Selasa, 30 Juli 2013

Posted by Heri I. Wibowo | File under : , ,


                Mau bicara sejarah dikit nih. Dan karena saya bukan mahasiswa jurusan sejarah maka mohon dimaklumi jika banyak yang copas. Oh ya, buat seru-seruan aja, sejarah-khususnya tentang yang artefak-adalah mata pelajaran yang saya paling cupu. Bersama dengan biologi dan akuntansi tentunya haha.

            Oke, akhir-akhir ini sedang ramai tentang Mesir. Namun, saya ingin memulai cerita saya dari Aljazair, terutama tentang FIS-nya(Front Islamique du Salut):

            Front Keselamatan Islam (bahasa Arab: الجبهة الإسلامية للإنقاذ, al-Jabhah al-Islāmiyah lil-Inqādh; bahasa Perancis: Front Islamique du Salut/FIS) adalah sebuah partai politik di Aljazair berideologi Islam.




            Sampai tahun 1988, satu-satunya parpol di Aljazair ialah partai pemerintah, FLN. Setelah terjadi pemberontakan dan penentangan terhadap pemerintahan dan FLN, Presiden Aljazair saat itu Chadli Bendjedid, yang notabene merupakan Sekretaris Jenderal FLN, melakukan reformasi dengan mengizinkan berdirinya berbagai parpol baru. Pada 1989 berdirilah FIS atas desakan masyarakat yang mayoritas Muslim. Mereka kecewa sebab satu-satunya partai yang dibentuk pada masa Presiden Boumedienne yakni FLN yang berasaskan sekular gagal mewujudkan kemajuan.



Sebagai parpol Islam wajarlah FIS kemudian mengangkat isu seputar Islam. FIS menyodorkan program-program yang memikat simpati masyarakat Aljazair seperti ekonomi kerakyatan, mendukung terwujudnya kehidupan yang lebih Islami, demokratisasi, dan pemerintahan yang lebih dekat kepada Daulah Islam dibanding Barat. Dalam waktu yang singkat FIS berhasil menarik simpati masyarakat Aljazair yang mayoritas Islam. Hasilnya pada pemilu putaran pertama 20 Juni 1991, FIS memenangkan 54% suara dan mendapat 188 (81%) kursi di parlemen. Umat Islam Aljazair menyambut gembira kemenangan ini dan berharap FIS memenangkan pemilu putaran kedua. Sesuai dugaan, pada pemilu putaran kedua Desember 1991, FIS menang besar.



Kemenangan FIS pada pemilu putaran I dan II menunjukkan jika rakyat Aljazair menginginkan perubahan menuju kehidupan yang lebih baik dan Islami.



Diawali 11 Januari 1992 saat Presiden Chadli Benjedid mengundurkan diri setelah partainya keok dalam pemilu atas desakan sebagian anggota kabinetnya, terutama pihak militer. Mereka tak rela jika sebuah parpol Islam memimpin di sana sebab membahayakan kedudukannya. Kemudian penguasa militer membubarkan parlemen Aljazair dan membatalkan hasil pemilu. Lalu militer melalui Mohammed Boudiaf mendirikan Dewan Tinggi Negara yang menjalankan pemerintahan sementara dan menyatakan Aljazair dalam keadaan darurat. Dewan Tinggi Negara ini menjadi penguasa baru Aljazair. Pengadilan yang direkayasa memberangus FIS dan menjadikannya sebagai parpol terlarang, ribuan orang baik anggota maupun pendukungnya ditangkap, dipenjara, dan sebagian lainnya ditindas, dianiaya, hingga dibunuh. Pemimpin FIS Abassi Madani dan Ali Belhadj dipenjarakan. Namun akhirnya Mohammed Boudiaf tewas di tangan Letnan Mohammed Bumaaraf yang berusia 26 tahun.
sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/FIS

Nah, sekarang mari kita lihat salah satu kelompok kesukaan saya-dulu:

