Kalkulus.
Terdengar keren bukan? Tapi mungkin kau akan berpikir ulang tentangnya jika
waktu UTS tinggal seminggu padahal masih ada 4 Bab yang belum kau mengerti dari
si Cantik ini hehehe(malah curhat). Apalagi jika anak Aero yang kalkulusnya
udah gak bisa di gambar di sumbu kartesian. Yaaah, baru denger dari senior sih
betapa menantangnya kalkulus.
Nah,
sekarang aku ingin berbagi apa yang aku dapat darinya yang MUNGKIN belum sempat
terpikirkan oleh teman-teman. Dan aku tidak melihat yang paling cocok sekaligus
mudah sebagai pengandaian selain INTEGRAL. Santai, belum yang lipat-lipat kok
haha.
Kita
mulai dulu dari,”Apa itu integral?” Jawabku,” Integral adalah kebalikan dari
diferensial”. “Lalu, apa itu diferensial?” Kujawab seperti ini,” Diferensial adalah
kebalikan dari integral :P”
Koplak
ya? Oke deh, coba kita cari tahu definisinya. Kita menyebut “F suatu antiturunan f pada selang
I jika Dx F(x) = f(x) pada I-yakni, jika F’(x) = f (x) untuk semua x dalam
I (jika x suatu titik ujung I, F’(x) hanya
perlu turunan sepihak )”[1]. Weleh, apa pula ini hahaha. Ya intinya
begitu. Memang, jika dlihat sekilas pengertiannya, kita sulit untuk memahaminya(kalo
Anda tidak kesulitan syukurlah). Dari sini aku mendapat ibrah pertama. Apa itu?
Pembahasannya nanti saja ya.
Baik,
sekarang mari kita tinjau suatu grafik seperti gambar di bawah.
Luas
daerah di bawah kurva ternyata semakin mendekati luas yang sebenarnnya jika
besar persegi panjang diperkecil atau dengan kata lain jumlahnya diperbanyak. Dengan
ide ini, dapat dikatakan bahwa luas suatu kurva, yaitu integral tentu(integral
Riemann) adalah jumlah luas persegi panjang yang diperkecil hingga jumlahnya
mendekati takhingga. Atau bahasa matematisnya adalah :
Dengan
P= lebar persegi panjang
∆Xi= lebar persegi
panjang ke-i[2]
Aku
pikir udahlah ya, ga usah berpusing ria di sini. Aku yakin kalian telah sangat
mengerti tentang hal ini. Namun, pernahkah kalian berpikir,”Wah, ternyata ilmu
yang kita anggap ilmu pasti dan saklek pun mengandung pengabaian :0 !!”. Ya,
dan inilah ibrah kedua dan ketiga kita.
Kemudian,
suatu ketika sempat berdiskusi dengan seorang kawan yang calon anak Teknik Geofisika.
Intinya, aku berkomentar jika kalkulus itu gak pasti. Kurang valid karena
banyak hal yang diabaikan. Aku hanya ingin tahu bagaimana dia menanggapi
komentarku tersebut. IP memang tidak bohong(?), dia menjawab,”Yen rak ana pengabaian-pengabaian kui, gak bakal ana ilmu fisika, kimia, lan
keturunane trus akhire dewe bingung bakal kerja apa Her Her. Buktine wong-wong
yo isa gawe pesawat karo nge-bor minyak meskipun banyak pengabaian.”
Hmm,
jawaban yang cerdas bukan? Memang, tanpa pengabaian-pengabaiantersebut sangat
sulit bagi ilmu engineering dalam
menyelesaikan masalah kehidupan. Sebagai contoh, seorang Dosen Teknik Mesin
pernah heran dengan tulisan tinggi maksimum kendaraan di gerbang tol adalah
4200 milimeter. Siapa yang menjamin bahwa tinggi gerbang itu benar-benar 4200
milimeter? Kenapa tidak ditulis 4,2 meter saja? Namun tentu saja, ada ilmunya
bagaimana membuat suatu pengabaian yang bisa dipertanggung-jawabkan secara
matematis. Dan itulah kenapa mereka pantas disebut engineer menurutku.
Sekarang,
akan aku kupas ketiga ibrah yang kudapat
tersebut. Yang pertama adalah bahwa terkadang kita tidak mengerti hanya dengan
diberi tahu, atau membaca. Kita perlu melakukannya. Seperti definisi integral
tersebut. Coba baca aja deh, kalo masih pertama baca sepertinya membingungkan
kan artinya? Namun, kita tidak boleh menyerah. Harus mencoba dulu mengerjakan
soal, tanya teman yang lebih tahu, dan insyaAllah akhirnya saya jadi sedikit
lebih tahu.
