|
"Keindahan akan semakin indah.
Ketika usaha untuk mencapainya masih logis dan realistis, meskipun sangat sulit." |
Day 4, 26-12-2014
Kata
mereka yang pernah ke Gunung Rinjani, tak lengkap rasanya jika tak juga
mengunjungi Segara Anak. Bahkan, kasarnya summit tak masalah dapatnya kabut
doang asalkan bisa merasakan sensasi
strike
di Segara Anak (Alhamdulillah, summit kami pun cerah jaya). Untuk alasan
inilah saya paham kenapa Madun ngebet sekali untuk mengalokasikan waktu dua
malam di danau tersebut. Sebuah alokasi yang cukup bijaksana meski tidak
terlaksana, karena setelah summit attack hujan turun dengan lebat pun.
Padahal sebenarnya
gara-gara tepar.
|
Pagi di Plawangan Sembalun |
|
Awannya mulai menghilang |
Bahkan, akibat tepar, hujan yang
deras sepanjang hari, nafsu makan yang hilang, dan tenda yang sempit menjadikan
tidur malam sebelumnya adalah tidur paling suram. Saya sampai menggigil
malamnya dengan perut kembung. Untunglah Ucup yang P3K-nya lumayan lengkap
membawa geliga, dan geliga-lah yang membuat saya bisa membuang angina dengan
lancar jaya. Untung sekali lagi, di tenda tak ada yang sadar. Fiuh, hampir saja
hypothermia…
Pagi hari tanggal 26-12-2014,
setelah sholat shubuh, nyekop (lagi), masak, dan berberes kami pun siap menuju
Segara Anak. Karena kurang tidur, sepanjang jalan sering sekali terjadi perdebatan
di antara kami bertiga. Maklum sih, dengan track seperti itu pasti saya yang
paling belakang. Soalnya, itu TURUN hahaha. Bahkan setengah jam pertama kami
sampai harus sering berhenti akibat Madun dan Ucup berdebat tentang jalur, dan
saya lagi-lagi, mendebat mereka berdua.
|
Ceritanya biar sok dikirain lagi beres2 tenda :v |
|
Siap menyambangi danau yeaaah |
|
Turun turun turun |
|
Kadang ada tangganya juga, tapi jarak antar anak tangga bikin lutut gemetar |
|
Yeay, mulai dekaaaaat |
Jalur dari Plawangan Sembalun
menuju Segara Anak terdiri dari jalur bebatuan yang curam di awal dan jalur
datar yang menyenangkan di akhir. Di beberapa tempat telah dibuat pegangan dan
tangga-tangga dari semen, namun kini kebanyakan dari fasilitas tersebut telah
rusak. Seolah alam tidak terima jika keindahan Rinjani harus dibayar murah. Yah,
seperti Mas Mocka yang mengatakan lebih suka track-nya tetap susah, agar Segara
Anak tidak menjadi seperti Ranu Kumbolo yang kabarnya terlalu ramai sehingga sampah
dari para pendaki karbitan akibat nonton film ‘5 cm’ merusak keindahan alam. Sampai
di sini, saya setuju sekali dengan Sang Suhu.
Sekira 2 jam (saya), jalur akan
berubah menjadi ‘dataran’ tanah dengan rumput dan vegetasi lain di kanan kirinya.
Pada jalur ini sudah bisa bernapas lega, apalagi saya kini bisa mengejar
kecepatan dua kawan saya itu. Namun, pada suatu jalur terdapat pertigaan. Yang
satu ke kanan dan satunya ke kiri. Ambillah jalur KIRI, karena jalur kanan
tidak menuju Segara Anak. Kabut yang secara periodic turun menjadikan
perjalanan bagai di cerita-cerita novel ‘Goose Bumps’.
3 jam kemudian akhirnya kami
bisa sampai di bibir Segara Anak. Danau ini memang sangat indah, bening. Namun ada
suatu aura yang membuat agak merinding juga, mengingat airnya yang hijau dan
sangat pekat. Bahkan, di beberapa titik banyak pinggiran yang langsung dalam. Tidak
terlihat dasarnya. Apalagi jika kabut turun, aura mistis nan romantic akan
semakin membuat bulu kuduk meremang.
|
Masak nasi buat umpan
Karena kami bawa beras kebanyakan -_- |
|
Idem |
|
Hasil pancingan mulai dibersihkan |
|
Idem |
|
Ucup lagi strike tuh, ikannya sejempol -_- |
Setelah menyiapkan tenda dan
lain sebagainya, mulailah saat yang ditunggu-tunggu: MANCING MANIA! Ucup katanya
ingin mencoba pancing barunya. Namun entah kenapa pancing kami tidak kunjung
mendapat ikan. Usut punya usut ternyata gara-gara ada 3 faktor yang saya
jadikan praduga:
1.
Kailnya terlalu besar
2.
Umpannya bukan sosis so nice, melainkan sosis
vitalia (Mas Mocka & gank pakai so
nice)
3.
Tidak pakai pancing jos milik Mas Mocka
Karena,
setelah kami pinjam pancingan Mas Mocka dan pakai sosis so nice dari
minta beliau juga, dapatlah kami ikan buat digoreng. Jos!
Ya, itulah hasil
analisis saya. Jenis ikan di Segara Anak ada dua jenis: Mujair dan Karper. Jika
Anda ingin mendapat ikan yang besar, maka umpan harus jauh ke tengah. Biasanya para
porter menggunakanjoran selayaknya benang layangan saja. langsung dari kaleng
lalu di lempar jauh ke tengah. Dan umpannya adalah gumpalan nasi.