Hamas didirikan sebagai bentuk ketidakpuasan terhadap organisasi-organisasi perlawanan Palestina yang lebih dahulu dalam menghadapi Israel. Mereka dinilai lembek dan cenderung kompromistis. Fatah, misalnya, membuka dialog dengan Israel. Peluncuran Hamas menemukan momentumnya dengan kebangkitan Intifadah I, yang bergolak di sepanjang Jalur Gaza. Anak-anak Palestina tak gentar melawan tentara Israel dengan batu-batu sekepalan tangan. Sejak itu, sayap-sayap militer Hamas beroperasi secara terbuka. Mereka meluncurkan sejumlah serangan balasan—termasuk bom syahid—ke kubu Israel.



Pada Agustus 1993, Yasser Arafat, presiden PLO, duduk semeja dengan Perdana Menteri Israel Yitzhak Rabin. Hasilnya adalah Deklarasi Oslo. Rabin bersedia menarik pasukannya dari Tepi Barat dan Jalur Gaza serta memberi Arafat kesempatan menjalankan sebuah lembaga semiotonom yang bisa "memerintah" di kedua wilayah itu. Arafat "mengakui hak Negara Israel untuk eksis secara aman dan damai". Hamas? Tidak sedetik pun menyetujui perjanjian ini.



Ada dua hal yang paling menakutkan buat Israel. Pertama, Intifadhah. Kedua, Hamas. Keduanya berhubungan erat, namun nama yang terakhir merupakan mimpi buruk yang tak akan pernah berakhir sampai kapanpun Israel mencoba mengangkangi Palestina. Perjuangan rakyat Palestina tak akan pernah lepas dari nama Hamas. Apa sebenarnya Hamas? Hamas, atau singkatan dari Harakat al-Muqawwamatul Islamiyyah (:حركة المقاومة الاسلامية) , secara harfiah bisa diartikan sebagai "Gerakan Pertahanan Islam." Sejak berdiri pada tahun 1987, Hamas sudah mendeklarasikan sebagai sebuah gerakan dan partai politik Palestina berhaluan Islam untuk melakukan perlawanan terhadap pendudukan dan penjajahan Israel di Palestina.



Tujuan pendirian Hamas sangat jelas dan tegas: "mengibarkan panji-panji Allah di setiap inci bumi Palestina". Dengan kata lain: melenyapkan bangsa Israel dari Palestina dan menggantinya dengan negara Islam. Sepanjang sejarah beridirinya, Hamas selalu dipimpin oleh orang-orang yang berpendidikan tinggi. Sebut saja misalnya Abdul Aziz al-Rantissi (dokter spesialis anak), Abdul Fatah Dukhan dan Muhammad Shamaa (keduanya guru), Isa Nashar dan Abu Marzuq (insinyur mesin), Syekh Salah Silada (dosen), dan Ibrahim al-Yazuri (farmakolog).


            Pada Januari 2006, Hamas melangkah ke arena politik formal. Secara mengejutkan, Hamas mendulang kemenangan—meraih 76 dari 132 kursi dalam pemilihan anggota parlemen Palestina. Hamas mengalahkan Fatah, partai berkuasa sebelum pemilu saat itu. Kabinet yang didominasi orang Hamas terbentuk. Namun, akibatnya, dunia internasional—tanpa alasan yang jelas dan masuk akal—beramai-ramai menyatakan pemboikotan akan kemenangan Hamas tersebut.
Sumber:http://www.eramuslim.com/berita/gerakan-dakwah/siapakah-gerangan-hamas.htm#.UfhbZW1i0oc

            Dan pemboikotan tersebut masih berlanjut sampai sekarang, di mana wilayah Gaza yang luasnya hanya 360 km2 harus mengurus 1,5 juta rakyatnya karena blockade laut oleh Israel la’natullah.

