Minggu, 03 Juni 2012

Posted by Heri I. Wibowo | File under : ,
                Kalkulus. Terdengar keren bukan? Tapi mungkin kau akan berpikir ulang tentangnya jika waktu UTS tinggal seminggu padahal masih ada 4 Bab yang belum kau mengerti dari si Cantik ini hehehe(malah curhat). Apalagi jika anak Aero yang kalkulusnya udah gak bisa di gambar di sumbu kartesian. Yaaah, baru denger dari senior sih betapa menantangnya kalkulus.

                Nah, sekarang aku ingin berbagi apa yang aku dapat darinya yang MUNGKIN belum sempat terpikirkan oleh teman-teman. Dan aku tidak melihat yang paling cocok sekaligus mudah sebagai pengandaian selain INTEGRAL. Santai, belum yang lipat-lipat kok haha. 

                Kita mulai dulu dari,”Apa itu integral?” Jawabku,” Integral adalah kebalikan dari diferensial”. “Lalu, apa itu diferensial?” Kujawab seperti ini,” Diferensial adalah kebalikan dari integral :P”

                Koplak ya? Oke deh, coba kita cari tahu definisinya. Kita menyebut “F suatu antiturunan f pada selang I jika Dx F(x) = f(x) pada I-yakni, jika F’(x) = f (x) untuk semua x dalam I (jika x suatu titik ujung I, F’(x) hanya perlu turunan sepihak )”[1]. Weleh, apa pula ini hahaha. Ya intinya begitu. Memang, jika dlihat sekilas pengertiannya, kita sulit untuk memahaminya(kalo Anda tidak kesulitan syukurlah). Dari sini aku mendapat ibrah pertama. Apa itu? Pembahasannya nanti saja ya.

                Baik, sekarang mari kita tinjau suatu grafik seperti gambar di bawah.


               

                Luas daerah di bawah kurva ternyata semakin mendekati luas yang sebenarnnya jika besar persegi panjang diperkecil atau dengan kata lain jumlahnya diperbanyak. Dengan ide ini, dapat dikatakan bahwa luas suatu kurva, yaitu integral tentu(integral Riemann) adalah jumlah luas persegi panjang yang diperkecil hingga jumlahnya mendekati takhingga. Atau bahasa matematisnya adalah :
               
Dengan
P= lebar persegi panjang
∆Xi= lebar persegi panjang ke-i[2]

                Aku pikir udahlah ya, ga usah berpusing ria di sini. Aku yakin kalian telah sangat mengerti tentang hal ini. Namun, pernahkah kalian berpikir,”Wah, ternyata ilmu yang kita anggap ilmu pasti dan saklek pun mengandung pengabaian :0 !!”. Ya, dan inilah ibrah kedua dan ketiga kita.

                Kemudian, suatu ketika sempat berdiskusi dengan seorang kawan yang calon anak Teknik Geofisika. Intinya, aku berkomentar jika kalkulus itu gak pasti. Kurang valid karena banyak hal yang diabaikan. Aku hanya ingin tahu bagaimana dia menanggapi komentarku tersebut. IP memang tidak bohong(?), dia menjawab,”Yen rak ana pengabaian-pengabaian kui, gak bakal ana ilmu fisika, kimia, lan keturunane trus akhire dewe bingung bakal kerja apa Her Her. Buktine wong-wong yo isa gawe pesawat karo nge-bor minyak meskipun banyak pengabaian.”     

                Hmm, jawaban yang cerdas bukan? Memang, tanpa pengabaian-pengabaiantersebut sangat sulit bagi ilmu engineering dalam menyelesaikan masalah kehidupan. Sebagai contoh, seorang Dosen Teknik Mesin pernah heran dengan tulisan tinggi maksimum kendaraan di gerbang tol adalah 4200 milimeter. Siapa yang menjamin bahwa tinggi gerbang itu benar-benar 4200 milimeter? Kenapa tidak ditulis 4,2 meter saja? Namun tentu saja, ada ilmunya bagaimana membuat suatu pengabaian yang bisa dipertanggung-jawabkan secara matematis. Dan itulah kenapa mereka pantas disebut engineer menurutku.

                Sekarang,  akan aku kupas ketiga ibrah yang kudapat tersebut. Yang pertama adalah bahwa terkadang kita tidak mengerti hanya dengan diberi tahu, atau membaca. Kita perlu melakukannya. Seperti definisi integral tersebut. Coba baca aja deh, kalo masih pertama baca sepertinya membingungkan kan artinya? Namun, kita tidak boleh menyerah. Harus mencoba dulu mengerjakan soal, tanya teman yang lebih tahu, dan insyaAllah akhirnya saya jadi sedikit lebih tahu.