Untuk sumber air, ada peraturan
tak tertulis untuk tidak meminum air danau. Karena telah ada mata air sekira 10
menit dari camp area, dekat dengan
sungai air panas. Air dari mata air tersebut sangat jernih, bahkan lebih enak
dari aqua. Silahkan masukkan botol dan dikocok, maka air akan tetap jernih. Namun
baiknya jangan mengambil air saat malam hari, karena selain jalurnya agak sulit
di musim hujan, dia terletak di tengah semak belukar.
Tentang air panas sendiri,
memang jos bener. Sungai akan membentuk kubangan-kubangan dengan tingkat
kepanasan tertentu. Dan karena berendam di air panas inilah, malamnya menjadi
tidur paling nyenyak kami yeaaaah.
|
Masak pun di foto bung :v |
|
Perjalanan menuju tempat berendam |
|
Tuh keliatan danau-nya |
|
Jos bro, kecuali gaya si Ucup -_________- |
|
Tak ada yang lebih melancarkan lidah untuk bercerita banyak hal selain dua hal:
Sake (katanya) dan berendam air panas di Gunung Rinjani |
Sebelum tidur, kami makan bersama
dengan Mas Mocka & Ganks. Sembari makan, berkenalan, saya pun terus makan
:9
|
Makan bersamaaaaa :9 |
|
Pagi menjelang turun, tetangga udah mancing lagi lah |
|
Pagi di Segara Anak |
|
Sepi kaaaan u,u
Dan sementara Ucup beres-beres... |
|
Saya malah foto-foto :v |
|
Dari kiri, belakang ke depan:
Ucup, Madun, Mas Adi, Mbak Deni, Mas Jun, Mas Mocka, Andika, dan saya |
Day 5, 27-12-2014
Bangun
pagi, sholat shubuh, keluar tenda, eh tetangga sebelah sudah mancing lagi (foto mereka ada di atas tuh). Hari
itu adalah hari di mana perasaan saya campur aduk. Senang karena akan turun
sehingga bisa bertemu peradaban (setelah hampir 5 hari gak ketemu mobil), sedih karena harus berpisah dengan Sang Dewi. Namun
saya sadar, tak mungkin ada pertemuan tanpa perpisahan…
Pukul 08.45 WITA, setelah
berpamitan dengan Mas Mocka & Ganks: Mbak Deni, Mas Adi (keponakannya Gus
Dur katanya), Andika, dan Mas Jun, kami mulai perjalanan turun kami yang
ternyata harus naik dulu. Hal ini karena Segara Anak terletak di cekungan,
sehingga untuk turun kami harus memanjat keluar dari cekungan tersebut. Dan tujuan
kami adalah Plawangan Senaru.
|
Bye-bye Segara Anak... |
|
Eh ada plang-nya |
|
Dalamnya sampai 205 meter cuy, pantesan serem gitu.
Jangan-jangan ada makhluk pra-sejarah di sana! |
Jalur menuju Plawangan Senaru
cukup menguras tenaga, apalagi di beberapa titik
terdapat pohon tumbang yang menghalangi
jalanan. Bayangkan, sudah jalannya sempit dengan kiri jurang dan kanan tebing,
masih ada pohon tumbang. Di sinilah kami bertemu dengan rombongan Bang Tanu
yang menceritakan tentang pencurian yang dialami rombongannya. Kerugian 8 power
bank, Deuter SL 50+10, dll. Sebagai catatan, keril tersebut adalah PINJAMAN! Dan
karena yang bawa adalah cowok sedangkan SL itu buat cewek, saya membayangkan
bahwa dia sedang pinjem pacarnya. Dari sini saya jadi memutuskan untuk tidak
meminjamkan keril saya kecuali pada Bapak, Ibu, Adek, dan Istri saya nanti
hahaha. Bukan harganya, tapi cerita yang dibawa keril ini yang mahal cuy. Jadi,
maaf ya kawan, tidak menerima peminjaman keril :’)
Setelah naik, jalur kembali
turun. Awalnya berupa bebatuan (dan lagi-lagi saya ketinggalan), hingga
akhirnya mulai masuk ke wilayah hutan
hujan. Nah, di sinilah kesaktian saya mulai kembali. Mengingat rimbunnya hutan
sehingga jurang tak terlihat, mulailah saya berlari ketika turun. Madun bahkan
memberi jalan saya untuk melompat ke sana kemari. Kata-kata saya lambat saat turun kita tinggal legenda! Yeah, bayangan es buah
membuat saya kalap bung!
|
Hap-hap-hap
Menuju Plawangan Senaru |
|
Segara Anak dari atas |
|
Jalurnya tuh |
|
Idem |
|
Sampai di Plawangan Senaru! Fiuh |
|
Top Model kita Bung! |
|
Kalau di caption yang ada di FB, Madun menulis:
"Sang pendekar pun kelelahan"
-_- |
|
Nih, jalurnya enak kan. Gak keliatan jurangnya :v |
|
Ucup,
Single and Available |
|
Sampai pintu Senaru! |
Singkat cerita, akhirnya kami
sampai di
base camp. Berdasarkan petunjuk
Suhu, kami disarankan untuk menginap di rumah Pak Nursaat: GRATIS buat pendaki local!
Jos bro!
Estimasi waktu:
26-12-2014
09.00-12.00 Plawangan
Sembalun ke Segara Anak
27-12-2014
08.45-11.15 Segara
Anak ke Plawangan Senaru
12.30-16.00 Plawangan
Senaru ke Pintu Senaru
16.00-16.30 Ngeteh
dan istirahat di Pintu Senaru
16.30-17.00 Sampai
di rumah Pak Nursaat
Estimasi biaya:
Makan @Rp 10.000,- sampai puas. Penginapan dan kamar mandi
gratis, souvenir kaos lengan panjang bahan katun Rp. 85.000,- dan gantungan
kunci @Rp. 5.000,-
0 komentar:
Posting Komentar