Sekarang
saya ingin bercerita, dan ceritanya tidak serius kok. Cenderung lucu malahan.
Kisah
bermula ketika tadi pagi, ketika kuliah SKE (Sistem Konversi Energi) di mana dosen
pada tema kali ini—Motor Bakar (Internal Combustion Engine)—adalah Dr. Ir.
Arief Hariyanto. Kerennya beliau ini, setiap kuliah pasti diselingi
cerita-cerita yang menginspirasi dan menjauhkan kantuk dari mahasiswa cupu
macam saya ini. Di mana tidak ngantuknya cuma pas tidak harus mendengarkan
hahaha.
“Di bayangan semua orang, teknik
mesin itu ya otomotif. Anda akan kesulitan untuk menghindar dari “tuduhan”
masyarakat itu. Terlalu melelahkan. Anda tidak bisa menjelaskan tentang mechanical engineering yang sebenarnya,
bahwa ia merupakan ilmu tentang gerak dan gaya. Sudah, terima saja tuduhan itu.
Jadi jangan kaget kalau nanti mobil orang mogok, yang ditanya pertama itu Anda.
Meski ada orang yang hobi otomotif tapi kalu jurusan ekonomi ya tetep Anda yang
ditanya. Percaya sama saya.”
“Bahkan
dulu waktu saya kuliah, kalau pulang ke kampung itu nenek udah nyiapin
peralatan-peralatannya yang rusak. Mulai dari pompa sampai setrika, ya sudah,
susah jelasin ke nenek ya saya benerin aja. Oh ya, saya yakin Anda semua ini
pinter kalau disuruh menganalisa atau menghitung dek. Saya yakin itu. Tapi karena
kurangnya pengalaman di lapangan bahayanya nanti pas ditanya,’cylinder head-nya yang mana?’ bisa-bisa
tidak tahu. Percaya deh sama saya dek, nanti waktu kerja pertama itu kalian
bakal dikerjain habis-habisan sama teknisi yang ada di situ. Cara meminimalisir
bullying itu ya kalian bicara dengan
bahasa yang sering dipakai di lapangan. Beda lho dunia kerja dengan kelas. Di sini
anda bilang putaran mesin itu berapa derajat per sekon kita semua bisalah paham
meskipun aneh. Tapi kalau di depan teknisi yang lebih senior di tempat kerja
nanti kan mereka ya mikir,’Ini orang insinyur bener gak sih? Sebenernya dia
ngerti gak sih?’ Yang lumrah, di lapangan itu putaran mesin satuannya ya RPM. Itu
gampangnya, jadi besok saya bakal bawain part-part yang ada di motor bakar biar
kalian bisa lihat langsung,” kata beliau pada kuliah sebelumnya.
Saya pun jadi teringat tentang “perdebatan”
tidak penting saya dengan seorang design
engineer perusahaan pembuat Dump
Truck waktu presentasi di kelas Perancangan. Dia bilang itu truk pakai hidrolik
di steering axle dan driven axle-nya. Bukan hidroliknya yang
saya bingung, tapi tentang axle-nya. Di
kelas Elemen Mesin 1, pernah dibahas bahwa shaft
(poros) dan axle(gandar) itu
berbeda. Yang pertama meneruskan torsi dan yang kedua tidak. Gampangnya lihat bagian
ban belakang mobil(yang berpenggerak di belakang lho ya) aja deh, nah itu
adalah poros. Karena dia meneruskan putaran dari engine ke roda. Nah, kalo gandar itu contohnya di gerbong kereta
lokomotif. Karena yang ditarik gerbongnya, maka si gandar yang nyambung ke roda
hanya merasakan beban tekuk(bending) bukan
torsi atau puntiran. Dan akhirnya setelah ngobrol dengan dosen ketika kelas
selesai, saya baru sadar, ini hanya masalah istilah saja. Ternyata saya
memperdebatkan sesuatu yang tak penting dan semakin terlihatlah keculunan saya.
Mungkin inilah yang menjadikan mahasiswa teknik di ITB wajib untuk kerja
praktek, yaitu untuk membiasakan kami terhadap kondisi lapangan.
Kembali ke kuliah pagi tadi.
Sesuai janjinya, beliau membawa bagian dari suatu motor bakar. Sebelumnya,
izinkan saya berbagi sedikit ilmu. Motor bakar itu dibagi beberapa jenis. Berdasarkan
konstruksi penggeraknya ada yang disebut motor torak dan motor rotary. Sedangkan
dari jenis bahan bakarnya ada motor bensin, motor gas, dan motor diesel (solar
itu merk, bukan nama jenis bahan bakar). Lalu, berdasarkan langkahnya ada motor
2 langkah dan 4 langkah. Untuk lebih jelasnya silahkan googling. Kemudian, beliau
ambil keluar dari kardus itu piston, ECU, busi, ring piston, dan sebangsanya. Waktu
megang ECU(Electronic Control Unit), beliau berkata,”Benda ini lebih pinter dek
dari pemerintah”. Dengan wajah datar tanpa beban tentunya yang membuat kami
terbahak-bahak.
