Rabu, 24 Juli 2013

Posted by Heri I. Wibowo | File under :


                Jaman sekarang ini dunia maya merupakan suatu hal yang sebagian besar manusia(dengan akses pada teknologi) telah mengunjunginya, jika tak ingin kita sebut memilikinya. Bahkan terkadang ada seseorang yang lebih menyukai dunia maya daripada dunia nyata. Belum lagi mereka yang merasa bahwa “Duta” dan “Dumay” sudah tak jelas batasnya atau malah yang terlalu jelas batasnya. Di “Duta” begitu kalem, eh di “Dumay” eksis abis.

Dunia maya memang dunia yang unik, apalagi media sosialnya. Sayangnya survey penulis kurang menyeluruh, karena hanya merasakan “Fri*ndster” dan “Faceb*ok”. Twitter ada sih, tapi sekedar memenuhi tugas osjur dan sampai sekarang belum pernah bikin tweet atau apapun-ga paham dan BELUM ingin paham. Yaah, jadinya berikut adalah beberapa keunikan yang bisa kita temukan di dalamnya-dalam versi saya.


1.       Kok Kepo Sih?

Beberapa waktu yang lalu ada yang bikin status begini: “Hari ini benar-benar melelahkan, capek banget deh”. Dan taraaaaa, ada manusia yang diberi kemampuan untuk berempati dengan kadar berlebihan berkomentar dan percakapannya kira-kira begini:

Manusia dengan empati(MDE): Kamu kenapa?
Yang punya status(YPS): Gak papa kok
MDE: Beneran? Emang tadi habis ngapain?
YPS: Ih, pengen tahu aja. Kepo banget sih!

Komentar saya: Setelah membongkar memori, baru tahu apa itu kata kepo dan lalu saya berpikir,”Ini orang kayaknya butuh perhatian, giliran ada yang memperhatikan kok marah ya?” (-_-)a 

Yang memperhatikan juga terlalu perhatian sih. So, unik kan? :p

2.       Papa-Mama

Di lain waktu saya malah melihat yang lebih keren. Ada cewek yang bikin status gini:
“ Senangnya hari ini jalan-jalan sama kamu. Makasih yaaaaa”-bersama “nama seorang laki-laki”

Komentarnya lucu nih:
Cowok: Iya ma, papa juga seneng kok :* 
Cewek: kamu emang kekasih yang pengertian sama mama pah <3
Dan banyak lagi, lupa saya hehe.

Terang aja saya kagum. Ada ya yang pamer kemesraan rumah tangga di jejaring social. Dan jarang kan seorang istri begitu frontal dalam mengungkapkan rasa sayang pada suaminya. Tapi ada yang aneh, karena saya belum pernah dapet undangan pernikahan mereka di mana salah satu pihak saya kenal. Ya sudah, karena penasaran saya blusukan aja sekalian dan baru tahu ternyata status mereka: “Berpacaran” (-_-“)

Dari kagum langsung berubah jadi enek. Ada dua komentar saya. Pertama, panggilan papa-mama, ayah-bunda, atau yang semacamnya itu berasa jadi main-main. Kalo orang jawa bilang,”Ngono yo ngono, ning yo ojo ngono”. Surat nikah aja belum ada boro-boro udah punya anak yang perlu dibiasakan dengan papa-mama atau ayah-bunda. Kecuali, yaaah, kecuali… Na’udzubillah mindzalik.


 Kedua, pamer kemesraan di muka umum itu gimana ya. Berasa gak pantas gak sih? Mending kalo udah nikah, lah ini masih belum halal aja kayak gitu. Tapi, lucu juga sih hahaha. Awas jika ada yang bilang penulis iri!

3.       Berantem

Yang ini jujur bikin sebel. Buka FB dan rencana mau lihat-lihat grup angkatan eh ada seorang teman dengan bahasa campuran antara bahasa daerahnya dan bahasa nasional  sedang marah-marah pada angin-karena tidak jelas siapa. Lebih suram lagi, terakhir saya tahu dia itu sudah mahasiswa dan lelaki! Saya gak bisa menunjukkannya karena kata-katanya memang menyebalkan, takut nanti yang baca ikutan sebel.