            Masih belum selesai, sekarang kita baca-baca dikit tentang apa itu “Refah Partisi”:

Partai Refah (bahasa Turki:Refah Partisi, berarti Partai Kesejahteraan) ialah sebuah partai politik berhaluan Islam di Turki. Didirikan Ahmed Tekdal pada 1983, partai ini mulai diperhitungkan dalam Parlemen Turki saat partai ini selalu berhasil meraih kursi dalam berbagai pemilu. Partai Refah juga turut serta dalam koalisi di pemerintahan, dan popularitasnya makin meningkat. Pada pemilu lokal November 1992, Partai Refah unggul di 4 dari 6 wilayah walikota di Istambul.



Untuk pertama kalinya pada pemilu lokal 27 Maret 1994 partai Islam ini berhasil merebut jabatan gubernur di 2 kota penting di Turki, yakni Istanbul (dulu ibukota Turki Utsmani) dan Ankara. Puncaknya terjadi pada saat pemilu yang diadakan Sabtu, 24 Desember 1995. Pada pemilu ini partai ini mengangkat jargon keadilan dan kesejahteraan di samping isu luar negeri, terutama yang menyangkut Bosnia dan Chechnya. Dengan memanfaatkan isu agama partai ini berhasil memperoleh 23% suara. Namun, karena tidak mayoritas, partai ini harus bergabung dengan partai lain agar bisa menyusun pemerintahan. Akhirnya partai ini berkoalisi dengan Partai Jalan Kebenaran yang dipimpin Tansu Ciller. Koalisi ini terwujud karena adanya kesepakatan seperti :



    Kedudukan perdana menteri dijabat secara bergantian antara kedua pimpinan partai.

    Partai Tansu Çiller menduduki jabatan strategis dalam kementerian dalam dan luar negeri, pertahanan, keuangan, ekonomi, dan pendidikan.

    -Tetap konsisten menjalankan pemerintahan sekuler.

    -Tetap menganggap Turki sebagai bagian dari dunia Barat.

    -Mempertahankan keanggotaan di NATO.

    -Berjanji untuk selalu merujuk pada sistem militer dan mengambil pendapatnya dalam tiap     persoalan.



Kesepakatan tersebut merugikan partai ini karena menutup kesempatan baginya memperjuangkan syariat Islam. Walau begitu, masih ada ketakutan kalangan sekular bila kelak syariat Islam diterapkan. Mereka khawatir terjadi pembatasan kebebasan dan keterbukaan yang dinikmati. Nmaun buru-buru Erbakan menegaskan bahwa Partai Refah ialah partai yang mengutamakan persaudaraan, perdamaian, dan cinta. Ia enggan bicara syariat Islam. Malah, salah satu anggota parlemen dari partai ini berkata lembek: "Saya akan berusaha membujuk rakyat agar menjauhi MiRas. Saya tidak melihat produksi MiRas merupakan tindakan yang benar. Akan saya tutup pabrik-pabrik yang memproduksi minuman keras dan menggantikannya dengan pabrik lain hingga tak terjadi pengangguran jika menutup suatu pabrik tanpa ada penggantinya."



Meski sudah ada penegasan seperti itu, masih pula kekhawatiran ada. Malahan militer melihat Refah sebagai ancaman yang harus segera disingkirkan. Buntutnya kekuasaan Partai Refah harus diakhiri dengan alasan menjaga sekularisme. Partai Refah dinyatakan sebagai partai terlarang dan pemimpinnya Necmettin Erbakan dilarang berpolitik.


Dan sekarang, yuk kita lihat yang terbaru: Kudeta militer di Mesir.

