Rencana untuk menjejakkan kaki
di puncak ‘Sang Dewi’ telah dirancang semenjak jauh hari. Di mulai dari
celetukan Si Madun, pengomporan ide dari saya, dan berkahir dengan Ucup yang
sangat excited. Mulailah teklap,
logistic, dan berbagai macam persiapan dilakukan. Lebih semangat menjemput
rezeki, lebih berhemat, dan berdoa. Bayangan keril jenis ini, sepatu yang itu,
dan tempat singgah menjadi topic untuk selalu diulang. Hingga akhirnya
terkumpullah semua persiapan pada hari-H pemberangkatan:
Dari kiri: Punya
Ucup, saya, dan Madun Tas Madun masih paling berat, karena tas saya belum diisi logistik kelompok |
Akhirnya, di
tengah hujan deras, kami pun berangkat dari basecamp
dengan diantar oleh Pak Herman, Faiz, dan Fahmi. Terimakasih kepada 3 orang
super baik tersebut, barakallahu fikum… :)
Kami berangkat pada pukul 20.00
WIB pada tanggal 19-12-2014, tepat saat ujian terakhir saya. Ya bagaimana lagi,
dapatnya tiket kereta tanggal segitu sih. Tepat pukul 21.00, kami mulai naik
kereta. Ada kejadian unik saat itu, yaitu Ucup yang kena ‘omel’ ibu-ibu (sori
Cup, ane ekspos ya ^^V).
Ceritanya, kami termasuk yang
belakangan naik kereta. Jadilah tempat meletakkan tas di atas tempat duduk
penuh oleh bawaan orang lain sedangkan keril kami sangat memakan tempat. Ucup
pun berinisiatif berkata,”Maaf Bu, kalau tas ibu dipindah ke sebelah sana
supaya ringkes boleh Bu?”
“Ya enggak boleh
Mas! Gimana sih, orangnya di sini kok tasnya di sana. Kalau laki-laki bisa di
sana di sini, tapi kan… Pokoknya enggak boleh!” ucap beliau kenceng, dan satu
gerbong pada menoleh melihat ada sedikit ‘keributan’ tersebut.
Ucup pun mukanya langsung
mengkerut, dan saya jadi minder juga mau minta tas di atas tempat duduk saya
digeser. Namun, sepertinya saya sedang beruntung. Keluarga yang duduk depan
saya dengan ikhlas tasnya agak digeser ke ujung demi memberi tempat keril saya.
Alhamdulillah…
Awalnya suasana tak nyaman,
karena ibu-ibu tadi masih sebel sepertinya. Tapi lama-kelamaan juga akrab kok,
mulai tanya-tanya. Dan akhirnya jadi akrab beneran waktu membahas korban
meninggal akibat tertimpa atap rumah yang diterjang putting beliung kemarinnya.
Yaaah, begitulah.
Eh, tak disangka ada yang beri
ucapan berikut:
:9 #skip! |
Singkat cerita sampailah kami di
Stasiun Kutoarjo, dan sambung ke Mojokerto. Ketika sampai di Kutoarjo, kami
sempatkan mencari sarapan. Soto merupakan korban kami, dan rasanya yang khas
soto jawa, maaaaan, sueger bener!
Perjalanan Bandung-Kutoarjo |
Perjalanan Kutoarjo-Mojokerto |
3 Laskan Pendaki (Laki) HMM di stasiun Kutoarjo |
10k harga soto + jeruk panas |
Akhirnya menginjakkan kaki di Mojokerto! |
Secara singkat,
catatan perjalanan kami adalah berikut:
19-12-2014
20.00 Berangkat dari kosan Ucup
20.30 Sampai di Stasiun Kiara
Condong Bandung
21.05 Kereta berangkat ke
Kutoarjo
20-12-2014
05.30 Sampai di Stasiun Kutoarjo,
lanjut ritual pagi dan foto-foto di stasiun lalu sarapan
07.30 Masuk Stasiun lagi, naik
kereta Logawa
07.45 Kereta berangkat
14.35 Sampai
di Mojokerto, dijemput Ayahnya Ucup, lanjut makan-makan seger di rumah Ucup :9
Pengeluaran(saya) :
1.
Rp. 0,- Transport
dari kosan Ucup-Stasiun Kircon (saya sih nebeng Fahmi, thanks Broh!)
2.
Rp. 55.000,- Tiket
kereta Bandung-Kutoarjo
3.
Rp. 35.000,- Tiket
kereta Kutoarjo-Mojokerto
4.
Rp. 10.000,- Soto
di Stasiun Kutoarjo
5.
Total: Rp.
100.000,-
0 komentar:
Posting Komentar