Komentar saya, ini orang ngapain? Mau pamer permusuhannya? Mau pamer kelabilannya? Emang dunia perlu tahu kalau kamu lagi mau berantem sama orang? Saya pikir justru lebih gentle saya dan teman-teman saya dulu waktu SMP-walaupun tidak untuk ditiru juga. Jika ada masalah sama seseorang kami dulu langsung datang ke orang yang bermasalah, terus bilang,”Saya tunggu pulang sekolah di gang X” dan di sana, saat diplomasi gagal, tangan bicara(maklum anak kecil :p). Udah, gitu aja. Besok yang tahu kejadian hari ini hanyalah kawan-kawan terdekat dan saya tak perlu mengumumkan berantem saya sama satu sekolahan karena saya sudah bosen masuk ruang BK(Bimbingan dan Konseling). Pernah sekali di skors saya kira sudah cukup buat tahu rasanya, gak perlu ditambah-tambah lagi ^^V

4.       Curhat Galau

“Aku di sini akan selalu setia menantimu. Rasa cinta ini tak akan pernah terganti dan selalu menyayangimu.”

Bayangin nih, kita sedang nongkrong di taman. Ada yang main sepeda, ada yang baca buku, ada yang lagi nge-game, ada yang lagi ngobrol, baca buku, atau sekedar mengamati saja. Lalu, tiba-tiba seseorang yang duduk di kursi taman sebelah berkata seperti yang di atas itu. Kira-kira, bagaimana ekspresi Anda?

Sebenarnya, dalam pikiran saya ini-entah benar atau salah-taman itu bisa mengibaratkan jejaring social, media social. Dan mereka yang suka menggalau bahkan seolah menjadi Chairil Anwar dadakan di bidang merah jambu ini, layaknya seseorang yang sedang membaca puisi-sendirian-di tengah taman. Lalu mungkin saja penggunaan kata ‘mu’ dalam kata-kata orang itu akan membuat kita berpikir,”Anda ngomong sama saya?”-Bergidik ngeri hiiiiiii… 



Dan peluang kesalahan pun setidaknya ada dua, yaitu orang yang di maksud tidak mengerti jika yang dimaksud adalah dia dan orang yang tidak dimaksud bisa saja ke-ge er-an. Payah kan? Padahal ada tuh yang namanya “Layanan Pesan Singkat”: Cepat(walau kadang pending), tepat sasaran, dan murah(bonusnya bejibun). Tapi, yang gini ini yang kadang bikin unik, bahkan dikomentari bukan? ;)

5.       Tulisan Hieroglyph

Dulu waktu SMP kelas tiga adalah saat pertama saya punya HP. Dan, saya cepat belajar bahasa aneh yang layaknya captcha  itu: kombinasi angka dan huruf, capital dan non-capital. Namun, di awal-awal SMA saya tahu bahwa itu tidak keren, karena orang-orang menyebutnya bahasa alay. Dan sekarang, saya akui unik juga bahasa itu.

Beberapa waktu yang lalu saya menemukan bahasa yang tidak bisa ditolerir lagi, bahkan oleh captcha. Saya pikir tulisannya lebih dekat dengan bahasa alien atau mungkin kalau di bumi mirip-mirip hieroglyph kali ya. Itu lhooo, bahasa Mesir kuno yang biasanya ada di piramida.

