Kejadian Suriah dan Yaman
membuktikan bahwa kekuatan dakwah tauhid dan sunnah tidak akan efektif hingga
dipayungi kekuatan.
Goresan sunnah penuh dengan
perintah untuk mempersiapkan kekuatan dari memanah, berkuda, hingga idad fisik karena
itu adalah fitrah perjuangan.
Itulah yang menjadikan
sahabat setelah sempurna pengajaran sunnah kepada jiwa mereka, maka Allah
mendidik mereka dengan memerintahkan jihad.
Pantas Ibnu Taimiyah
mengatakan bahwa islam mustahil tegak kecuali dengan perkara yang menyertai; Kitaabul Hadi dan Saifun Naashir.
Kitaabul hadi: ilmu yang memberikan
petunjuk umat hingga terang antara syirik dan iman, antara haq dan bathil, ia
menerangi ditengah kegelapan.
Saifun naashir: pedang
(kekuatan) yang menghantarkan kemenangan untuk agama Allah dan melindungi
kebenaran dari segala perusak dan pengganggunya.
Keduanya selaras dengan
fitrah sunnah , karena ilmu memanggil kekuatan untuk pelindung, sebagaimana
kekuatan memanggil ilmu untuk mengendalikan.
Ilustrasi ilmu dan kekuatan
ibarat burung dengan kedua sayapnya, maka apabila salah satu sayap itu ada yg
sakit, maka burung gagal terbang.
Syaithan pun datang untuk
merusak manhaj ini, ada yg disibukkan dengan ilmu tapi melalaikan kekuatan dan
juga ada yang sibuk dengan kekuatan tapi melalaikan ilmu.
Sehingga ketika ilmu tanpa dibingkai
kekuatan maka ia hanyalah macan tanpa taring, ataupun kekuatan tanpa ilmu ia
hanya merusak dan membinasakan.
Tak lebih seperti Zaid bin
Amru bin Nufail. Ia hanif,dan ahli ibadah, ia mengkritik adat Qurays tapi ia
tak punya kekuatan dan pendukung.
Karena tanpa kekuatan,maka
ia tak ditakuti orang Qurays dan tak dimusuhi kaum musyrikin, karena ia tak
membahayakan.
Beda dengan Rasulullah
ketika muncul dengan tauhidnya berfondasi ilmu dan kekuatan, maka serentak
seluruh musyrikin dan Qurays mengerahkan kekuatan.
Inilah perpaduan antara
keshalehan pribadi dan menshalehkan sekitar, 2 perkara itu membutuhkan ilmu dan
kekuatan yang haq.
Pantaslah apabila Suriah dan
Yaman, yang pertama kali menolong mereka adalah generasi yang menggabungkan
ilmu dan kekuatan dalam perjuangan.
Mereka berada di garda
terdepan dan bergegas ketika darah seorang mukmin menetes karena kedzaliman, mereka
langsung berjejer rapi melindungi.
Mereka paling cekatan dan
tiada mempedulikan celoteh manusia serta hujatan, mereka berjuang hanya
mengharapkan agama Allah tegak di atas bumi
Semoga Suriah dan Yaman
menyajikan faidah ilmu kepada kita,"Bahwa agama ini tegak dengan ilmu dan
kekuatan, maka jangan mengamputasi salah satunya.”
Karena musuh sunnah dalam
akhir zaman sama dengan musuh nabi: Musyrikun, Romawi, dan Persia. Mereka akan
senantiasa memerangi kita sebagaimana dulu memerangi pendahulu kita.
Dan menghadapi mereka tak
hanya butuh dakwah dan akhlaq tapi juga membutuhkan kekuatan ketika mereka
berbalik mendzalimi dan memerangi.
Maka beruntunglah generasi yang
sedikit dan dimenangkan —Thoifah Manshurah—yaitu yang menyandingkan antara ilmu
serta kekuatan untuk agama Allah.
Kumpulan twit Oemar Mita " faidah manis dri luka suria dan yaman", dengan editing seperlunya untuk memperbaiki tanda baca dan menghilangkan singkatan. Disalin-sunting-tempel dari Grup WA ‘Sharing Korda MPI’.
0 komentar:
Posting Komentar