Alhamdulillah,
hari ini sudah di rumah. Namun bukan ini yang ingin saya bagi melainkan hasil
obrolan saya dua hari yang lalu, Sabtu 24 Mei 2014.
Saat
itu merupakan hari di mana otak saya terasa menurun performanya. Logika terasa
berkabut dengan hal-hal yang selama ini saya anggap terlalu sentimentil. Kalau sudah
begini biasanya hal yang dilakukan adalah curhat sama teman. Tetapi jika saya
memiliki cara yang lebih murah: lelahkan badan hingga tidak membuat panjang angan-angan.
Jadilah sore itu saya ke Saraga
(Sarana Olahraga Ganesha), beli tiket renang 3 ribu rupiah dan parkir seribu
rupiah. Byuuuur! Segar! Sejam bolak-balik saya pikir cukup untuk sedikit
melemaskan otot dan otak sehingga saya berencana ke sekre PD ITB buat meminjam sand sack sebagai pelampiasan. Eh, tak
disangka ada orang pakai baju putih yang basah kuyup keringat lagi duduk
membaca buku. Ya, itulah dia pelatih saya sedang refreshing dengan belajar teknik pedang.
Kebetulan nih, bisa pinjam
goloknya buat mainan hehe. Dan jadilah waktu itu saya privat teknik pedang,
teknik harimau, dan serang hindar teknik harimau pula. Tepar? Pasti. Senang?
Jelas. Puas? Ya! Galau? Gak jadi :P
“Yaudah Her, kita fight yok!” kata beliau.
“Wah, ampun Kang! Besok saya
pulang nih haha,” kata saya. Serem juga fight
sama ini orang meski cuma latihan dengan tangan yang sudah gemetar akibat
main golok 1,3 kg dan nafas megap-megap akibat latihan teknik harimau.
Kelar latihan dan sholat
maghrib, ternyata hujan turun dengan lebat pun. Dan jadilah kami mengobrol.
Sebuah obrolan yang syarat wawasan. Jauh dari obrolan galau nan tidak mutu
karena beliau sudah bukan jomblo lagi hahaha. Beliau termasuk laki-laki yang
menikah muda namun tidak pernah koar-koar atau share hal begituan di jejaring sosialnya.
Oke, apa saja yang kami
obrolkan?
Perang Yang Sesungguhnya
Obrolan
sebenarnya melompat tak beraturan kesana-kemari. Dari topic A ke C lanjut ke Z
terus ke F dan kadang balik lagi ke C. Begitu seterusnya. Namun, untuk
memudahkan pembaca demikian saya rangkum berdasarkan topiknya.
Kami membahas mengenai
perkembangan politik dunia. Dan hal ini bagi saya tentu bersinggungan dengan
eskalasi militer yang terjadi, khususnya ASEAN dengan konflik Laut China
Selatannya. Mulai dari perlombaan senjata, peluang Indonesia, Armada Ke-7
Amerika, hingga Kerja Praktek saya di PT Pindad.
Namun pada suatu titik,
percakapan berbelok dengan tajam…
“Ada perang lain yang sebenarnya
lebih dekat dengan kita. Sebuah perang yang memang harus dan lebih nyata untuk
kita menangkan: sistem riba.”
Sistem Riba
Sistem
riba yang dimaksud di sini tidak hanya tentang bunga melainkan lebih luas dari
itu. Bahkan uang kertas sendiri sebenarnya adalah manifestasi nyata dari sistem
riba yang akan menghasilkan penyakit-penyakit turunan seperti inflasi dan utang
berantai.
Hal pertama yang beliau kritisi
adalah pemeo bahwa seorang pengusaha itu harus punya hutang. Bahwa hutang
(bagaikan) merupakan tanda majunya suatu usaha. Hingga suatu prestasi jika bank
mampu menyalurkan kredit sebanyak mungkin. Padahal jika menengok ajaran agama
Islam, bahkan terdapat suatu doa untuk berlindung pada hutang menurut suatu
hadits. Hal ini menunjukkan bahwa hutang—yang bahkan tidak memakai riba—adalah
suatu bahaya. Rasul demikian takut akan hutang. Apalagi jika utang itu berbunga
dan manusia berlomba memperbanyak utangnya. Bukankah ada yang aneh?
Menyambung tentang bisnis,
beliau berkata bahwa pekerjaan yang paling berkah itu ada pada bisnis. Karena
dengan berbisnis akan bisa membantu orang lain dengan menciptakan lapangan
kerja. Selain itu, bisnis nantinya dapat diwariskan kepada anak cucu (yang ini
kata salah satu Ustadz saya). Dan prinsip dari bisnis itu adalah saling untung,
bukan satu untung satu rugi.
Artinya, ketika transaksi
terjadi—menurut Islam—kedua belah pihak harus ridha dan saling merasa
beruntung. Pembeli mendapat barang/jasa yang diinginkan, penjual mendapat
margin atas jerih payahnya. Dan syarat perdagangan dalam Islam setidaknya
adalah adanya penjual, pembeli, akad, dan barang/jasa yang diperjualbelikan.
Hal inilah yang berbeda dengan bisnis yang berlandaskan riba.