Ini nih yang namanya ECU |
“Orang kok bilang premium itu
bakal merusak mobil. Yang bener aja. Pabrik segedhe Toyo*a itu, masak iya mau
bikin produk yang bakal rusak kalau diisi premium? Buruk sekali risetnya kalau
begitu. Nah, benda ini(sambil ngangkat ECU) pinter. Dia tahu, kalau yang punya
mobil ini miskin, pakai premium, dia mundurin pembakarannya sehingga terasa
mobil tidak bertenaga. Kalau kaya, dia majuin sehingga mobil lebih powerfull. Jadi
tidak ada korelasinya itu premium dan pertamax dengan kerusakan engine. Dulu saya pernah ditanya,’Pak,
jika mesin diesel diisi minyak tanah apakah akan rusak?’ Ya saya jawab tidak,
eh kecewa sekali itu orang yang tanya. ‘Tapi kan Pak, nanti rawan penyelewengan
subsidi BBM’. Terus saya mikir, kalau bikin aturan mbok yang jelas. Kalau roti bakar saya isi combro salah nggak? Salah
sih, tapi apa ya terus saya bakal mati?” Dan kami pun tertawa lagi. Maksudnya adalah
beliau menyayangkan aturan yang dibuat dengan alasan yang tidak benar secara
teknis.
“Kalau mau melarang orang pakai
pemium, bikin aja aturan yang tegas. Kasih hukuman. Saya sendiri pernah
diundang dinas perhubungan untuk menganalisis kecelakaan di…(saya lupa beliau
bilang apa hehe). Nah, ramai itu di rapatnya. Lalu, orang dishub marah-marah ke
perusahaan ke pihak pembuat truk, katanya kok bikin kendaraan yang mampu
membawa muatan melebihi bobot yang seharusnya. Tapi orang Indonesia memang
konyol sih, truk 14 ton kok dimuatin 40 ton. Mumpung masih kuat digenjot
semaksimalnya. Tapi ya saya juga senyam-senyum aja sama perkataan orang dishub
itu sih hehe.” Saya juga ketawa, itu orang dishub yang bilang kenapa kendaraan
gak langsung rusak waktu dapat muatan lebih mungkin gak pernah dapat pelajaran
tentang apa itu safety factor kali yah
aha. Engineers rule the world sih
emang harusnya hahaha.
Lalu beliau lanjutkan kuliahnya.
Lebih mendalam ke bagian konstruksi dan sistem konversi energinya. Eh,
tiba-tiba beliau cerita begini.
“Anda semua di sini pasti sudah
tahu tentang gila belanjanya seorang wanita. Ibu-ibu ini mungkin juga iya (sambil
nunjuk 4 orang cewek—FYI, di angkatan saya ceweknya cuma 8—yang duduk di
depan). Kayak istri saya, awalnya ngajak jalan ke BIP. Katanya mau jalan-jalan
aja, gak ada rencana mau beli apa-apa. Tapi waktu sampai sana, lihat tulisan ‘sale’
di mana-mana mulai goyah imannya. Apalagi lihat tulisan Rp. 100.000,- dicoret
dan dibawahnya ditulis Rp. 99.000,- Ya terpaksa jadi beli. Mumpung diskon
katanya. Enggak dikasih duit ya malah main gesek kartu.” Sekali lagi kami
tertawa, dan yang cewek juga ikut tertawa kok hahaha.
“Tapi Anda-Anda yang bapak-bapak
ini justru lebih parah. Udah deh, kalau udah menyangkut hobi berapa pun duit
juga dibeli. Sekarang Anda mobil atau motor masih diberi orang tua, kurang
terasa. Nanti, kalau sudah kerja, duit ada, terus bisa beli mobil rasanya itu
istimewa sekali. Rasanya dunia ini hanya milik berdua: Anda dan mobil Anda. Tiap
pagi dielus. Bahkan nanti itu anak sama istri itu bisa kalah sama mobil.
MOBILKU SINGGASANAKU. Atau MOTORKU SINGGASANAKU. Kalau ada penjual spare part
bilang,’Ini Pak, businya ada lapisan platinanya. Kabelnya yang ini ada lapisan
emasnya. Ban-nya pakai yang tipis aja, biar rolling
resistance-nya kecil.’ Pokoknya gelap itu mata kalau udah beginian. Gak peduli
ban yang terlalu tipis bikin gak nyaman, yang penting gaya dan keren. Duit berapa
pun dikeluarin. Percaya sama saya, laki-laki kalau sudah hobi itu bakal bikin
istri geleng-geleng.”
Hahaha, setidaknya ada satu
pelajaran yang saya dapat hari ini:
“Wanita
itu hobinya gila belanja. Sedangkan pria, jika sudah menyangkut hobi dia
benar-benar jadi gila”
0 komentar:
Posting Komentar