Rabu, 07 Januari 2015

Posted by Heri I. Wibowo | File under : , ,
"Keindahan akan semakin indah.
Ketika usaha untuk mencapainya masih logis dan realistis, meskipun sangat sulit."








Day 4, 26-12-2014

                Kata mereka yang pernah ke Gunung Rinjani, tak lengkap rasanya jika tak juga mengunjungi Segara Anak. Bahkan, kasarnya summit tak masalah dapatnya kabut doang asalkan bisa merasakan sensasi strike di Segara Anak (Alhamdulillah, summit kami pun cerah jaya). Untuk alasan inilah saya paham kenapa Madun ngebet sekali untuk mengalokasikan waktu dua malam di danau tersebut. Sebuah alokasi yang cukup bijaksana meski tidak terlaksana, karena setelah summit attack hujan turun dengan lebat pun. Padahal sebenarnya gara-gara tepar.

Pagi di Plawangan Sembalun

Awannya mulai menghilang
                   Bahkan, akibat tepar, hujan yang deras sepanjang hari, nafsu makan yang hilang, dan tenda yang sempit menjadikan tidur malam sebelumnya adalah tidur paling suram. Saya sampai menggigil malamnya dengan perut kembung. Untunglah Ucup yang P3K-nya lumayan lengkap membawa geliga, dan geliga-lah yang membuat saya bisa membuang angina dengan lancar jaya. Untung sekali lagi, di tenda tak ada yang sadar. Fiuh, hampir saja hypothermia…

                Pagi hari tanggal 26-12-2014, setelah sholat shubuh, nyekop (lagi), masak, dan berberes kami pun siap menuju Segara Anak. Karena kurang tidur, sepanjang jalan sering sekali terjadi perdebatan di antara kami bertiga. Maklum sih, dengan track seperti itu pasti saya yang paling belakang. Soalnya, itu TURUN hahaha. Bahkan setengah jam pertama kami sampai harus sering berhenti akibat Madun dan Ucup berdebat tentang jalur, dan saya lagi-lagi, mendebat mereka berdua.


Ceritanya biar sok dikirain lagi beres2 tenda :v


Siap menyambangi danau yeaaah

Turun turun turun

Kadang ada tangganya juga, tapi jarak antar anak tangga bikin lutut gemetar


Yeay, mulai dekaaaaat
                Jalur dari Plawangan Sembalun menuju Segara Anak terdiri dari jalur bebatuan yang curam di awal dan jalur datar yang menyenangkan di akhir. Di beberapa tempat telah dibuat pegangan dan tangga-tangga dari semen, namun kini kebanyakan dari fasilitas tersebut telah rusak. Seolah alam tidak terima jika keindahan Rinjani harus dibayar murah. Yah, seperti Mas Mocka yang mengatakan lebih suka track-nya tetap susah, agar Segara Anak tidak menjadi seperti Ranu Kumbolo yang kabarnya terlalu ramai sehingga sampah dari para pendaki karbitan akibat nonton film ‘5 cm’ merusak keindahan alam. Sampai di sini, saya setuju sekali dengan Sang Suhu.

                Sekira 2 jam (saya), jalur akan berubah menjadi ‘dataran’ tanah dengan rumput dan vegetasi lain di kanan kirinya. Pada jalur ini sudah bisa bernapas lega, apalagi saya kini bisa mengejar kecepatan dua kawan saya itu. Namun, pada suatu jalur terdapat pertigaan. Yang satu ke kanan dan satunya ke kiri. Ambillah jalur KIRI, karena jalur kanan tidak menuju Segara Anak. Kabut yang secara periodic turun menjadikan perjalanan bagai di cerita-cerita novel ‘Goose Bumps’.

                3 jam kemudian akhirnya kami bisa sampai di bibir Segara Anak. Danau ini memang sangat indah, bening. Namun ada suatu aura yang membuat agak merinding juga, mengingat airnya yang hijau dan sangat pekat. Bahkan, di beberapa titik banyak pinggiran yang langsung dalam. Tidak terlihat dasarnya. Apalagi jika kabut turun, aura mistis nan romantic akan semakin membuat bulu kuduk meremang.

Masak nasi buat umpan
Karena kami bawa beras kebanyakan -_-

Idem

Hasil pancingan mulai dibersihkan

Idem

Ucup lagi strike tuh, ikannya sejempol -_-


                Setelah menyiapkan tenda dan lain sebagainya, mulailah saat yang ditunggu-tunggu: MANCING MANIA! Ucup katanya ingin mencoba pancing barunya. Namun entah kenapa pancing kami tidak kunjung mendapat ikan. Usut punya usut ternyata gara-gara ada 3 faktor yang saya jadikan praduga:

1.       Kailnya terlalu besar
2.       Umpannya bukan sosis so nice, melainkan sosis vitalia (Mas Mocka & gank  pakai so nice)
3.       Tidak pakai pancing jos milik Mas Mocka

Karena, setelah kami pinjam pancingan Mas Mocka dan pakai sosis so nice dari minta beliau juga, dapatlah kami ikan buat digoreng. Jos!

Ya, itulah hasil analisis saya. Jenis ikan di Segara Anak ada dua jenis: Mujair dan Karper. Jika Anda ingin mendapat ikan yang besar, maka umpan harus jauh ke tengah. Biasanya para porter menggunakanjoran selayaknya benang layangan saja. langsung dari kaleng lalu di lempar jauh ke tengah. Dan umpannya adalah gumpalan nasi.

                Untuk sumber air, ada peraturan tak tertulis untuk tidak meminum air danau. Karena telah ada mata air sekira 10 menit dari camp area, dekat dengan sungai air panas. Air dari mata air tersebut sangat jernih, bahkan lebih enak dari aqua. Silahkan masukkan botol dan dikocok, maka air akan tetap jernih. Namun baiknya jangan mengambil air saat malam hari, karena selain jalurnya agak sulit di musim hujan, dia terletak di tengah semak belukar.