Begitu
pula hal-hal yang terjadi dalam hidup. Terkadang kita tidak tahu maksud Allah
menjadikannya ada, hingga kita berusaha memecahkannya dengan penuh kesungguhan
dan keikhlasan. Dan sering hikmah itu baru nampak ketika kita telah melaluinya.
Jadi, jika sulit mengerti suatu masalah, jangan hanya diam dan menunggu
mendapat ilham. Kita bukan orang sakti kan? Hehe. Jalani saja, sambil
bertawakal kepada Yang Memberi. Belajar sambil berjalan, karena seandainya pun
kita salah, kita telah berusaha dan tahu bahwa jangan mengulanginya lagi. “Done is better than perfect.” Tapi ini tidak berlaku untuk hal-hal buruk macam free sex, narkoba dan teman-temannya lo
ya.
Ibrah
yang kedua adalah saat kita meninjau persegi-persegi yang dibuat semakin kecil.
Hal itu dapat kita kiaskan pada masalah yang terjadi dalam hidup kita. Sekilas,
ia tampak besar, banyak, rumit, sulit, dan bahkan mustahil untuk diselesaikan. Namun,
ternyata yang kita butuhkan hanya membaginya menjadi hal-hal yang sederhana dan
kecil. Seperti jika kita meninjau Diagram Benda Bebas dari suatu system.
Setelah kita membagi berdasarkan skala
prioritas, tingkat kesulian dan aspek lainnya ternyata masalah itu tampak lebih
mudah untuk dilalui. Tentu saja cara kita membagi masalah adalah suatu hal yang
bisa dipelajari, dan tak ada cara yang lebih mudah untuk mempelajarinya selain
dengan pengalaman. Kecuali kau adalah manusia super jenius yang bisa
mengerjakan soal bahkan tanpa pernah menyentuh satu soal latihan pun.
Jadi, ibrah
kedua kita adalah jika ada suatu masalah di depanmu jangan buru-buru mundur. Namun
tinjaulah ia untuk kemudian kau bagi menjadi hal-hal yang lebih sederhana. Dan sekali
lagi, membagi pun ada seninya yang diajarkan oleh pengalaman.
Ibrah
yang terakhi tentang pengabaian. PENGABAIAN. Loh, apa ini artinya kita harus
mengabaikan masalah kita? Yup, benar kawan. Kita perlu mengabaikan masalah
kita, jika hal itu tidak terlalu berguna meski kita memecahkannya. Maksudnya?
--a
Begini,
sering kita terjebak pada suatu masalah yang cukup kompleks. Namun, kita justru
berkutat pada hal-hal kecil di pinggirnya saja, dan merasa cukup bangga karena
terlihat sibuk dengan mengurusi hal kecil tersebut. Dan, inti masalah itu
sendiri justu kita telantarkan. Lalu, apa yang harus kita lakukan?
Sekali
lagi pengalaman dan ilmu yang akan membuat kita dapat memutuskan apa hal itu
cukup layak untuk mendapat perhatian kita. Contoh, pada banyak kesempatan kita telah
merancang suatu rencana yang begitu detil, dan kita merasa tak ada yang bisa
memengaruhinya. Tetapi, hidup tidak sesederhana itu kawan. Terkadang ada target
atau jalan yang memang tak bisa kita tempuh, untuk kemudian menyesuaikan dengan
keadaan yang ada. Dan di sinilah keikhlasan kita diuji. Daripada kita sibuk
berusaha mengembalikan diri pada jalur utama, bukankah lebih baik kita
mempersiapkan rencana B yang artinya ada beberapa aspek dalam rencana A yang kita
abaikan? Toh, tujuannya masih sama kan? Aku ingat suatu pepatah,”Mereka yang
sukses adalah mereka yang bagus pada rencana B.”
Karena hidup kita terlalu singkat untuk
sekedar mengurusi masalah-masalah remeh yang sebenarnya tidak membahayakan
kita, bahkan justru itulah yang membuat kita tahu ada jalan yang lebih baik. Sementara
jika kita lalai pada tujuan utama, dan
ketika energy serta waktu kita telah habis hanya penyesalan yang kita terima.
So, terkadang
pengabaian itu berguna bukan?
0 komentar:
Posting Komentar