Senin, 01 Juli 2013

Posted by Heri I. Wibowo | File under : ,


Pembuka

                Banyak orang yang keliru memahami pengertian humanism. Dalam pandangan mereka,  humanism adalah prinsip yang baik, mengajarkan perdamaian, kecintaan, persaudaraan, dan pertolongan kepada sesama manusia yang membutuhkan. Pandangan seperti ini adalah kesalahpahaman yang parah, namun sayangnya telah menjadi kesalahan umum.

Apa Itu Humanism?

Humanism yang dimaksudkan oleh para pencetus, penganut, dan pegiatnya adalah sama sekali tidak sama dengan pandangan kebanyakan masyarakat. Makna filosofis dari humanism adalah cara berpikir bahwa mengemukakan konsep peri kemanusiaan sebagai focus dan satu-satunya tujuan. Dengan kata lain, humanism mengajak manusia berpaling dari Allah yang Menciptakan mereka, dan hanya mementingkan keberadaan dan identitas mereka sendiri.

                Kamus umum mendefinisikan humanism sebagai “sebuah sistem pemikiran yang berdasarkan berbagai nilai, karakteristik, dan tindak tanduk yang dipercaya terbaik bagi manusia, bukannya pada otoritas supernatural mana pun.”

                Dengan demikian, humanism menjadikan manusia sebagai penentu dan pengatur kehidupannnya sendiri tanpa mengakui eksistensi Allah dan tanpa menerima pedoman hidup-Nya. Definisi paling jelas tentang humanism dikemukakan oleh pendukungnya. Saah seorang juru bicara humanism paling terkemuka di masa kini adalah Corlis lamont (1902-1995). Dalam bukunya, philosophy of Humanism, ia menulis:

                “(Singkatnya) humanism meyakini bahwa alam … merupakan jumlah total dari realitas, bahwa materi-energi dan bukan pikiran yang merupakan pembentuk alam semesta, dan bahwa entitas supernatural sama sekali tidak ada. Ketidaknyataan supernatural ini pada tingkat manusia berarti bahwa manusia tidak memiliki jiwa supernatural dan abadi; dan pada tingkat alam semesta sebagai keseluruhan, bahwa kosmos kita tidak memiliki Tuhan yang supernatural dan abadi.”

                Sebagaimana dapat kita lihat, humanism nyaris identik dengan atheism, dan fakta ini bebas diakui oleh kaum humanis. Terdapat dua manifesto penting yang diterbitkan kaum humanis di abad 20 M. manifesto I sering juga dinamakan A Humanist Manifesto, ditulis pada tahun 1933 oleh Roy Wood sellars dan Raymond Bragg, dan dipublikasikan bersama oeh 34 tokoh penting pada zaman tersebut termasuk filosof John Dewey. Manifesto ini membicarakan sebuah ‘agama’ baru, dan merekomendasikan humanism sebagai sebuah perkembangan agama-agama yang menggantikan agama-agama lama yang dibangun di aas dasar hubungan supranatural.

                Manifesto kedua ditulis oleh Paul Kurtz dan Edwin H. Wilson dan dipublikasikan pada tahun 1973, menegaskan isi manifesto yang pertama, tetapi berisi beberapa tambahan yang berhubungan dengan  berbagai perkembangan yang terjadi pada masa itu. Ribuan pemikir, ilmuwan, penulis, dan praktisi media menandatangani manifesto kedua, yang didukung oleh Asosiasi Humanis Amerika yan masih sangat aktif.

                Jika kita pelajari manifesto-manifesto itu, kita menemukan satu pondasi pada masing-masingnya: dogma atheis bahwa manusia dan alam semesta tidak diciptakan tetapi ada secara bebas, bahwa manusia tidak bertanggung jawab kepada otoritas lain apapun selain dirinya sendiri. Dan bahwa kepercayaan kepada Allah menghambat perkembangan pribadi dan masyarakat. Misalnya, enam pasal pertama dari Manifesto Humanis berikut:

a.       Humanis religious memandang alam semesta ada dengan sendirinya.

b.      Humanism percaya bahwa manusia adalah bagian dari alam dan bahwa dia muncul sebagai hasil dari proses yang berkelanjutan.

c.   Dengan memegang pandangan hidup organic, humanism menemukan bahwa dualism tradisional tentang pikiran dan jasad harus ditolak.

d.      Humanism mengakui bahwa budaya religious dan peradaban manusia, sebagaimana digambarkan dengan jelas oleh anthropologi dan sejarah, merupakan produk dari suatu perkembangan bertahap karena interaksi dengan lingkungan alam dan warisan sosialnya. 

e.      Humanism menyatakan bahwa sifat alam semesta digambarkan oleh ains modern membuat jaminan supernatural atau kosmik apapun bagi manusia tak dapat diterima.  Kita yakin bahwa telah berlalu waktu bagi teisme, deisme, modernism, dan beberapa pemikiran baru (baca Ancaman Global Fremasonry, Bab III: Mengkaji Ulang Humanisme tulisan Harun Yahya)

f.       
Pada pasal-pasal di atas, kita melihat ekspresi dari sebuah filsafat umum yang diwujudkan di bawah nama materialism, Darwinism, ateisme, dan agnostisisme. Akan teramati bahwa klaim-klaim ini adalah gagasan stereotip, khas dari kalangan yang memusuhi agama sejati. Alasannya adalah bahwa humanism adalah pondasi utama dari perasaan anti agama. Ini karena humanism adalah ekspresi dari “manusia merasa bahwa dia akan dibiarkan begitu saja”, yang merupakan dasar utama bagi pengingkaran terhadap Tuhan-sepanjang sejarah.

Humanism sebagai sebuah way of life muncul kembali di Eropa seiring dengan Revolusi Prancis. Meski ditekan oleh agama Kristen, paganism Eropa tidak mati begitu saja. Paganism mampu ertahan dengan kedok berbagai bentuk pengajaran, gerakan, dan perkumpulan rahasia, seperti kaum Freemason, dan muncul kembali dalam bentuk nyata di Eropa pada aad ke-16 dan ke-17. Sejumlah pemikir Eropa, yang dipengaruhi oleh karya-karya para filsuf Yunani kuno seperti Plato dan Aristoteles, mulai menghidupkan kembali konsep-konsep pagan.

        Arus neo-pagan ini kian berpengaruh, dan pada abad ke-19 mampu mengungguli agama Kristen serta mengokohkan diri di Eropa. Seperti diungkapkan oleh peneliti gerakan rahasia Yahudi, A. D El Marzededeq dalam bukunya “Freemasonry Yahudi Melanda Dunia Islam”, humanism adalah asas terpenting dari lima asas gerakan rahasia Yahudi, Freemasonry. Kelima asas itu adalah humanism, demokrasi, sosialisme, monotheisme, dan nasionalisme.(Baca Artawijaya, Jaringan Yahudi Internasional di Nusantara )

Penutup

Intinya, dalam paham ini, standar penilaian baik dan buruk, benar dan salah, halal dan haram, petunjuk dan kesesatan adalah nilai-nilai kemanusiaan, bukan oleh aturan wahyu.penganut humanism tidak mengimani adanya kehidupan akhirat, surge dan neraka. Namun mereka meyakini dengan apa yang disebut karma. Dan dengan begitu kita bisa melihat bagaimana perkembangan paham ini di Indonesia.

0 komentar:

Posting Komentar