                Tentang air panas sendiri, memang jos bener. Sungai akan membentuk kubangan-kubangan dengan tingkat kepanasan tertentu. Dan karena berendam di air panas inilah, malamnya menjadi tidur paling nyenyak kami yeaaaah.


Masak pun di foto bung :v

Perjalanan menuju tempat berendam

Tuh keliatan danau-nya

Jos bro, kecuali gaya si Ucup -_________-
         
 
Tak ada yang lebih melancarkan lidah untuk bercerita banyak hal selain dua hal:
Sake (katanya) dan berendam air panas di Gunung Rinjani

         Sebelum tidur, kami makan bersama dengan Mas Mocka & Ganks. Sembari makan, berkenalan, saya pun terus makan :9 


Makan bersamaaaaa :9

Pagi menjelang turun, tetangga udah mancing lagi lah

Pagi di Segara Anak

Sepi kaaaan u,u
Dan sementara Ucup beres-beres...

Saya malah foto-foto :v

Dari kiri, belakang ke depan:
Ucup, Madun, Mas Adi, Mbak Deni, Mas Jun, Mas Mocka, Andika, dan saya


Day 5, 27-12-2014

                Bangun pagi, sholat shubuh, keluar tenda, eh tetangga sebelah sudah mancing lagi (foto mereka ada di atas tuh). Hari itu adalah hari di mana perasaan saya campur aduk. Senang karena akan turun sehingga bisa bertemu peradaban (setelah hampir 5 hari gak ketemu mobil), sedih karena harus berpisah dengan Sang Dewi. Namun saya sadar, tak mungkin ada pertemuan tanpa perpisahan…

                Pukul 08.45 WITA, setelah berpamitan dengan Mas Mocka & Ganks: Mbak Deni, Mas Adi (keponakannya Gus Dur katanya), Andika, dan Mas Jun, kami mulai perjalanan turun kami yang ternyata harus naik dulu. Hal ini karena Segara Anak terletak di cekungan, sehingga untuk turun kami harus memanjat keluar dari cekungan tersebut. Dan tujuan kami adalah Plawangan Senaru.
Bye-bye Segara Anak...

Eh ada plang-nya

Dalamnya sampai 205 meter cuy, pantesan serem gitu.
Jangan-jangan ada makhluk pra-sejarah di sana!
                  Jalur menuju Plawangan Senaru cukup menguras tenaga, apalagi di beberapa titik  terdapat pohon tumbang yang menghalangi jalanan. Bayangkan, sudah jalannya sempit dengan kiri jurang dan kanan tebing, masih ada pohon tumbang. Di sinilah kami bertemu dengan rombongan Bang Tanu yang menceritakan tentang pencurian yang dialami rombongannya. Kerugian 8 power bank, Deuter SL 50+10, dll. Sebagai catatan, keril tersebut adalah PINJAMAN! Dan karena yang bawa adalah cowok sedangkan SL itu buat cewek, saya membayangkan bahwa dia sedang pinjem pacarnya. Dari sini saya jadi memutuskan untuk tidak meminjamkan keril saya kecuali pada Bapak, Ibu, Adek, dan Istri saya nanti hahaha. Bukan harganya, tapi cerita yang dibawa keril ini yang mahal cuy. Jadi, maaf ya kawan, tidak menerima peminjaman keril :’)

                Setelah naik, jalur kembali turun. Awalnya berupa bebatuan (dan lagi-lagi saya ketinggalan), hingga akhirnya  mulai masuk ke wilayah hutan hujan. Nah, di sinilah kesaktian saya mulai kembali. Mengingat rimbunnya hutan sehingga jurang tak terlihat, mulailah saya berlari ketika turun. Madun bahkan memberi jalan saya untuk melompat ke sana kemari. Kata-kata saya lambat saat turun kita tinggal legenda! Yeah, bayangan es buah membuat saya kalap bung!
Hap-hap-hap
Menuju Plawangan Senaru

Segara Anak dari atas

Jalurnya tuh

Idem

Sampai di Plawangan Senaru! Fiuh

Top Model kita Bung!

Kalau di caption yang ada di FB, Madun menulis:
"Sang pendekar pun kelelahan"
-_-

Nih, jalurnya enak kan. Gak keliatan jurangnya :v

Ucup,
Single and Available

Sampai pintu Senaru!

              
Heri,
Mahasiswa, 21 tahun, cinta kebersihan :)


Nah ini dia base camp di tempat Pak Nursaat, recomended gan!

Penginapan gratis buat pendaki lokal!
Tuh, sampe puas 10k

Yoiii

Jos bro


                Singkat cerita, akhirnya kami sampai di base camp. Berdasarkan petunjuk Suhu, kami disarankan untuk menginap di rumah Pak Nursaat: GRATIS buat pendaki local! Jos bro!



Estimasi waktu:

26-12-2014

09.00-12.00                         Plawangan Sembalun ke Segara Anak

27-12-2014

08.45-11.15                         Segara Anak ke Plawangan Senaru
12.30-16.00                         Plawangan Senaru ke Pintu Senaru
16.00-16.30                         Ngeteh dan istirahat di Pintu Senaru
16.30-17.00                         Sampai di rumah Pak Nursaat

Estimasi biaya:

Makan @Rp 10.000,- sampai puas. Penginapan dan kamar mandi gratis, souvenir kaos lengan panjang bahan katun Rp. 85.000,- dan gantungan kunci @Rp. 5.000,-

 

0 komentar:

Posting Komentar