Rabu, 07 Januari 2015

Posted by Heri I. Wibowo | File under : , ,
"Keindahan akan semakin indah.
Ketika usaha untuk mencapainya masih logis dan realistis, meskipun sangat sulit."




Selasa, 06 Januari 2015

Posted by Heri I. Wibowo | File under : , ,


Day 2, 24-12-2014

                Hari dimulai ketika alarm waktu shubuh menjerit, dan dilanjutkan dengan mematikan alarm. Maklum, dinginnya cukup keren juga. Lanjut masak, makan, bongkar tenda, nyekop (baca: boker), foto-foto, dan repacking. Kami baru mulai cabs sekitar pukul 08.00 WITA.


Jalur Pendakian Rinjani
Courtesy of Kaos Saya :v

Aku, Sweaterku, dan Tenda Perhimak ITB

Senin, 05 Januari 2015

Posted by Heri I. Wibowo | File under : , ,


Inilah cerita terpanjang saya, jadi jika Anda malas membacanya sila langsung scroll ke paling bawah dan lihat ringkasan waktunya saja. Apalagi saya menuliskannya per hari, jadi alamat panjang bener hahaha.

Day 1, 23-12-2014

                Setelah sejenak mengisi ulang tenaga dan nutrisi di rumah Ucup, inilah perjalanan kami yang sesungguhnya dimulai: Mencumbu Sang Dewi.  Gunung Rinjani (3726 mdpl) terletak di pulau Lombok-Nusa Tenggara Barat. Gunung ini merupakan gunung berapi kedua tertinggi di Indonesia, gunung tertinggi ketiga di Indonesia, dan mempunyai danau yang bernama Segara Anak. Puncak Rinjani dapat ditempuh melalui dua jalur, yaitu jalur Sembalun dan jalur Senaru. Rute Sembalun agak panjang tetapi datar, dan cuaca lebih panas karena melalui padang savana yang terik. Rute Senaru adalah tanjakan tanpa jeda, tetapi cuaca lembut karena melalui hutan.
Foto dulu sama Ibunya Mochammad Yusuf Bachtiar
Mohon restunya Ibu, terimakasih telah menampung dua teman putramu :')
Posted by Heri I. Wibowo | File under : ,



Nah, sesampainya di Kota Mojokerto, yang diklaim Ucup sebagai ibukota Kerajaan Majapahit, kami pun memanfaatkan waktu 2 hari yang ada dengan mengaplikasikan hadits tentang menghormati tamu. Hanya, kami lah (Madun dan saya) yang jadi tamunya :v

Ada beberapa tempat yang sempat kami kunjungi bersama kakak, adik, dan adiknya Ucup. Entah, keluarga si Ucup sepertinya kumpul di Mojokerto hingga banyak sekali keluarganya. Nah, inilah yang kami kunjungi:

1.       Benteng Pancasila

Mungkin jika di Bandung, tempat ini serupa dengan Gasibu. Di sinilah tumplek blek orang-orang yang mencari barang murah sembari jalan-jalan dan cuci mata. Enaknya jika Anda membawa sepeda dari rumah, sehingga dapat sekalian berolahraga. Di tempat ini telah disediakan parkiran sepeda pula demi keamanan yang lebih terjamin.

Gak lengkap kalau belum selfie

Tugu Kota Mojokerto

Batagor di Benteng Pancasila

Posted by Heri I. Wibowo | File under : ,



                Rencana untuk menjejakkan kaki di puncak ‘Sang Dewi’ telah dirancang semenjak jauh hari. Di mulai dari celetukan Si Madun, pengomporan ide dari saya, dan berkahir dengan Ucup yang sangat excited. Mulailah teklap, logistic, dan berbagai macam persiapan dilakukan. Lebih semangat menjemput rezeki, lebih berhemat, dan berdoa. Bayangan keril jenis ini, sepatu yang itu, dan tempat singgah menjadi topic untuk selalu diulang. Hingga akhirnya terkumpullah semua persiapan pada hari-H pemberangkatan:

Dari kiri: Punya Ucup, saya, dan Madun
Tas Madun masih paling berat, karena tas saya belum diisi logistik kelompok

Akhirnya, di tengah hujan deras, kami pun berangkat dari basecamp dengan diantar oleh Pak Herman, Faiz, dan Fahmi. Terimakasih kepada 3 orang super baik tersebut, barakallahu fikum… :)

Minggu, 04 Januari 2015

Posted by Heri I. Wibowo | File under : ,


"Bersama sahabat memang tak selalu menjadi cerita indah
Namun bersama sahabat kita dapat lebih jauh melangkah"


Sabtu, 03 Januari 2015

Posted by Heri I. Wibowo | File under : , ,



            Menikahlah wahai engkau yang masih berkutat dengan rumitnya pendidikan. Yang bahkan untuk sekedar mengatur waktu kapan belajar, bermain, dan membantu orang tua belum bisa. Apalagi ikut serta menyukseskan dakwah. Karena percayalah, bertambahnya satu tanggung jawab tidak akan terlalu berpengaruh signifikan pada ritme hidupmu yang sudah menantang tersebut. Atau siapa tahu, dengan bertambahnya satu urusan besar maka hidup akan makin tertata. Tidakkah engkau tertantang untuk mencobanya, kawan?

            Jangan takut menikah meski engkau belum berpenghasilan. Yang bahkan sekedar untuk uang jajan dan jalan-jalan masih mengharap belas kasih ayah tercinta. Yang bahkan sekedar makan saja masih harus ‘disuapi’ mama. Tak apa kawan, itu bukanlah halangan. Karena yang penting kan dalam menikah itu ada cinta dan sayang. Biarkan kesulitan yang akan datang membuat kau dan istrimu lebih dewasa.