Tak terasa blog ini telah
mencapai hampir 3 tahun dalam keberjalanannya. Tak terasa pula telah ada 25 follower, dengan 80an hits setiap hari. Lumayan,
975 follower lagi dan saya mulai bisa
memasang iklan. Ya sudahlah, itu tujuan komersilnya.
Nah, untuk sampai ke sana, hari
ini saya membagikan sesuatu yang mungkin agak cukup berisi sedikit. Apa yang
ingin saya bagi?
Dalam hidup ini, masalah
terbesar yang dialami manusia biasanya bermula dari komunikasi. Katanya sih
begitu. Mulai urusan saling diam antara kawan hingga sebesar Perang Troya
seringkali diawali oleh kesalahpahaman. Bahkan seringkali perang dalam Islam
itu adanya kesalahpahaman. Para penyembah berhala salah paham tentang keinginan
Tuhan Ingin disembah, Islam datang ingin memberikan informasi bagaimana Tuhan
Ingin disembah. Tapi sebelum para da’i itu memperoleh kesempatan, mereka
berpikir pasukan Islam hanya ingin merebut harta benda saja. Mereka mengira
sedang berbuat kebaikan dengan memerangi Islam, padahal mereka sedang melakukan
kesesatan yang nyata.
Jika urusan “semua orang ingin
dimengerti” ini begitu besar, apa yang membuatnya demikian sulit terjadi? Di sini,
berdasarkan pengalaman saya pribadi maupun hasil ngobrol dengan orang-orang
bijak (dari praktisi beladiri, ustadz, hingga pengantin baru), saya menyimpulkan urusan ini dipengaruhi oleh dua pihak: Yang Ingin Dimengerti dan Yang Ingin Mengerti. Dan harap dicatat,
saya menuliskan hal ini bukan berarti saya telah khatam dalam mengamalkan. Justru
karena enggak bisa-bisa itulah hal ini saya tulis, agar tidak lupa. Minimal tahu
teorinya dulu baru praktek.
1. Yang Ingin Dimengerti
Siapa
sih yang tidak mau dimengerti di dunia ini? Siapa sih yang tidak ingin
dipahami? Namun, apakah semua orang memang layak dimengerti? Yuk, mari kita
evaluasi diri.
Betapa
banyak orang di dunia ini—saya, anda, dan mereka— yang menyatakan bahwa dunia
tidak mengerti diri kita. Kita merasa bahwa diri kita begitu special, begitu
berbeda. Sampai di sini tak ada yang salah, toh Tuhan memang Menciptakan kita
dengan bentuk dan karakter yang unik. Karena Tuhan memang Maha Kreatif. Sayangnya
setan membubuhi hati kita dengan bumbu yang rasanya gurih tapi sangat beracun:
rasa angkuh.
Ya,
betapa sering kita berkata hal-hal semacam ini,”Aku itu ya begini, karakterku
memang begini. Ceplas-ceplos, dan anti-kompromi untuk hal yang aku yakini
kebenarannya.” Atau begini,”Yah beginilah saya. Saya berasal dari daerah x yang
karakternya memang begini, tolong dimaklumi ya.” Man, saya pikir itu adalah
salah satu pikiran paling egois yang pernah saya dengar. Angkuh sekali bahwa
semua orang harus mengalah dan memahami diri kita—tanpa kita berusaha memahami
orang lain. Di mana peribahasa “Di mana bumi dipijak, di situ langit dijunjung?”
Anda
ceplas-ceplos seenak perut di tempat di mana orang-orangnya sangat menjunjung
tinggi kesantunan, maka bersiaplah akan konsekuensinya. Kalau di jaman samurai
dulu bisa ditebas leher Anda hanya karena dianggap tidak sopan (ini contoh
ekstrimnya).
Yang
kedua, masih banyak orang—terlepas dari gendernya—yang mengira bahwa semua
orang itu adalah anggota pasukan Sandhi Yudha. Padahal kan mereka tahu, jumlah
anggota Kopassus itu cuma 5000-an orang dan yang jadi anggota Sandhi Yudha pun
hanya Grup 3 (Anda tidak tahu? Baik, sekarang saya kasih tahu kan?). Misalnya,
mereka itu tidak suka akan sikap seseorang yang ramai di kamar sebelahnya. Lalu
mulai bertingkah aneh seperti mondar-mandir di depan pintu kamar itu, menutup
pintu kamar dengan kencang, dan seterusnya. Kalau dipikir kan ada cara yang
lebih gampang. Anda ketuk pintu kamarnya lalu bilang baik-baik,”Mas, maaf,
besok pagi jam 7 saya bimbingan. Dan ini sudah jam 23.30 juga. Jadi tolong main
DotA-nya disudahi dulu, biar nggak ramai. Maaf, saya susah tidur jika ada
teriakan ‘Anjing! Faaak! Kampret!’ dari kamar sebelah. Apa kita mencapai saling
pengertian di sini?”