“Contohnya apa Kang?”
Asuransi. Ya, salah satu
contohnya menurut beliau adalah asuransi. Karena tidak mungkin kedua belah
pihak merasa diuntungkan. Artinya, jika saya kecelakaan maka saya yang
diuntungkan karena saya membayar biaya perawatan lebih ringan dari seharusnya
sedangkan pihak asuransi tentu rugi karena akan lebih besar dari premi.
Sedangkan jika tidak terjadi apa-apa sebenarnya saya rugi karena saya membayar
premi for nothing. Hal ini sangat
mirip dengan judi. Dan sebenarnya jasa yang dibisniskan juga kurang jelas.
Selain itu beliau juga
mempertanyakan tentang pajak. Pajak merupakan bukti di mana negara tidak mampu
mencukupi kebutuhan rakyatnya akibat privatisasi barang tambang. Padahal dalam
Islam pajak tidak dikenal kecuali pada kondisi darurat, perang misalnya. Nah
sekarang, pejabat yang bisa menarik pajak sebanyak mungkin dianggap
berprestasi. Kalau demikian apa bedanya dengan preman pasar yang akan menjamin
“keamanan” jika membayar retribusi. Bahkan sekarang sebagian masyarakat harus
membayar dua kali, demi “keamanan” dan keamanan. Dan ingat, zakat berbeda
dengan pajak karena sekarang umat Islam pun harus membayar keduanya bukan?
Yang lebih aneh adalah jika gaji
pegawai pemerintah dinaikkan dengan menarik uang pajak lebih tinggi. Kalian
tentu paham di mana anehnya hehe.
Merubah Ciptaan
Masih menurut beliau, ada hal
yang harus diwaspadai yaitu tentang rekayasa genetika. Beliau mengambil dalil
berikut:
dan pasti akan kusesatkan mereka, dan akan
kubangkitkan angan-angan kosong pada mereka dan akan kusuruh mereka memotong
telinga-telinga binatang ternak, (lalu mereka benar-benar memotongnya),** dan
akan aku suruh mereka mengubah ciptaan Allah, (lalu mereka benar-benar
mengubahnya).” **Barangsiapa menjadikan setan sebagai pelindung selain Allah,
maka sungguh, dia menderita kerugian yang nyata.
(QS. An-Nisa: 119)
------------------------------------------------------------------
**Menurut
kepercayaan Arab Jahiliah, hewan-hewan yang akan dipersembahkan kepada
patung-patung berhala, harus dipotong telinganya terlebih dahulu, dan binatang
yang seperti ini tidak boleh dikendarai dan tidak boleh dipergunakan lagi,
serta harus dilepas lagi
------------------------------------------------------------------
**Mengubah
ciptaan Allah dapat berarti mengubah yang Diciptakan Allah seperti mengebiri
binatang. Ada yang mengartikannya dengan mengubah agama Allah
Logika beliau,
ayam pedaging itu pertumbuhannya sangat tidak wajar. Setiap hari hanya disuruh
makan saja. Tentu ini membuat tubuhnya rentan terhadap penyakit sehingga harus
disuntik dengan banyak antibiotic. Jika dimakan ada dua kemungkinan buruknya:
Sel manusia ikut bermutasi sehingga tercipta kanker dan jadi timbunan
obat-obatan.
Dan buruknya lagi, pada tumbuhan
maka perubahan genetika tidak hanya terjadi pada tumbuhan yang dihasilkan dari
laboratorium karena penyerbukan juga akan merubah anak dari tumbuhan yang
sebenarnya natural. Masalahnya—kata beliau—dirancang keturunan ketiga biasanya
mandul sehingga petani terpaksa beli bibit ke pihak pembuat karena sudah
dipatenkan. Kasian kan petani yang awalnya tak berniat beli bibit unggul
tersebut?
“Tapi kan Kang, tujuannya adalah
untuk menutupi kebutuhan pangan yang terus meningkat? Jadi perlu direkayasa
ayam yang cepet gendut, tanaman yang tahan hama, tanaman yang banyak buahnya?”
“Saya balik bertanya, sebenarnya
makanan yang tidak cukup atau distribusinya yang tidak adil?” jawab beliau
dengan pertanyaan. Dan entah kenapa, saya cenderung setuju bahwa permasalahan
pangan sekarang adalah ketidakadilan distribusi. Silahkan lihat Afrika.
Namun ada sudut pandang lain.
Karena malamnya saya ada halaqah, maka hal ini sempat saya tanyakan pada
Ustadz. Beliau menjawab:
“Jika itu demi kemashlahatan
manusia dengan timbangan kejujuran dan keadilan secara komprehensif para ahli,
maka hal tersebut tidak apa-apa dengan dalil bahwa segala hal yang ada di dunia
ini untuk kemashlahatan manusia. Dan selama hal itu bukan tindakan dzalim atau
pun merusak ciptaan Allah.”
Itulah
dua hal terbesar yang kami bicarakan. Satu-satunya tulisan yang sempat saya
buat di rumah nih, di tengah-tengah kesibukan mengurus SKCK karena banyaknya
hari libur dalam seminggu itu haha.
0 komentar:
Posting Komentar