Siapa tak kenal Umar bin Al
Khattab? Wah, ada yang belum kenal? Nih aku kasih link ke Bang Wiki biar paling
tau sedikit tentang diri beliau yang mulia. Dalam sepuluh tahun
pemerintahannya, Madinah menjelma menjadi pusat negara terbesar pada jamannya. Kaum
muslimin berhimpun berhimpun dalam satu kesatuan umat yang mewujud dalam
kemakmuran di bawah payung keadilannya yang tanpa pandang bulu.
Umar pulalah khalifah pertama
yang menyandang gelar Amirul Mukminin. Dia juga yang menjadi awal dalam sejarah
di bidang pemisahan lemba peradilan dengan
lembaga pemerintahan(yudikatif dan eksekutif). Setiap malam beliau
meronda keadaan rakyat dalam jangkauannya demi melihat keadaan mereka
secara langsung meski siang harinya pun dia habiskan untuk melayani mereka. Hingga
Ali bin Abi Thalib suatu saat pernah berkata,” Manusia terbaik setelah Rasulullah
adalah Abu Bakar dan Umar”. Dan Umar pun membalasnya dengan ucapan,” Ali adalah
Hakim bagi kita”. Demikianlah, keakraban mereka sebagai sahabat tak terbantahkan
lagi tidak seperti klaim suatu kaum bahwa Abu Bakar dan Umar bin Khattab telah
merebut kekhilafahan dari tangan Ali.
Tulisan ini tidak akan membahas
biografi Umar bin Khattab, namun lebih menekankan pada kisah-kisah inspiratif
yang bisa kita ambil dari tokoh umat tersebut.
AMIRUL MUKMININ YANG PERTAMA
Sebelum Abu Bakar wafat, dia
telah menyerahkan jabatan Khalifah pada Umar bin Khattab ketika dia merasa
sakit telah tak tertahankan dan merasa ajalnya telah semakin dekat. Sebagian sahabat sangat setuju dengan pengangkatan
tersebut. Namun ada beberapa orang yang
protes.
“Umar akan sangat keras kepada
kita. Engkau lihat sendiri ketegasannya, padahal engkau masih bersama kita.”
Abu Bakar menjawab,”Dia seperti
itu karena melihat aku terlalu lembut dalam bertindak. Engkau lihat sendri
ketika aku marah pada seseorang dia akan bersikap lembut kepadanya.” Hal ini dapat kita saksikan pada peristiwa
Abu Bakar memerangi kaum yang menolak
membayar zakat. Umar adalah salah satu sahabat yang kontra pada keputusan
Khalifah. Namun, setelah dijelaskan alasannya oleh Abu Bakar, meraka sadar
bahwa tindakan Sang Pemimpin adalah yang paling masuk akal. Kebesaran jiwa Umar
dan sahabat lainnya mencegah perpecahan di tubuh umat muslim.
Kembali pada kisah pengangkatan
Umar. Dengan surat wasiat yang
distempel, Utsman membacakannya di hadapan orang-orang di luar rumah Abu Bakar.
Mereka pun membai’at Umar dan tidak seorang pun yang menentang peristiwa
tersebut.
Setelah sakit selama lebih dari lima belas hari, tepatnya pada malam Selasa
minggu terakhir bulan Jumadil Akhir
tahun ke-13 Hijriah Khalifah pun berpulang ke Rahmatullah. Bumi Madinah
bergetar karena tangis para Shahabat. Dan
kini jabatan Khalifah pun di tangan Ibnu Khattab.
Kemudian, seselesainya
orang-orang mengurus jenazah Abu Bakar, dengan mata berkaca-kaca mereka yang
belum sempat mendatangi Umar untuk membai’atnya. Salah seorang dari mereka
berkata,”Wahai Khalifah-Khalifah Rasulullah(pengganti-pengganti Rasulullah).”
Umar menyahut,” Dan pemimpin setelah aku akan kalian panggil
Khalifah-Khalifah-Khalifah Rasulullah. Wah, akan telalu panjang.”
Orang-orang pun
terdiam dan Umar pun tidak berbicara. Mereka semua memikirkan panggilan yang
praktis dan pantas untuk Sang Pemimpin Baru mereka.
Akhirnya, Umar angkat suara,”Kalian kan porang-orang Islam, sedang aku
adalah pemimpin kalian. Jadi aku adalah pemimpin orang-orang Islam.”
Mereka pun memanggilnya,”Wahai Amirul Mukminin!”
KESEDERHANAAN UMAR
Kisah
tentang hal ini ada banyak sekali. Jadi, akan aku kisahkan beberapa saja yang
sungguh-sungguh menusuk sanubari kita betapa dunia pernah melahirkan manusia
ini.
Setelah menjabat, Umar tidak
memiliki waktu untuk berdagang sehingga pada suatu kesempatan dia bertanya
rang-orang,”Aku adalah pedagang, sekrang aku disibukkan dengan urusan kalian. Bagaimana
kalau kalian mengizinkan aku mengambil jatah dari harta ini?”
Orang-orang serempak menjawab,”Boleh,
mengambil lebih juga tidak apa-apa.” Lihat, betapa yang telah menjadi haknya-yaitu
gaji-Umar pun demikian hati-hati. Hingga suatu ketika para sahabat yang merasa
Umar terlalu sederhana mendatangi Hafshah binti Umar bin Al Khattab(karena mereka
segan untuk datang langsung) untuk menyampaikan pada Khalifah tentang hal
tersebut.
