Jumat, 07 Maret 2014

Posted by Heri I. Wibowo | File under : ,


                Pernah nonton film ‘Wreck-It Ralph’ ? Kalau saya, pernah (terus gue harus bilang wiw gitu?). Haha, sabar pak. Biar saya ceritakan ulang sedikit cerita yang ada di sana. Atau lebih tepatnya, saya tidak ingin bercerita tentang si Ralph, melainkan si Felix (bukan nama salah satu ustadz lho).

Felix dengan palunya. sumber: http://carboncostume.com/wordpress/wp-content/uploads/2013/02/Fix-It-Felix-Jr-pic-jpeg.jpg



                 Si Felix ini dalam game merupakan kebalikan dari tugas Ralph. Ralph selalu merusak, sedangkan Felix—dengan palunya—selalu bertugas memperbaiki. Yang saya soroti bukan tentang pesan moralnya atau apa, namun mengenai palu si Felix itu sendiri. Yaitu pada salah satu adegan, si Felix ini berupaya untuk lolos dari penjara. Melihat palunya (mungkin dia terinspirasi si Thor kali ya), dipukulkanlah itu palu ke jeruji. Eh, alih-alih jebol ternyata jerujinya malah tambah besar. Memang deh, seorang yang bisanya cuma memperbaiki ya demikianlah kejadiannya. Dan lebih khusus lagi, seseorang yang hanya memiliki palu akan memperlakukan setiap hal seperti paku. Eh hey! Terdengar familiar dan puitis bukan? Jadi ingat pepatah ini?
Seseorang yang hanya memiliki palu
akan memperlakukan setiap hal seperti paku.

                Ya, memang begitulah hakikat manusia. Mereka memiliki seperangkat bakat atau kemampuan yang entah itu “pemberian” semata atau hasil usaha yang nantinya akan berguna sebagai “alat” dalam menyelesaikan setiap persoalan hidupnya. Sebagai contoh, seseorang yang hebat dalam ilmu sains fisika tentu akan menyelesaikan sebagian besar hidupnya secara saintifik. Sebagaiman seorang ahli sastra akan menyelesaikan masalah-masalah hidunya seindah sajak(semoga bener hehe).

                Nah, kini mari kita bicarakan sesuatu. Baguskah seseorang yang ahli dengan palu—saja? Tentu! Mereka telah menjadi spesialis bahkan seringkali mengaplikasikan ilmunya pada setip sendi kehidupannya. Paradigma mereka demikian kokohnya. Namun alangkah baiknya jika setelah mapan kemampuan memalunya, ia mulai belajar sedikit-sedikit tentang memanah, menebas dengan pedang, atau mungkin sekedar menulis dengan pena.

                Pelatih saya pernah berkata,”Kita ini belajar silat bukan buat nantangin tiap orang yang ada di jalan. Tapi, kalau ada seseorang yang mengganggu jalan kita dan kita gak suka serta setelah negosiasi gagal setidaknya kita masih punya satu opsi: berantem.”

                Mungkin biar saya perjelas maksudnya. Katakanlah di jalan, ada dua anak alay yang ikutan geng motor nyegat kita—na’udzubillah, hanya contoh saja. Dia dengan enaknya minta dompet kita, padahal kenal juga kagak. “Siapa elu minta-minta duit, temen bukan adik juga bukan”. Oleh karenanya mulai dibuka kotak “peralatannya”.

                Kotak pertama yang kita buka tentu kotak “agama”. Kita mulai membongkar ingatan tentang dalil menolak memberikan harta pada dua kampret ini. Ternyata, ada kewajiban untuk mempertahankan harta bahkan dijamin mati syahid jika mati dalam pelaksanaannya. Kemudian ambil alat kedua, kotak logika. Taksir untung rugi jika kita menolaknya. Ini akan terbantu jika kita memiliki alat yang bernama kemampuan membela diri. Dengannya kalkulasi dapat dilakukan lebih matang. Kalau perlu dan punya, ambil kotak pengetahuan anatomi tubuh. Jika tahu, kita dapat menyerang dengan dampak minimal menyebabkan kecacatan. Dengan alat-alat yang ada, sekarang kita mampu melakukan sesuatu yang lebih terukur dibandingkan orang lain yang hanya memiliki JENIS peralatan lebih sedikit.

                Tetapi ingat, jangan bermain-main dengan alat yang kita miliki. Karena seperti bahaya yang akan dialami jempol jika kita main-main dengan palu padahal belum ahli tentu aka nada resiko yang sama pada “alat” yang kita punya. Maka, kalau belum ahli beladiri ya usahakan berantem jadi opsi terkhir sebagaimana jika cupu dalam agama lebih aman untuk bertanya kepada yang lebih tahu.

                Dan inilah akhir tulisan saya ini. Semoga ada yang bisa mengerti omongan ngacak saya malam ini hehehehe.

0 komentar:

Posting Komentar