Cerita kali ini akan menjadi catatan perjalanan saya bersama kawan-kawan dalam rangka silaturahim ke rumah Madun. Dan inilah cerita tersebut.
Anu (Hampir) Ketinggalan
Ini kasus terbodoh dari penyair
(ter)aneh. Bayangkan, sudah dibuat teklap untuk kumpul di base camp pukul 4 sore demi mengejar angkot ke Terminal Cicaheum,
si Anu malah dengan santainya (dalam Bahasa Jawa Sukoharjo) bersabda,”Aku nanti
berangkat sendiri. Kita ketemu di sana, nanggung nih war Dot-A nya!”
Masalahnya, orang ini terkenal
akan keanehannya, suka merenung dan melankolis sejati. Nih penampakan dia saat
aneh:
"Merenung untuk hidup. Hidup untuk merenung." |
Padahal sudah paham seperti apa
macetnya Dago-Cicaheum, jam berangkat, hujan deras lagi. Namun entah apa yang
dipikiran makhluk itu, sampai jam berangkat masih belum tampak batang giginya
di sana. Khawatir? Jelaslah, wong dia
masih utang 30k buat beli tiket Bus Bud*man pagi harinya. Ditelpon tidak
diangkat, berasa ini orang hilang saja dah. Padahal keempat personil lain atas
nama Madun, Ucup, Faiz, dan Penulis telah duduk asin di dalam bus. Lalu kami
sampai pada kesimpulan: Lumayan,
mengurangi jatah nasi di rumah Madun nanti!
Lalu,
ketika kami sudah OPTIMIS akan ketidak-datangannya, itu orang dengan santai
minta dijemput di gerbang terminal dan ketika masuk bus dengan bangganya
(bersama mukanya yang sok puitis itu) bilang,”Gue on-time
broh…”
Faaaaaaak -________-
Madun Sotoy Soal Jalur
Kebodohan
belum berhenti. Kali ini sang tuan rumah yang meng-alay. Sedang enak-enaknya
tidur, saya dibangunkan Ucup yang complain soal jalur,”Kok lewat Sumedang
terus?” Lalu Si Madun pun tak kalah panas bilang,”Kau bener gak beli tiketnya?”
Wah, mulai deh sotoy-nya. Mulai rebyek buka google
earth dan cek jalur lalu sambil tunjuk-tunjukin ke saya dia mulai panic dan
bilang kita salah jalur. Daripada ribut sama Madun dan Ucup yang bakal bikin
orang satu Sumedang bangun tidur, yaudah saya sms saja penjual tiketnya. Beliau
bilang benar kok. Tapi Si Ucup dengan gaya khasnya yang gampang panic pun mulai
bikin asumsi konyol,”Kalau bapak yang jual tiket gak tahu Kebumen itu di mana, gimana?
Dia malah ngasih tiket ke Magelang tuh ternyata!” Maaaaan, asumsi yang bahkan
saya malas menanggapi dan pilih bilang,”Yaweslah, kalau ke Magelang ya mampir
ke rumah kawan yang di sana. Woles laaaaah…”
Dan
jawaban akan hal itu ternyata datang tak lama kemudian;
“Eh Her, kita bener kok
hehehehe… Yang tadi lewat jalur alternative kayaknya,” kata Si Madun sambil
lihatin tab-nya -_-
*Lalu,
dalam penulisan cerita ini dia pun mengintervensi via line,” ohya tambahi
alesane, ternyata jalur rancaekek banjir. jadi muter lewat sumedang. itu diluar
pengetahuan saya.”
Waduk Wadaslintang
Sampai! |
Baiklah, kisah konyol kami cukupkan untuk hari itu. Singkat cerita, sampailah kami di Kebumen. Setelah di jemput oleh adek-adeknya Madun yang banyak (mereka 8 bersaudara dengan Madun anak ke-4) naik sepeda motor, sampailah kami di rumah beliau. Rumahnya bro, kereeeeeen…
Home sweet home... |
Sawah di sebelah kiri rumah |
Faiz, Madun, Ucup |
Di sebelah kiri, depan, dan
belakangnya adalah sawah. Asri sekali. Apalagi pekarangannya penuh dengan pohon
buah-buahan, dan saluran irigasi yang mengalir deras di sampir rumahnya. Tidak
lupa ada semacam kolam buatan di dekat sawah sana yang (katanya) berisi ikan.
Ayam dan bebek berlarian ke sana kemari, pokoknya, jos bet lah! Mengobati rasa
kangen saya pada rumah nenek saya di Boyolali, karena sudah dua lebaran ini
tidak sempat ke sana hiks :(
Setelah istirahat, sarapan,
ngemil, mandi, (sok-sok) bantu ganti ban mobil tuan rumah yang ketancep paku,
dan (beneran bantu) cuci mobil kami pun mengantar sang tuan rumah yang mau COD
sama penjual sepatu kulit. Ciyeee bet lah, Si Madun sekarang mau jadi cowok
parlente macam Si Tobibi. Tapi semua gagal saat ukuran sepatu yang dibawa
ternyata satu nomor di atas ukuran sepatunya hahaha…
OTW waduk |
Idem |
Idem |
Lanjut, main ke Waduk
Wadaslintang. Suatu Bendungan besar yang dibangun di era Pak Harto. Jalan ke
sana, meliak-liuk dengan pemandangan persawahan yang memanjakan mata, serta
barisan bukit, tak lupa aliran sungai jernih (yang kata Si Anu ada mbak-mbak
lagi mandi) di sana. Sungguh sebuah kebodohan mereka yang bilang negeri ini
tidak indah…
Nah, inilah penampakan Waduknya…
Waduk Wadaslintang |
Sungai tempat exhaust. Ada PLTA-nya juga lho |
No Caption |
Bendungannya |
Bendungannya |
Nah, inilah penampakan Waduknya…
0 komentar:
Posting Komentar