkan diri. Bahasa saya sih; menyibukkan diri. Daripada tidak ada kerjaan dan akhirnya menggalaukan hal-hal yang tidak pantas, kan? *penyakit_khas_anak_muda_yang_tak_ada_kerjaan

Toh dalam perjalanannya hal ini pada pada akhirnya akan melatih kita menjadi pribadi tipe pertama. Dari yang tadinya tidak ada kerjaan, lalu sok menyibukkan diri dan berdoa suatu saat Tuhan pasti akan menambah kadar ujiannya. Dan saat ujian itu bertambah, percayalah, kita akan mengalami saat-saat di mana berharap sehari lebih dari dua puluh empat jam.

Dan akhirnya, saat kita menyadari bahwa sehari itu bergantung pada rotasi bumi dan bukan kesibukan, maka jalan menuju pribadi tipe pertama semakin dekat.

3.       Orang Yang Menyibukkan Diri Dalam Melakukan Hal Yang Tidak Bermanfaat Namun Juga Tidak Bermadharat

Yaaah, orang-orang di kelompok ini merupakan mereka yang senang dengan istirahat. Biasanya saya juga terjangkit hal ini ketika telah menyelesaikan satu proyek atau pekerjaan bermanfaat. Itung-itung refreshing.

Menurut saya pribadi tak ada yang salah dengan hal ini. Mungkin Anda bisa berjalan-jalan, mengobrol, nongkrong sama kawan, atau sekedar menekuni hobi. Berbelanja barang kesukaan, mungkin juga?

Namun terlalu sering menenggelamkan diri dalam hal ini, apalagi memang itulah aktivitas sehari-hari tentulah bukan pilihan yang bijak. Karena jika itu yang kita lakukan terus, mau kapan visi kita bisa tercapai? Mau sampai kapan mimpi kita terwujud?

Kesalahan terbesar kita akan mimpi adalah kita membiarkannya tetap sebagai mimpi
Anonim


4.       Orang Yang Menyibukkan Diri Dalam Melakukan Hal Yang Bermadharat

Silahkan rujuk kembali pengertian bermanfaat saya, dan madharat artinya adalah anti-tesis dari manfaat. Orang tipe ini suka sekali melakukan hal yang tidak bermanfaat, malahan getol dengan kegiatan yang membawa madharat baginya. Atau bagi visinya.

Katanya ingin menjadi seorang professional dengan keahlian kontruksi persenjataan, eh kuliah gak pernah masuk. Malah uang buat bayar kuliah dipakai untuk beli sesuatu yang merusak tubuh. Ini versi ekstrimnya sih hehehe.

Tapi saya beri tahu satu rahasia kecil: tidak melakukan apa-apa merupakan jalan untuk menjadi orang tipe keempat. Dengan banyaknya waktu luang, dan Anda seorang pemuda, maka yang ada pikiran akan melayang tidak karuan. Memikirkan hal-hal yang sebenarnya hanya angan. Atau sebenarnya sebuah mimpi, tetapi karena hanya dibayangkan tanpa eksekusi maka ia terlalu terhormat untuk disebut visi—saya menyebutnya khayalan kosong!

Kalau orang sekarang bilang ‘menggalau’. Tanda petik ini saya gunakan untuk penegasan, bahwa saya sedang membahas jenis-jenis yang paling suram, yang tidak meningkatkan produktivitas. Bukan galau akibat memikirkan mati atau saudaranya yang sedang dibantai zionis dkk. Melainkan galau yang beraroma romantisme. Nah, ini nih pekerjaan paling tidak masuk akal yang seolah menjadi candu. Tahu bahwa itu buruk, tahu bahwa itu hina, tahu bahwa itu tidak laki banget, namun kita nyaman melakukannya. Mellow sendiri sambil menatap bintang, terdengar syahdu kan? Romantic? Selamat, Anda benar. Namun sebaiknya Anda juga mengetahui fakta bahwa seniman-seniman yang memiliki aliran romantisme seringkali mati muda karena penyakit yang ada hubungannya dengan paru-paru. Silahkan baca sejarahnya di buku “Dunia Sophie” tulisan Jostein Gaarder. Saya dulu termasuk pecandu juga, namun beberapa kali tamparan keras dan rasa sakit untuk lepas membuat saya tidak rela mengalaminya lagi. Seperti kata Rama (Iko Uwais) pada dialog terakhir film “The Raid 2”: Cukup.

5.       Orang Yang Produktif Dalam Melakukan Hal Yang Bermadharat

Yang ini nih manusia-manusia paling suram. Yang mendedikasikan waktunya untuk melakukan hal-hal negative. Mereka begitu produktif dalam memproduksi kerusakan. Seolah mereka takut, jika nanti di akhirat bukanlah termasuk penghuni neraka—meskipun Tuhan berkata hanya satu orang yang masuk surga. (Ini versi kebalikannya Umar bin Khatab).

Mau lihat contohnya? Banyak! Betapa sering kita—dalam agama apapun—mereka yang anti-Tuhan. Di Islam kita sebut mereka pasukan Dajjal, di Kristen ada anti-Kristus. Yah, orang-orang inilah yang menghabiskan waktunya, seproduktif mungkin, untuk merusak dunia ini. contoh real-nya silahkan tengok Gaza sekarang.

Dalam lingkup lebih kecil, seharusnya kita khawatir ketika seolah berlomba dengan kawan pada hal yang tak sesuai dengan prinsip-prinsip kita. Yang menjauhkan diri kita dari sang visi. Missal, jika Anda muslim lalu Anda koar-koar pada kawan,”Gue kemarin abis minum yang 40% seember loh! Kalah lu! Hahaha…” Nah, ini orang sudah harus waspada. Bukannya berlomba dalam hal yang bermanfaat, malahan adu produktif dalam melakukan dosa.

Dan sialnya, hal seperti ini seringkali terjadi akibat ketidak sadaran kita, kebodohan kita. Jadi, masih mau menghabiskan waktu dalam pekerjaan yang membawa madharat? Yang menjauhkan dari visi kita?



Nah, itulah beberapa hal yang ingin saya bagi hari ini. Maaf jika ada kesalahan dan terimakasih sudah membaca, ditunggu masukannya (y)


0 komentar:

Posting Komentar