Setelah demonstrasi besar menentang Presiden Mesir Mohamed Morsi, Menteri Pertahanan Jenderal Abdul Fatah al-Sisi pada 3 Juli 2013 mengumumkan pelengseran presiden, dan penangguhan konstitusi. Al-Sisi mengangkat Adly Mansour sebagai pemegang jabatan sementara Presiden Mesir. Morsi berada dalam status tahanan rumah dan para pimpinan Ikhwanul Muslimin ditangkap.[1] Pengumuman tersebut diikuti dengan demonstrasi dan bentrok di penjuru Mesir [1] antara pendukung dan penentang junta. Pengumuman tersebut juga diikuti dengan pernyataan oleh Imam Besar Al-Azhar Ahmed el-Thayeb, Paus Theodoros II dari Aleksandria, dan pemimpin partai oposisi Mohamed ElBaradei.



Pada 30 Juni 2013, pada peringatan tahun pertama terpilihnya Morsi, ribuan protestan dari penjuru Mesir berdemonstrasi di jalan menuntut pengunduran diri presiden. Alasan dari tuntutan tersebut termasuk tuduhan bahwa sang presiden semakin otoriter dan menjalankan agama Islam tanpa mempertimpangkan kepentingan pihak oposisi sekuler.[2][3][4] Demonstrasi yang sebelumnya damai menjadi penuh kekerasan saat lima penentang Morsi terbunuh dalam bentrokan terpisah dan penembakan. Di saat yang sama, pendukung Morsi melangsungkan demonstrasi di kota Nasr, salah satu distrik di Kairo.[5]



Pada pagi hari 1 Juli, penentang Morsi meringsek ke markas Ikhwanul Muslimin di Kairo. Protestan melempari jendela dan menjarah gedung, melarikan perlengkapan kantor dan dokumen. Menteri Kesehatan dan Penduduk Mesir mengkonfirmasi kematian delapan orang pada bentrokan tersebut di Mokattam.[6] Pada 3 Juli, Menteri Kesehatan dan populasi mengumumkan bahwa 16 demonstran pendukung Morsi terbunuh dalam unjuk rasa di tempat lain. [7][8][9] Pada waktu bersamaan, protes anti pemerintah juga berlangsung walau dengan peserta lebih sedikit.



Situasi tersebut menyebabkan krisis konstitusi dan politik berat, dengan Morsi menolak tuntutan pihak Militer, dan Angkatan Bersenjata MEsir mengancam akan mengambil alih bila politisi tidak mampu mengatasi situasi. Pada 3 Juli malam, militer Mesir pada akhirnya menyatakan berakhirnya kepemimpinan Mohammed Morsi sebagai presiden.[10][11] Pada pernyataan yang sama, militer mengumumkan bahwa konstitusi ditangguhkan, pemilihan presiden akan dilangsungkan segera, dan pimpinan mahkamah konstitusi Adly Mansour diangkat menjadi kepala pemerintahanan, dan pemerintah transisi akan dibenteuk hingga dilangsungkannya pemilihan umum. [10] Pihak Internasional mengecam tindakan ini, kecuali Saudi Arabia dan U.A.E., dan respons dari Amerika Serikat dan Iran. Negara lain yang mengecam adalah Syria, walaupun Morsi sempat mengumumkan jihad melawan negara tersebut seminggu sebelum kudeta.

            Adakah Anda melihat persamaannya???
        
         Dan jika yang di Mesir bukan dari gerakan tersebut, akankah kecaman dan publikasinya akan seheboh ini? Lalu kenapa saya tidak mendengar kecaman yang serupa pada penggulingan pemerintahan Islam yang sah di Afghanistan, Somalia, Mali Utara?

       Namun tetap, saya akan berdoa untuk saudara saya seiman dan se-Islam di Mesir, juga di Afghanistan, Iraq, Suriah, Somalia, Mali Utara, Yaman Selatan, PALESTINA, Arakan, Kashmir, Kaukasus, Xinjiang, Pattani, Iran(bukan pemerintahnya), semuanya. Pokoknya yang (benar-benar)Islam saya doakan! Tidak peduli dia dari gerakan mana saja, asal tidak menyelisihi agama yang benar. Wallahu'alam.

0 komentar:

Posting Komentar