Hari-hari ini saya sedang menekuni buku Pidi Baiq yang berjudul “at-twitter”, kumpulan tweet-nya yang sarat pemikiran dan kritik sosial mendalam dengan tagline: Google menjawab semuanya, Pidi Baiq menjawab semaunya. Dan saya tertarik dengan kalimat pembuka di setiap babnya yang begini: “Bandung di rumahku terbuat dari Bob Dylan. Dari buku Television’s Culture of Stupidity. Dan dari monyet yang tadi kulihat di cermin. Hmm.”
Maka dari itu saya pun ingin
membuat yang versi saya:
“Bandungku hari ini dibuat dari pagi yang
dingin dan sejuk, beserta ritual paginya. Beserta kepuasan yang tercipta
bersamaan ritual pagi yang terlaksana: seratus kali push up dan kawan-kawannya.
Juga sarapan yang damai sambil membaca koran yang berisi berita tentang
depresiasi rupiah yang katanya justru menarik investor.”
Ya, inilah Bandung. Kota yang
hebat itu. Kota yang tetap bisa berusaha mempertahankan keramahannya. Kabut yang
masih menghiasi sebagian hari-harinya. Malam yang masih ramah bagi mereka yang
insomnia. Juga kampus terbaik yang pernah saya masuki, beserta setiap cerita
yang ada di dalamnya. Dan tentu, gadis-gadisnya yang menawan hati ehehe.
Bahkan saya pernah mendapat
banyak pengalaman mengesankan bersama urang
Bandung. Berikut ceritanya:
1.
Taksi
Saat
itu, saya sedang mengantar saudara saya ke Bandara Husein, dia akan kembali ke
Pontianak karena kerjanya memang di sana. Waktu pulang, saya pun disuruhnya
naik taksi saja (waktu itu belum ada motor). Nah, sering kan taksi di sini main
tembak. Yasudah, toh saya abis dapat uang saku hehehe. Oleh karenanya saya
tembak dari Bandara Husein ke kampus 25 ribu. Bapaknya yang menawari dan saya
langsung setujui.
Ternyata
jalanan macet, dan sepanjang jalan kami pun saling bercerita. Bagaimana dulu
beliau sebenarnya oang berada, tapi karena satu dan lain hal kena PHK hingga
akhirnya sekarang jadi sopir taksi. Nah, ini yang keren. Ternyata, akibat macet
dan semuanya, maka di argo biayanya sampai lebih dari 25ribu.
Waktu
saya bayar sesuai yang di argo, bapaknya malah tidak mau. Masyaa Allah, beliau
bilang begini,”Saya kan tadi sudah bilang 25 ribu. Ya segitu saja. Doakan nanti
anak saya bisa masuk kampus ini juga.”
2.
Nyerempet mobil
Hari
rabu kemarin, saya sedang dalam perjalanan pulang dari ngajar. Akibat sudah
lumayan mengantuk dan pikiran sedang meleng, saya pun kena masalah. Ceritanya,
mobil yang di depan saya mengerem mendadak akibat mobil yang di depan-depannya
juga mengerem mendadak. Oleh karenanya saya pun mendadak mengerem sambil
banting ke kiri. Qadarullah, setang kanan saya masih ketinggalan sehingga bikin
lecet itu mobil. Sama orang-orang disuruh parkir dulu ke depan. Ya sudah.
Awalnya
3 penumpang yang di belakang turun dan pasang wajah (sok) marah. Waah, boleh
nih olahraga dikit. Udah siap-siap, eh yang punya mobil turun dan dengan wajah
sangat ramah ngajak ngobrol soal urusan barusan. Kami pun diskusi, akhirnya
kami sepakat bahwa ini kesalahan bersama. Dan akan diselesaikan lain waktu. Mau
ditanggung bareng.
Hari
itu, saya telat menemui yang punya mobil karena kehabisan bensin di Cimahi. Ya sudah
tak enak hati, namun dia masih mau menunggu di kampus. Nego-nego, disepakati
suatu jumlah yang harus saya bayarkan sebagai ganti rugi.
Saya(H) : Kalo sekian bagaimana mas?
Dia(D) : Saya mah gak masalah berapa-berapanya. Yang
penting ada itikad baik aja.
H : Kalo saya ya maunya gak bayar
hahaha. Tai bener, mas ridho kalo segitu?
D : Santai aja mas, kan namanya di
jalan itu kalo gak nabrak ya ditabrak. Saya gak mau dikira gimana-gimana
nantinya.
H : Yak an kalo gak ridho saya takut
ini jadi hutang saya di akhirat. Amal saya kan udah cupu, masa mau nambahin
dosa hehe.
D : Gak kok mas, saya gak masalah
hehe.
H : Oke, deal? Yaudah sekarang ke ATM
yok.
D : Boleh…
Karena
terkesan dengan kebaikannya, saya berniat mau nambahin. Waktu saya kasih, udah
saya tambahin tanpa bilang. Gak tahunya dihitung dulu, terus dibalikin lah. Setelah
‘berdebat’ sebentar, akhirnya uang itu masuk lagi ke kantong saya. Luar biasa
mas ini, yang namanya juga Hery.
H : Mungkin pertemuan kita tidak
diawali dengan baik, tapi semoga ke depannya bisa lebih baik mas.
D : Yoi, santai aja mas. Kalo ada
anak kimia yang paham elektroplatting, kabarin saya ya.
Dan
kami berjabat tangan, yah, betapa banyak hal yang baik diawali dengan hal-hal
yang tak terpikirkan.
Ya, itulah cerita saya hari ini. cerita
tentang Bandungku yang indah hari ini…
0 komentar:
Posting Komentar