Posted by Heri I. Wibowo |
Akhirnya, sepuluh ribu. Sepuluh
ribu ini memang tak ada hubungannya dengan mitos apapun, bahkan dengan teriakan
“Banzai” prajurit jepang di medan perang yang secara literal berarti sepuluh
ribu tahun. Sungguh, angka ini benar-benar bukan hal mistis yang akan saya
kupas pada tulisan kali ini. Angka ini adalah sesuatu hal yang lebih besar dari
itu bagi saya, karena angka ini adalah jumlah orang-orang beruntung(atau
tersesat?) yang telah mengunjungi blog saya hehehe.
Baik, mungkin saya akan
sedikit bercerita mengapa saya membuat tulisan-tulisan yang tak jelas genre-nya
di blog ini. Mulai dari kisah cinta hingga kebodohan, dari senjata sampai ke
jilbab, dan dari kegalauan sampai kepada kegalauan yang lebih berat(yang
terakhir enggak kok). Semua ini karena saya memang suka bercerita. Apapun. Dan saya
ingin korban dari dongengan saya tak hanya kawan-kawan yang hadir secara fisik
di sekitar saya namun juga Anda yang kini mungkin ratusan miliar millimeter dari
saya.
Ada banyak hal yang
layak untuk dibagi. Begitulah kata salah satu mentor dalam hidup saya, bahwa
semakin banyak membagi maka artinya lebih dekat pada kebahagiaan. Ketika kita
mengeluarkan suatu lelucon berkualitas dan orang-orang tertawa bersama
kita(bukan menertawakan kita), pada hakikatnya kitalah yang paling bahagia
bukan? Bahwa inti bahagia adalah ketika kebahagian itu dibagi. Dan saya pikir,
berbagi uang akan habis sedang berbagi cerita malah akan selalu berbunga.
Kemudian, mungkin
tulisan-tulisan ini bisa menjadi semacam “diary” pemikiran saya. Semacam buku
harian, namun isinya bukan apa yang telah saya jalani dalam hidup ini. Isinya—
dalam rancangan awal pembuatan blog ini—akan saya usahakan agar ia menjadi buku
harian atas pandangan dan pemikiran saya akan apa yang telah saya jalani. Karena
apa yang saya jalani tentu telah tertulis di tempat lain dan ia hanya layak
untuk diri saya sendiri bukan? Untuk apa orang-orang perlu mengetahui segala
hal yang yang telah saya lakukan? Mungkin ada beberapa tulisan yang (seolah)
merupakan catatan atas apa yang telah saya lakukan. Namun percayalah, saya
percaya ada ibrah yang bisa kita ambil dan cukup layak untuk dibagi. Meski itu
cerita yang (terkesan) paling bodoh sekalipun.
Saya juga pernah
mendengar, bahwa yang paling sulit bukanlah menjalankan sesuatu yang orang lain
nasihatkan pada kita. Namun menjalankan nasihat yang kita ucapkan pada orang
lain. Oleh karenanya, semakin ke belakang tulisan-tulisan saya lebih saya
usahakan untuk tidak menasihati Anda sebagai pembaca. Saya selalu berusaha
untuk kembali ke tujuan awal saya munulis: bercerita. Sehingga saya tetap
diberi keringanan ketika menjalankan nasihat-nasihat yang MUNGKIN terselip
dalam tulisan saya(bukan keringanan untuk tidak menjalankan). Karena sering
ketika saya pada suatu kondisi yang tidak mengenakkan hati, saya buka-buka lagi
arsip tulisan saya untuk sering pula merasa malu ketika selesai membaca. Karena
jika dulu saya bisa menulis seperti itu, kemungkinan terbesar kini saya hanya
lupa atau memang pemikiran saya yang sekarang telah berbeda dengan pemikiran
saya pada waktu itu. Namun pembaca, percayalah pada saya bahwa tak ada tulisan
yang saya hapus disebabkan perbedaan cara memandang tersebut. Karena saya pun ingin
selalu melihat bagaimana pendewasaan paradigma saya. Karena seperti saya sebut
di atas, blog ini adalah salah satu “diary” pemikiran saya.
Terakhir kepada Anda semua
para pembaca, baik yang sudah mengikuti blog saya maupun sekedar mampir,
sungguh saya sangat berucap terimakasih. Saya sungguh bersyukur masih ada yang
bersedia membaca tulisan-tulisan saya yang tidak karuan genre-nya ini. Untuk datang
dan membaca dongengan saya. Dan juga saya tak lupa untuk selalu beristighfar
kepada Allah, kemudian meminta maaf pada pembaca sekalian jika tulisan saya
masih banyak kekurangan di sana sini. Karena saya masih belajar, sehingga
luruskan saya jika Anda melihat bahwa saya melakukan kesalahan fatal. Karena agama
ini(Islam) adalah nasihat. Sekali lagi terimakasih, dan tunggu saja
cerita-cerita saya berikutnya :)
Best regards
Heri I. Wibowo
0 komentar:
Posting Komentar