(Ini pengalaman
pribadi, dan alhamduLillah mereka mengerti kok. Mereka minta maaf, dan 4 orang
itu pada pulang ke kosan masing-masing. Bahkan besoknya saya dapat setengah
kotak choco cheese cake. Tapi memang sih, kepercayaan diri itu mutlak dimiliki.
Kasarannya, kalau 5 orang itu tidak terima, saya siap untuk kemungkinan
terburuk. Yaah, karena memang bahasa saya tidak sehalus dan sedetail itu sih
pas kenyataannya hehe. Maklum, capek
abis latihan :v )
Entahlah, jujur saja saya sangat
sebal dengan orang yang main kode-kodean. Apalagi di jejaring sosial, yuck! Kalau gak suka, ya bilang saja enggak
suka. Kalau suka, ya bilang saja suka (eh, jangan dipersempit hanya pada urusan
merah jambu ya!). Namun, kombinasikan dengan hal sebelumnya. Usahakan dengan
bahasa yang sesuai dengan kebudayaan dan karakter yang dipahami oleh lawan
bicara. Rasul pun mengajarkan untuk berbicara dengan bahasa yang dipahami suatu
kaum. “Mudahkanlah, jangan persulit. Ringankanlah, jangan diperberat”, begitu
kata beliau. Kalau memang mentok, ya bersiap untuk hal yang terburuk :p
Nah, kesimpulannya adalah semua
orang ingin dimengerti. Tapi tidak semua orang berusaha untuk dimengerti. Sehingga,
agar saling pengertian itu bisa lebih mudah terjadi lakukanlah dua hal di atas:
a.
Di mana bumi dipijak, di situ langit dijunjung.
b.
Ungkapkan apa yang kau inginkan dengan bahasa
yang singkat, jelas, padat, dan santun. Jangan muter-muter seperti politikus yang
banyak bacot tapi gak ada poinnya itu. Menjijikkan!
2. Yang Ingin Mengerti
Tapi
inilah dunia, tak ada yang sempurna. Bahkan planning
yang (kelihatannya) sempurna pun seringkali harus diputar-putar. Kalau bahasa
waktu diklatnya,”Lapangan itu dinamis, Mas!”
Ya,
lapangan itu dinamis. Meskipun kita telah berusaha menjadi pribadi yang layak
dimengerti (ceileeeh, bahasanya hahaha), pribadi yang berusaha untuk lebih
mudah dingerti, jangan berharap semua orang akan menjadi seperti kita. Wong kadang-kadang kalau ego kita sedang
memuncak dan hati sedang empet, kita bisa menjadi pribadi yang menyebalkan itu
kok.
Lalu,
kalau sudah begini apakah proses “saling mengerti” akan menjadi mustahil? Ya seharusnya
tidak. Kita, yang mempercayai bahwa diri kita ini baik dan special, harusnya
men-syukuri nikmat Allah itu dengan menjadi pribadi yang “mau” berusaha lebih
untuk memahami orang-orang yang tidak seberuntung kita. Orang-orang yang masih
suka egois dan suka main kode-kodean. Mengapa? Ya setidaknya, proses yang
awalnya dua arah ini bisa tetap terjadi. Meskipun itu dengan effort yang lebih berat. Perhatikan ilustrasi
berikut.
1 |
2 |
3 |
4 |
5 |
6 |
Sebenarnya,
tak ada masalah jika Anda semua tak ingin saling pengertian. Yang penting Anda
bertanggung jawab. Katakanlah ada orang yang sebal dengan Anda dan ingin
menebas kepala Anda, ya Anda jangan marah. Hadapi, dan terima dengan lapang
dada. Itu konsekuensi atau akibat wajar dari apa yang Anda lakukan. (itu ekstrimnya)
Demikianlah kawan, semoga
tulisan yang barusan itu bisa dipahami. Jadi, mari kita buat dunia ini lebih
indah dengan “saling pengertian” :)
menurut saya tindakan ingin mengerti dan dimengerti dipengaruhi oleh karakter seseorang juga seperti introvert, eksovert, dsb. saya sendiri belum tahu psikologi hehe
BalasHapuskadang orang yang lebih suka mengalah lebih bertindak untuk ingin mengerti.
cmiiw
ya kalau saya pikir, seperti tertulis di atas itu. Tempatkan diri di posisi yang sesuai aja sih intinya :9
HapusNumpang ya min ^^
BalasHapusBonus New Member 50%!!! Bukan server IDN maupun PokerV! Cobalah bermain di server baru 1G Poker hanya di kenaripoker.com! Proses deposit dan withdraw tidak basa basi langsung tinggal proses dan main saja bosku, dicoba keberuntungan kamu sekarang juga hanya di kenaripoker.com!
WHATSAPP : +855966139323
BBM : KENARI00
LIVE CHAT : KENARIPOKER.COM
ALTERNATIVE LINK : KENARIPOKER.COM