                Begitu pula hal-hal yang terjadi dalam hidup. Terkadang kita tidak tahu maksud Allah menjadikannya ada, hingga kita berusaha memecahkannya dengan penuh kesungguhan dan keikhlasan. Dan sering hikmah itu baru nampak ketika kita telah melaluinya. Jadi, jika sulit mengerti suatu masalah, jangan hanya diam dan menunggu mendapat ilham. Kita bukan orang sakti kan? Hehe. Jalani saja, sambil bertawakal kepada Yang Memberi. Belajar sambil berjalan, karena seandainya pun kita salah, kita telah berusaha dan tahu bahwa jangan mengulanginya lagi. “Done is better than perfect.” Tapi ini tidak berlaku untuk hal-hal buruk macam free sex, narkoba dan teman-temannya lo ya.

                Ibrah yang kedua adalah saat kita meninjau persegi-persegi yang dibuat semakin kecil. Hal itu dapat kita kiaskan pada masalah yang terjadi dalam hidup kita. Sekilas, ia tampak besar, banyak, rumit, sulit, dan bahkan mustahil untuk diselesaikan. Namun, ternyata yang kita butuhkan hanya membaginya menjadi hal-hal yang sederhana dan kecil. Seperti jika kita meninjau Diagram Benda Bebas dari suatu system. 

                 Setelah kita membagi berdasarkan skala prioritas, tingkat kesulian dan aspek lainnya ternyata masalah itu tampak lebih mudah untuk dilalui. Tentu saja cara kita membagi masalah adalah suatu hal yang bisa dipelajari, dan tak ada cara yang lebih mudah untuk mempelajarinya selain dengan pengalaman. Kecuali kau adalah manusia super jenius yang bisa mengerjakan soal bahkan tanpa pernah menyentuh satu soal latihan pun. 

Jadi, ibrah kedua kita adalah jika ada suatu masalah di depanmu jangan buru-buru mundur. Namun tinjaulah ia untuk kemudian kau bagi menjadi hal-hal yang lebih sederhana. Dan sekali lagi, membagi pun ada seninya yang diajarkan oleh pengalaman.

                Ibrah yang terakhi tentang pengabaian. PENGABAIAN. Loh, apa ini artinya kita harus mengabaikan masalah kita? Yup, benar kawan. Kita perlu mengabaikan masalah kita, jika hal itu tidak terlalu berguna meski kita memecahkannya. Maksudnya? --a

                Begini, sering kita terjebak pada suatu masalah yang cukup kompleks. Namun, kita justru berkutat pada hal-hal kecil di pinggirnya saja, dan merasa cukup bangga karena terlihat sibuk dengan mengurusi hal kecil tersebut. Dan, inti masalah itu sendiri justu kita telantarkan. Lalu, apa yang harus kita lakukan?

                Sekali lagi pengalaman dan ilmu yang akan membuat kita dapat memutuskan apa hal itu cukup layak untuk mendapat perhatian kita.  Contoh, pada banyak kesempatan kita telah merancang suatu rencana yang begitu detil, dan kita merasa tak ada yang bisa memengaruhinya. Tetapi, hidup tidak sesederhana itu kawan. Terkadang ada target atau jalan yang memang tak bisa kita tempuh, untuk kemudian menyesuaikan dengan keadaan yang ada. Dan di sinilah keikhlasan kita diuji. Daripada kita sibuk berusaha mengembalikan diri pada jalur utama, bukankah lebih baik kita mempersiapkan rencana B yang artinya ada beberapa aspek dalam rencana A yang kita abaikan? Toh, tujuannya masih sama kan? Aku ingat suatu pepatah,”Mereka yang sukses adalah mereka yang bagus pada rencana B.”

 Karena hidup kita terlalu singkat untuk sekedar mengurusi masalah-masalah remeh yang sebenarnya tidak membahayakan kita, bahkan justru itulah yang membuat kita tahu ada jalan yang lebih baik. Sementara jika kita lalai pada tujuan utama,  dan ketika energy serta waktu kita telah habis hanya penyesalan yang kita terima.

So, terkadang pengabaian itu berguna bukan?
                    

0 komentar:

Posting Komentar