Sabtu, 15 Februari 2014

Posted by Heri I. Wibowo | File under : ,


                Hari-hari ini sedang ramai dengan berita tentang sholat yang berhadiah Innova. Berikut salah satu contoh beritanya:               

BENGKULU, KOMPAS.com — Pendaftaran shalat zuhur berjamaah berhadiah umrah, haji, dan mobil Innova serta Avanza mulai dibuka pada Rabu (12/2/2014) besok. Untuk berpartisipasi, tersedia stan pendaftaran.

"Pendaftaran mulai besok dibuka stan pendaftaran. Panitia sudah dipersiapkan di Masjid At-Taqwa agar masyarakat yang ingin ikut serta dalam program ini dapat dilayani," kata Kepala Kantor Agama Kota Bengkulu Mukhlisuddin, Selasa (12/2/2014).

Ia melanjutkan, peserta yang mendaftar diwajibkan membawa kartu tanda penduduk (KTP) sebagai tanda pengenal, dan selanjutnya akan diberi pin dan dibuatkan database oleh panitia.

Bantah bias jender

Dalam kesempatan itu, Muhklisuddin juga menyebutkan tidak ada diskriminasi dan bias jender dalam program ini. Wanita yang sedang haid pun tetap dapat ikut program ini dengan catatan mereka harus tetap mendatangi masjid dengan membawa KTP untuk mengisi absen.

"Walau tidak shalat, mereka dapat membantu di masjid, seperti menjaga sandal atau kendaraan jamaah lain," paparnya.

Menurutnya, program tersebut terus mendatangkan banyak relawan untuk berpartisipasi memberikan hadiah. Awalnya,  untuk hadiah bonus disediakan mobil Innova milik pribadi Wali Kota Helmi Hasan. Kali ini, ada juga tambahan satu unit mobil Avanza yang merupakan sumbangan dari donatur.

Sebelumnya, Wali Kota Bengkulu Helmi Hasan menyediakan hadiah bagi jemaah yang rajin shalat dengan catatan shalat 40 kali berturut-turut tidak ketinggalan takbiratul ula akan mendapatkan hadiah umroh, 52 kali mendapatkan hadiah haji, dan yang paling rajin di antara semuanya berhak mendapatkan mobil Innova V-Series dan Avanza. Jika shalatnya "bolong" sekali saja, perhitungan dimulai lagi dari awal.


Sumber:
http://regional.kompas.com/read/2014/02/11/2137590/Rabu.Pendaftaran.Shalat.Berhadiah.Innova.Dibuka


                Lalu mulailah orang-orang menghujat. Bahkan ada salah satu ‘meme’ yang—seperti memang sebagaimana seharusnya ‘meme’-menyindirnya dengan sarkasme wajah Yau Ming. Nah, di sinilah saya sebagai manusia biasa merasa tak nyaman dengan semua kritikan tanpa solusi itu. Apalagi seperti salah satu berita lainnya(baca ini:
http://www.voa-islam.com/read/indonesiana/2014/02/12/29045/heboh-di-bengkulu-shalat-dzuhur-berjamaah-berhadiah-innova-haji-umroh/#sthash.vDX0qYIt.dpbshttp://www.voa-islam.com/read/indonesiana/2014/02/12/29045/heboh-di-bengkulu-shalat-dzuhur-berjamaah-berhadiah-innova-haji-umroh/#sthash.vDX0qYIt.dpbs  MUI mengritiknya dengan (salah satu) alasan bahwa ini bias gender. Hah, main-main gender? Dan ternyata ini pun telah terbantahkan pada berita yang pertama.


                Sungguh, saya SANGAT tak setuju jika niat sholat HANYA KARENA INNOVA atau hal-hal duniawi lainnya. Namun marilah kita bersikap adil. Dan saya ingatkan lagi, semua yang saya tulis ini hanya pendapat saya sebagai seorang penuntut ilmu.      Sekarang, mari kita tempatkan diri kita pada 2 tempat. Pertama sebagai penonton, kedua sebagai pelaku.

               
Sebagai Penonton

                Yang termasuk sebagai penonton tentu saja yang membuat meme itu(begitu persangkaan saya) dan kita-kita yang suka berkomentar ini. Bolehlah kita tak suka atau bahkan benci terhadap ketidak-ikhlasan dalam beramal. Namun, yang paling utama kita benci adalah ketidak-ikhlasan kita, BUKAN ORANG LAIN. Dalam kaidah syar’I, kita sebagai manusia hanya bisa menghukumi seseorang dari tindakan zhahir-nya saja. Urusan hati, niat, dan keikhlasan itu adalah ranah pribadi yang hanya diketahui antara Allah dan si pelaku.         

(OOT dikit: inilah kesesatan orang-orang liberal yang selalu berkata bahwa yang bisa menilai amal baik atau buruk hanya Allah. Hal ini memang benar—sebagian. Bahwa amal bisa diterima itu ada dua syaratnya: Sesuai tuntunan dan Ikhlas. Yang pertama Allah telah Menurunkan keterangan tentangnya baik dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah. Sedang yang kedua full hak prerogative Allah. Sehingga ketika Ahmadiyah dihukumi sesat dan Syi’ah dihukumi kafir, maka itu sudah sesuai dengan syar’i.)

