Orang bilang ospek di Perguruan
Tinggi itu isinya marah-marah dan menakuti saja. Bahwa senior selalu menekan
dengan kata-kata setinggi langit yang normative sehingga sulit dijangkau atau
sulit didebat karena ketidak-konkrit-annya. Dan akhirnya ospek hanya berisi “bacotan”
sok tinggi macam politikus di gedung mewah yang berbentuk seperti tempurung
kura-kura yang berwarna hijau padahal “pembacot”-nya bahkan tak tahu apa yang
sedang “dibacotkan”(maaf kasar, karena saya sudah eneg haha). Karena(menurut
yang saya tahu) rata-rata apa yang mereka katakan(udah agak halus) merupakan
inputan dari staf(yang katanya) ahli mereka.
Namun itu mungkin ospek di
Universitas lain, atau di, ehem, jurusan lain. Kami, anak Mesin tidak suka
hal-hal yang HANYA berbau normative dan tidak konkrit. Apalagi jika ini adalah
pertemuan lapangan. Dan dari beberapa hal yang menjebak untuk dijawab itu
bahkan ada yang terdengar lucu, namun apa daya, kalau kelihatan sampai tertawa
yang ada dapat jatah tambahan push up hahaha.
Salah satunya saat interaksi
junior kami dengan massa himpunan yang 2 angkatan di atas kami. Kalau menurut
bahasa kami sih menyebutnya SWASTA(mahaSisWA Tingkat Akhir). Ketika mereka yang
dikader sudah lelah, mereka tetap dipaksa untuk berpikir logis dan terkadang
dilempar pernyataan atau pertanyaan yang bertujuan untuk mengetes kefokusan
mereka. Ini akan mengajarkan untuk tetap bisa berpikir logis meski fisik lelah
dan berada dalam tekanan. Apalagi dunia kerja(katanya lebih keras) dari itu.
Nah, tadi ada yang membuat kami
sebagai panitia harus menahan tawa. Pada saat posisi push up, seorang massa
berkata,”Woi kalian! Dua ribu berapa ini?!”
“DUA RIBU DUA BELAS LORD!!!”
“Woi!!! Ngantuk kalian! Ini tahun
dua ribu tiga belas! Punya tanggalan gak sih!?” Tentu saja kami terkejut dengan
tanggapan tak terduga dari massa itu. Dan kalau dipikir-pikir, benar juga
jawabannya. Meski pada dasarnya pertanyaan tersebut memang ambigu. Lumayan,
hiburan di bawah langit malam dengan purnamanya yang indah di lapangan radar.
“Wah, minta dipulangin sih ini!”
Setelah itu, ketika ditanya
tentang apa yang mereka lakukan di himpunan jika nantinya dilantik menjadi
anggota. Mereka—karena mungkin sudah lelah—kebanyakan jawabannya normative. Misalnya
ada yang berkata,”Saya akan mengharumkan HMM Lord!”
“Mas, yang konkrit laaaah…. Mau
dikasih parfum?!”
Apa coba ini hahaha. Sekali lagi
kami harus menahan tawa. Begitulah sekian cerita saya pagi ini(beneran pagi
lho, jam 4 pagi nih haha).
Oh ya, yang terakhir saya ingin
mengucapkan:
Selamat
Datang M12! Selamat Datang di HMM!
Fren-mu
Heri I.Wibowo
13111070
Astaga, mungkin ini sisi menarik dari sistem ospek kampusmu yang tampak panjang sekali XD
BalasHapuskalo osjur masih kalah kali sama UNDIP yang teknik mesinnya denger2 minimal setahun. Cuma, memang di sini sistem kaderisasi tak hanya berhenti di tingkat awal saja(teorinya) :)
Hapus