Hafshah pun mendatangi ayahnya sembari
menyampaikan pesan para sahabat tersebut. Namun Umar justru bertanya balik,” Sekarang
aku bertanya, pakaian apa yang paling isimewa yang Rasul peroleh?”
Putrinya yang juga istri Rasul
berkata,”Dua helai pakaian yang lumayan bagus yang Rasul hannya memakainya pada
dua kesempatan, pertama ketika ada utusan yang ingin menemui beliau, kedua
ketika shalat jum’at.”
Umar bertanya lagi,”Bagaimana
dengan makanan kalian?”
Hafshah menjawab,”Kami memakan
roti panas yang terbuat dari gndum kemudian kami tuangi minyak samin sehingga
tampak berlemak, itulah makanan paling enak di rumah kami.”
“Karpet apa yang paling mewah
dirumah kalian?”, tanya Umar.
“Kami membentangkan sehelai kain
kasar yang kami tambal. Itu di musim panas. Pada musim dingin, kami hamparkan separuhnya
dan separuhnya lagi kami pakai selimut.”
Umar pun berkata,”Sampaikan pada
orang-orangyang menyuruhmu, bahwa Rasul, Abu Bakar dan aku seperti tiga oang yang berjalan dalam satu
jalur. Yang pertama telah selamat, begitu pula yang kedua. Jika yang ketiga tidak
mengikuti jalur keduanya, mungkinkah ia bertemu dengan mereka?”
Sembari keluar dari rumah
Hafshah, ia bergumam,”Aku akan beri hakku dari harta ini yaitu dua pakaian. Satu
untuk musim panas, satu lagi untuk musim dingin. Aku akan mengambil jatah
tunggangan hanya untuk berhaji dan berumrah. Jah makan keluargaku sama dengan
jatah makan orang Quraisy dengan kondisi ekonomi menengah.”
Pada kisah lainnya disebutkan,
Umar ingin bertanya sesuatu pada Zaid bin Tabit yang terkenal karena
pengetahuannya tentang Al-Qur’an. Umar pun langsung datang ke rmahnya dan Zaid
yang sedang istirahat terperangah dan angsung berdiri menyambutnya. “Kembalilah
pada urusanmu yang tadi(maksudnya istirahat lagi)”. “Wahai Amirul Mukminin, kenapa tidak kau utus
saja orang, agar nanti aku saja yang mendatangimu.”
Umar menjawab,”Akulah yang punya
keperluan, maka aku pula yang harus datang.”
Pada suatu hari, datang para 300
orang prajurit yang membawa tawanan perang seorang panglima Persia yang bernama
Hurmuzan. Sang tawanan mengenakan pakaian mewah dan bersulamkan emas. Di kepalanya
terpasang mahkota yang dipenuhi yaqut dan permata lainnya.
Mereka mencari Umar di rumahnya,
namun sang Amirul Mukminin telah ke masjid yang sekaligus menjadi kantor dan
istananya. Ternyata Umar sedang beristirahat setelah lelah seharian mengurus rakyatnya.
Hurmuzan pun bertanya,”Mana Umar?”
Mereka pun menjawab sembari
menunjuk orang yang sedang tertidur itu,”Itu Khalifah kami.”
“Lalu, di mana penjaga dan
pengawalnya?”
“Dia tidak punya keduanya.”
“Pasti dia seorang nabi!”
“Bukan, namun dia beramal dengan
amalan para nabi.”
Kisah terakhir hari ini, adalah
saat Umar datang ke Yerusalem. Ketika Khalifah tiba di Jabiyah, dekat dataran
tinggi Golan, para panglima perangnya datang dengan kuda yang sangat bagus dan
gagah. Umar mengamati pakaian dan tunggangan mereka dan tidak suka karena terkesan
terlalu mewah. Dia kemudian mengambil segenggam kerikil dan melemparkannya ke pakaian mereka sambil
berkata,”Hanya karena ingin menyambutku, kalian mengenakan pakaian seperti ini?
Baru beberepa tahun saja kalian makan kenyangn, perut kalian sudah gendut. Demi
Allah, jika kalian melakukan hal itu dengan mengorbankan sejumlah penduduk, aku akan mengganti kalian
dengan pemipin yang baru!”
“Wahai mirul Mukminin, yang kami
pakai ini hanya jubah dan kami memakainya agar bisa menjadi senjata bagi kami.”
Umar menjawab,”Bagus kalau
begitu.”
Saat akan berangkat ke dalam
kota Baitul Maqdis atau Yerusalem, para sahabat mengusulkan agar Khalifah
memakai kain katun. Umar bertanya,”Apa ini?” “Itu kain katun Ya Khalifah.”
“Apa itu katun?” Mereka pun
hanya bisa tersenyum dan menjelaskannya kepada sang Pemimpin. Sungguh mereka
teramat kagum pada kesederhanaan Amirnya
yang tak pernah memakai kain katun.
Umar berangkat hanya ditemani
salah seorang pelayannya dengan hanya seekor kuda yang ditunggangi bergantian. Saat
tiba di gerbang kota, Umar kebagian berjalan kaki sementara kondisi sedang hujan.
Penduduk kota tidak percaya, Pemimpin pasukan yang mengalahkan Persia dan
Romawi datang dalam kondisi seperti itu. Tanpa pengawal dan pakaian kebesaran.
Namun, justu inilah yang membuat penduduk Baitul Maqdis yakin telah membuat
keputusan benardengan tunduk pada pemerintahan Islam aih-alih membantu Romawi.
Bersambung…
0 komentar:
Posting Komentar