                Sehingga apa urusan kita tentang mempertanyakan keikhlasan orang lain dalam shalatnya? Bahkan seandainya pun mereka tak ikhlas, menurut akal saya, ini tak ada bedanya dengan kita yang saat masih kecil diiming-imingi ibu kita cokelat jika puasa bisa seharian atau dibelikan sepeda jika sebulan full puasanya tak bolong (saya lupa-lupa ingat, sepertinya dulu saya minta dibelikan pedang-pedangan plastic yang patah akibat buat main perang-perangan hehe). Bukankah Rasul mencontohkan untuk bicara dengan bahasa yang dimengerti seseorang. Ngomong surga sama anak-anak sulit, makanya mereka dijanjikan cokelat yang lebih nyata. Begitu pula(dalam persangkaan saya) manusia jaman sekarang yang sudah terjangkit virus bernama materialism, sangat sulit untuk membayangkan apa itu surga dan neraka. Maka sebagai iming-iming, diberikanlah mobil Kijang Innova.

                Justru yang berbahaya jika orang-orang tak mau sholat. Dalam madzhab Hambali, orang ini dihukumi kafir lalu dibunuh. Dan dalam madzhab Syafi’I, orang ini ditanya. Jika karena malas maka tidak dihukumi kafir, dan terus diperingatkan. Jika sampai batas yang ditentukan syari’at tetap menolak sholat, dia dibunuh namun masih dihukumi sebagai muslim. Sedangkan jika dia tak sholat karena menolaknya sebagai syari’at, maka orang ini juga dihukum mati dan dianggap murtad. Tak boleh disholatkan dan dikubur di pemakaman umat Islam.

                Nah, minimal—sekali lagi MINIMAL—innova ini akan mengurangi rasa malu kita di hadapan Allah, bahkan dosa kita, karena tak bisa memberikan tindakan bagi orang yang tidak sholat.  Dan sekali lagi pula, urusan hati biarlah Allah Yang Membuat Perhitungan dengan hamba-Nya. Inilah menurut saya tindakan yang sebaiknya kita ambil.

Sebagai Pelaku

                Sebagai pelaku sendiri saya bagi (minimal) dua pihak. Yang pertama sebagai pemberi hadiah dan yang kedua sebagai penerima hadiah. Dan mari kita bahas masing-masing.

                Sebagai pemberi, saya mengharapkan bapak-bapak itu melakukannya dengan ikhlas. Bahwa apa yang dilakukannya semata dengan niat agar orang-orang tertarik masuk masjid lalu sholat. Sekedar promosi,”Sholat itu enak lhoo, coba deh sini. Siapa tau ente entar dapet mobil euy :)” Tak ada pamrih untuk dikenal orang apalagi riya’. Ini memang urusan hati, dan sebenarnya sebagaimana hukum di atas bukanlah dalam ranah penghakiman manusia. Sekedar harapan saya saja.

                Kemudian, inilah yang paling utama. Bapak-bapak itu mesti sadar, bahwa ini hanyalah promosi terbatas. Bukan akhir melainkan awal dari panjangnya jalan da’wah. Sebagaimana promosi, tujuan akhirnya agar konsumen membeli dan jadi pelanggan bukan? Dan begitulah, tujuan akhir pemberi hadiah ini, yaitu agar konsumen membeli surga dengan dirinya dan menjadi pelanggan masjid. Menjadikan masjid sebagai “candu”, dan mereka akan ketagihan padanya. Sehingga saya berharap mereka tak akan terpikir lagi tentang Innova atau yang lainnya. Bahkan akan menolak seandainya di hari ke-40 ternyata dia yang mendapatkan. Full hanya untuk Allah sebagaimana dalam do’a iftitah.

                Caranya tentu(seharusnya) telah dipikirkan oleh bapak-bapak pemberi hadiah dan pembuat program ini. Misalnya dengan mengadakan ta’lim. Biarlah para pengunjung mendatangi dengan terpaksa dan atas iming-iming hadiah terlebih dahulu. Seperti anak kecil yang tak mau makan padahal itu sangat dibutuhkannya sehingga orang tuanya harus memaksa dengan iming-iming jalan-jalan ke pasar malam. Ta’lim ini haruslah kontinyu demi membuat orang tua tertarik pada Islam yang kaffah sehingga mendorong anak-anaknya untuk menjadi bahan bakar perjuangan umat.

“Di mana kemauan mereka akan menggerakkan umat hingga tertarbiyah, helaan napas mereka menyejukkan perjuangan yang terarah, keringat mereka akan menyemarakkan jalannya da’wah, darah mereka akan membuat warna Islam menjadi cerah, dan teriakan takbir mereka akan menciutkan nyali musuh Allah di berbagai ranah”


                Dan kini sudut pandang jika kita sebagai pengunjung yang hanya ingin mendapatkan hadiah. Saya hanya punya satu kalimat,”Semangat Pak sholat berjama’ahnya!” :)            

                Kemudian saya hanya bisa berdoa dan berharap bahwa peserta sholat berhadiah akan merasakan manisnya iman dan sejuknya  keikhlasan.           
               
NB: ini ada sebuah jawaban yang menurut saya cukup bijak dari Ustadz Fadhli atas pertanyaan mengenai sholat berhadiah di atas:

“Di satu sisi, sebagai penyemangat mungkin baik, namun yg jadi permasalahan adalah pemahaman umat, jangan sampai berhenti sampai di situ, khawatirnya ibadahnya ngga diterima karena sekedar pengen dunia. Padahal beribadah utk selain Allah adalah kemusyrikan.

Jadi harusnya ada ta'lim juga di sana dan ditarbiyah umatnya.

Wallahu a'lam...”

0 komentar:

Posting Komentar