|
Bukan lagi liatin orang pacaran kok,tapi seorang bapak dengan anak perempuannya :) |
Kisah pun berlanjut, yaitu ke
JOGJAAAAAAA hahahaha….
Kali ini personil bertambah
dengan si Rohman, anak ke-6 Bapak dan Ibu Si Madun, yang gemar sekali bilang
“Ora patut!”, masih kelas 3 SMA, paling berpigmen (sorry, guyon hahaha), paling
besar badannya, sedang pusing fisika buat UN, dan bercita-cita masuk Fakultas
Kedokteran. Ya, inilah penampakan beliau.
|
Bahkan buat ikut kami ke Jogja, dia ini sampai izin gak masuk sekolah.
Gokil emang! |
Dan tujuan kami hari Jum’at
kemaren ada 3 tempat:
UGM
Universitas
Gajah Mada. Salah satu perguruan tinggi terbaik dan terkemuka di negeri ini, yang
telah melahirkan banyak pemimpin di negeri ini. memang, UGM itu sehebat
namanya, yang diambil dari nama Mahapatih Majapahit yang perkasa. Ah, betapa
dulu saya ingin bisa berkuliah di sana.
|
Masjid |
|
Nyendol dulu |
|
Itu Ucup ngapain coba |
|
Gerbangnya keren |
Akhirnya, kesempatan itu pun
datang. Saya berkesempatan menimba ilmu dengan cara ikut kuliah singkat pada
kegiatan Shalat Jum’at di Masjid Kampus UGM. Lalu ada 3 hal hebat yang saya
dapatkan waktu itu:
1.
Ketika selesai shalat, hadirlah Syeikh Abu
Ayyash Al-Najjar, salah satu menteri dari HAMAS yang memerintah Jalur Gaza.
Kenapa saya menebak kalau beliau adalah kader HAMAS? Ya karena yang menguasai
Jalur Gaza itu HAMAS. La’nat Allah untuk kalian monyet-monyet zionis, serta
munafiqin di kalangan orang yang mengaku islam namun bekerja sama dengan musuh
dalam membuat warga Syam di Palestina menderita. Semoga leher kalian semakin
lunak untuk dipenggal.
|
Lagi ceramah, tapi saya ga paham bahasa arab :\ |
|
Tuh poster beliau |
2.
Saya menjumpai seseorang yang sangat hebat. Saat
itu, sembari menunggu kawan yang mahasiswa UGM, kami duduk-duduk di undakan
masjid. Tanpa sadar, dari belakang serasa ada tangan yang menyasar kantong
celana belakang saya. Refleks, tangan saya berniat menghantam apa pun yang ada,
siap untuk “olahraga” sedikit di masjid.
Untunglah, Allah Menahan tangan saya. Sepersekian detik saya menyadari dari
sudut mata bahwa itu tangan seorang laki-laki tua. Beliau berulang kali minta
maaf karena menyentuh jamaah-jamaah lain, termasuk saya. Ternyata, beliau
sedang mencari-cari sapu dan kemoceng dagangannya. Dan saya pun akhirnya menyadari
satu hal: Beliau buta…
Masyaa Allah, Allahu akbar! Seorang yang mendapat udzur tersebut datang ke
masjid untuk shalat jum’at. Selain itu, beliau pun tetap bekerja, bukan
meminta-minta. Sungguh mulia derajat beliau itu!
Tak sampai di situ hati saya hancur berkeping-keping. Tak lama kemudian beliau
mulai memegangi semua sandal yang ada di dekatnya. Di raba-raba. Saya
perhatikan terus, hingga beliau menemukan suatu sandal dan menyimpannya. Saya
yang masih malu dan patah hati ini pun, hanya mampu mengambilkan sebela
sandalnya. Ya Allah, inilah dia hamba-Mu memuliakan hamba-Mu yang mulia!
|
Tuh beliau dari kejauhan |
Dan saya, jujur, meneteskan air mata di sana. Saya berdiri, dan pergi sejenak.
Sekedar mengeringkan mata yang mulai banjir itu. Kawan-kawan saya, semoga tidak
ada yang menyadarinya…
3.
Saya bertemu dengan dua teman saya semasa di
kelas Olimpiade dulu; Huda dan Alvin. Yang satu makin panjang saja jenggotnya,
yang satu makin kelihatan sebagai eksekutif muda saja. Kami tak sempat
bercerita banyak, hanya bersalaman dan melepas rindu sejenak. Karena mereka
memiliki kesibukan lain, bukan seperti saya yang ngegabut ini.
Paris
Setelah
dari Masjid Kampus UGM, rencananya kami akan mengunjungi Museum Dirgantara.
Saya, tentu sangat gembira! Paling gembira mungkin. Tidak menyangka orang-orang
ini akhirnya bisa merasakan aura kedahsyatan AURI yang pada era 60-an merupakan
AU terbesar di belahan bumi selatan. Dengan dua skadron bomber TU-16. Aushit
pun terkencing-kencing ketika sebuah TU-16 melakukan terbang relly dari Lanud Abdurachman
Saleh ke Singapura lanjut ke Darwin tanpa isi ulang bahan bakar. Mereka akan
menjumpai sebuah rudal darat-udara S-75, yang tercanggih pada masanya.
Dan akan menangis terenyuh
bersama saya ketika politik merusak kedigdayaan itu, ketika Pak Harto malah
membeli pesawat-pesawat rongsokan dari Negara Blok Barat.
Namun
rencana tinggallah rencana. Karena terlalu lama saat makan siang, jadilah kami
langsung menuju tujuan berikutnya: Paris alias Parang Tritis! (Anu tidak ikut
karena katanya ada janji dengan ehemnya yang di Solo, jadilah ia pulang duluan.
Yah, emang deh gitu rasanya cowok yang sedang ‘jatuh’ hehehe)
Malioboro
Setelah
shalat maghrib jama’ dengan isya, kami pun menuju Malioboro. Tak banyak cerita
yang bisa saya sampaikan melainkan kami beli blangkon, foto-foto, ngomongin
cewek, beli makan malam, foto-foto, dan siklus pun berulang. Hanya saja, Rohman
tangguh mengelilingi Malioboro dengan celana pendek, baju yang keliatan
keteknya itu, blangkon, dan sarung yang disampirkan di bahu. Gokil emang lu!
Kejadian itu berlangsung pada
pukul 01.30 dini hari, di perbatasan Kota Kebumen. Bahkan saya sampai meruqyah
mobil itu. Siapa tahu jin sekarang udah bosen merasuki manusia, sehingga
tergoda buat renang di tangki bensin haha.
Tapi, tetap saja, failed… Sehingga kami memutuskan untuk menginap sampai
pagi saja.
Lalu, saya, Ucup, dan Rohman pun
menuju pom bensin buat beli bensin (untung mogoknya tidak jauh dari pom. Ya ini
asal aja sih, siapa tahu ada masalah gara-gara indicator bensinnya mati. Kami
hanya mampu menyimpulkan bahwa terdapat diskontinuitas pada proses pembakaran).
Baru keluar pom bensin dengan dua botol 600 ml yang berisi bensin, itu mobil
udah jalan lagi. Kata Madun, itu mobil tidak diapa-apakan. Hanya di-start, lalu
hidup. Dan kata dia lagi, waktu hidup badannya merinding semua, hiiiiii….
0 komentar:
Posting Komentar