Nih contohnya yang saya temukan di news feed saya hehe:

Egypt Boy(EB): Biasanya gtu  (Hmm, still normal)
Egypt Girl(EG): Nh gk biasa. .Luar biasa    (apaan sih -_-)
EB: Hem gtu , ,
EG: iyha_ (underscore mulai dipakai huhui)
EB: Agy apha (yak mulai haha)
EG: Tiduran ajha'_
EB: Gc nphi ech , (Ha??!!!)
EG: Nphi it apa? (Bahkan si EG gak paham bung :v)
EB: Novi cinta , ,
EG: Nama siapa tuh, novi cinta..(kapok, kembali ke Indonesia. Kenapa gak dari awal -.-!)
EB: Waduch mzich gc ngrti , , juga
        udh aem drung (ini maksudnya apa coba)
EG: Aem apa sich, ,yng lgkap ath' pake b. Indo (wah, main suku nih haha)
EB: Udh makn blm cyankqu
EG: Ko shynkx kurang ajar bangetts sh kmu.. (sumpah saya tidak paham)
EB: Ea hbiz mzich gc ngrti

        galak amt
Saya: Komennya keren-keren, bikin aspirin cepet laku nih kalo di home banyak yang ginian.

                Dan ups, percakapan pun berhenti. Jadi merasa bersalah juga saya kalau ternyata jadi begini. Tapi, ya sudahlah :P

               Oh ya, status tidak saya tuliskan karena gak enak sama yang punya. Pasti pembaca yang budiman bertanya-tanya,”Penulis gak ada kerjaan apa baca komentar di status orang -_-“ Saya jawab,”Ya kebetulan waktu itu saya nganggur, tapi sekarang saya belajar satu hal: Hati-hati pada rasa penasaranmu, atau kau akan perlu aspirin’ “.


6.       Berdoa

Yang ini yang paling saya benci dari seluruh keunikan. Saya enek sekali dengan yang jenis ini. Yaitu, golongan orang-orang yang berdoa di jejaring social. Ada banyak hal yang salah di sana. Apa saja itu?

                Pertama, Apakah Tuhan punya Faceb*ok? Tentu enggak, karena Dia memang tidak perlu ini. Itulah kenapa ada adab dalam berdoa. Dan yang saya tahu salah satunya-dalam agama saya-Tuhan tidak butuh perantara. Tuhan Maha Mendengar, jadi silahkan berdoa langsung padanya. Jangan jadikan jejaring social sebagai berhala modern. Dan sebagai informasi saja, berhala tidak hanya dia yang dijadikan Tuhan melainkan juga yang dijadikan sekutu-sekutu Tuhan, termasuk sebagai perantara yang tidak disyari’atkan. Silahkan baca sejarah bagaimana orang arab Quraish dalam memperlakukan berhalanya.

                Kedua, hati-hati kita menyerupai kaum Yahudi. Perhatikan nama “wall” yang ada di salah satu jejaring social yang kita kenal. Karena dalam suatu artikel-dan menurut saya sangat logis juga menyadarkan-nama itu dipilih karena agar mirip dengan tradisi yahudi dengan Tembok Ratapan-nya. Silahkan search saja di google apa itu Tembok Ratapan. Oh ya, dari namanya para pengeluh dan pencurhat di jejaring social perlu waspada juga nih.

                Yang ketiga, rawan riya’. Maksudnya, berdoa bukan karena berdoa itu sendiri namun karena ingin dilihat orang suka berdoa. Lha terus kalo minta didoakan teman-teman atau diaminkan gimana? Silahkan dipikirkan dulu, sama atau beda :)

Hmm, jadi itulah beberapa hal yang berhasil  ditemukan dalam perenungan setengah jam saya. Kiranya ada yang kurang berkenan saya mohon maaf yang sebesar-besarnya. Dan tidak lupa juga untuk mengucap terimakasih pada pihak-pihak yang telah menjadi inspirasi tulisan ini. Tetap sehat, tetap semangat, biar puasanya lancar. Terakhir, mari tersenyum ceria :D


4 komentar:

  1. Aiiih ..aiiih saya sampe mules bacanya...anda ko brilian amat, sangat observant sekali, saya copas lo, permisi ya...bals dong

    BalasHapus
    Balasan
    1. terimakasih anda sudah mampir, lumayan dicopas, bisa buat promo :D

      Hapus
  2. Tembok Ratapan ya Kak? Jadi inget tembok yang buat liat nilai Fidas. :P

    BalasHapus
    Balasan
    1. sorry ya, tembok ratapan saya yang ada di lab Kidas kok :v

      Hapus