Rabu, 19 Maret 2014

Posted by Heri I. Wibowo | File under : , , , , ,




Wahai si ahli ibadah dua tanah suci Makah dan Madinah

Andai engkau melihat kami

Niscaya engaku menyadari

Bahwa ibadahmu hanya main-main tiada arti

Di pipimu butir tangis air mata membasahi

Sementara leher kami dilumuri dengan darah suci

Kudamu letih dalam kebatilan


Sedang kuda kami kelelahan di hari pertempuran

Aroma wangi menyelimutimu

Adapun wewangian kami

Tombak-tombak dan debu-debu perang yang lebih harum

Telah datang kepada kami ucapan Nabi Mulia

Yang selalu benar tiada pernah dusta

Bahwa letupan debu dari telapak kuda fisabilillah

Mengalahkan api neraka yang menyala-nyala

Inilah kitabullah yang pasti benarnya

Dihadapan kita ia bicara

Bahwa sang syahid itu tidaklah mati



Ibadah, Belajar, dan Berjihad
sumber: http://shoutussalam.com/2014/03/di-pinggiran-timur-aleppo-daulah-islam-iraq-dan-syam-menebarkan-kemakmuran-dan-rasa-aman/



                Dikisahkan, ketika perintah untuk berperang melawan Romawi dikumandangkan, Ibnu Mubarak, seorang ahli hadits yang di kenal sangat zuhud yang tengah mengajar murid-muridnya di Masjidil Haram segera keluar meninggalkan majelis tersebut untuk mengambil hewan tunggangannya beserta pedang dan baju besinya. Kemudian beliau langsung bertolak ke medan perang. Penduduk kota Mekkah pun bertanya kepadanya, “Tetaplah engkau disini wahai Ibnu Mubarak, bukankah banyak orang selainmu yang telah ikut berperang?”
Namun ia menjawab dengan membacakan sebuah syair yang berbunyi :

Kebencian hidup dan takut kepada Allah telah mengeluarkanku

Untuk menjual diriku dengan yang tidak terukur nilainya

Aku telah menimbang yang abadi dengan fana

Demi Allah ternyata keduanya tidak sama

Tidak sampai di situ, ditengah-tengah perang Abdullah bin Al-Mubarak menerima sepucuk surat dari Imam Fadhl Ibn Iyadh rekan beliau yang juga mengajar di Masjidil Haram. Isinya sebagai berikut, “Wahai Ibnu Mubarak, mengapa engkau keluar dari Masjidil Haram dan meninggalkan mengajarkan ilmu? Maka beliau menulis surat balasan dengan syair yang fenomenal dan bersejarah sebagaimana tertulis pada awal tulisan ini.

Demikianlah keutamaan seorang yang berjihad. Bahkan, seorang ahli ilmu dan ahli ibadah pun tidak dapat menyamainya.

Abu Hurairah meriwayatkan bahwa seorang sahabat Rasulullah melewati sebuah perkampungan, yang didalamnya terdapat sumber mata air yang memancar. Mata air itu membuatnya takjub. Ia berkata, “Seandainya aku menetap dan menyendiri disni.” “Tidak (aku tidak akan lakukan ini) hingga aku bertanya pada Rasulullah.” Lanjutnya, lalu ia bertanya tentang hal itu! Jawab Rasulullah,

Sungguh seseorang yang tetap berada di jalan Allah (jihad) jauh lebih baik dibanding amal ibadah yang ia lakukan pada keluarganya selama 60 tahun (dalam riwayat lain dikatakan 70 tahun) Apakah engkau tidak ingin diampuni oleh Allah dan masuk ke dalam surga? Berjhadlah di jalan Allah. Orang yang berperang di jalan Allah pasti masuk surga

(HR Ahmad dan Tirmidzi)

                Kini bagaimanakah diri kita(atau saya saja)? Disebut ahli ibadah saja sangat belum pantas, sedangkan tentang ilmu kini sedang menuntutnya dengan tenaga yang seolah hanyalah sisa-sisa dan terbatas. Dan berjihad pun belum bisa mendapatkan jalannya untuk diretas. Kemudian, bagaimanakah diri kita?

0 komentar:

Posting Komentar