Day 2, 24-12-2014
Hari
dimulai ketika alarm waktu shubuh menjerit, dan dilanjutkan dengan mematikan
alarm. Maklum, dinginnya cukup keren juga. Lanjut masak, makan, bongkar tenda,
nyekop (baca: boker), foto-foto, dan repacking. Kami baru mulai cabs sekitar
pukul 08.00 WITA.
|
Jalur Pendakian Rinjani
Courtesy of Kaos Saya :v |
|
Aku, Sweaterku, dan Tenda Perhimak ITB |
|
"Bangun tidur ku terus foto-foto" |
|
Tak sempat pakai baju ternyata sudah saatnya makan, yawislah |
Tak sampai 15 menit melangkah
ternyata sudah menjumpai Pos 1. We la asem, ternyata cuma sedikit lagi telah
mencapai Pos 1 atau Pos Pemantauan. Pos 1 merupakan sebuah pondok tanpa lantai
yang teletak di tengah jalur di daerah padang rumput serta berada pada
ketinggian 1300 mdpl. Pos ini tidak memiliki sumber air. Jalur dari pos ini ke Pos 2
masih sedikit menanjak dan padang rumput yang terbuka serta masih melewati
beberapa aliran lahar dan kali kering. Jalan setapaknya sendiri kadang menurun
cukup curam. Dan yang unik dari jalur pendakian di Rinjani, setiap pos
diusahakan dekat dengan sumber air—dengan pengecualian Pos 1. Minimal air tadah
hujan.
|
Dari Pos 1,savanna everywhere |
|
Eksis dulu di jembatan |
|
Tuh Pos 1-nya kelihatan |
Perjalanan diisi dengan canda
tawa, debat, istirahat, Ucup debat dengan Madun, Madun debat dengan Ucup, dan
saya debat dengan keduanya. Mulai dari jenis rumput sampai urusan kapan waktu
istirahat. Memang benar kata hadits, safar adalah sebagian dari ujian hehehe. Namun,
kelebihan dari jalur Sembalun adalah pemandangan savanna yang memanjakan mata. Sejauh
mata memandang adalah rumpun hijau rerumputan, apalagi tidak lama sebelumnya
terjadi kebakaran di sana sehingga rumput yang ada masih royo-royo.
Akhirnya setelah berjalan selama
kurleb 1.5-2 jam sampailah kami di Pos 2, Pos Tengengean. Lamanya perjalanan
akibat seringnya foto-foto. Pos Tengengean terletak di sebelah kiri jalan agak
menjorok dengan ketinggian 1500 mdpl, dan di depan pos ini terdapat sungai
kering serta jembatan di atasnya. Di sini kita akan bertemu sebuah persimpangan
jalan yang memisahkan jalur ke bukit penyesalan (kanan) dan ke bukit penyiksaan/penderitaan
(kiri). Saat ini jalur yang sering
dipakai adalah bukit penyiksaan, karena jalur bukit penyesalan jembatannya
sudah hancur dan jalan setapaknya sudah tidak begitu jelas. Di pos ini kita
bisa jumpai sumber mata air dan sebuah toilet yang merupakan hasil sumbangan
dari sebuah LSM asal New Zealand. Posnya sendiri terletak di sebuah lembah yang
diapit bukit. Di pos ini pula mulai terlihat monyet-monyet yang merupakan endemic di
wilayah ini. Harap hati-hati akan barang bawaan Anda.
|
Porter tangguh |
|
Ucup pakai topi pramuka lah -_- |
|
Air bekas hujan semalam, cukup segar saya rasa |
|
Jalan terus maaaang |
|
Anjingnya ganteng ya |
|
Kali bekas aliran lahar |
|
Madun menerawang |
|
Kali kering |
Dari Pos 2, perjalanan ke Pos 3 atau Pos Pada Balong (1807 mdpl) lebih tidak
terasa. Maksudnya karena memang focus sudah agak hilang. Disarankan untuk mulai
kalkulasi jatah air yang ada, apalagi jika ada cemilan akan lebih bagus. Di
sini kami bertemu dengan rombongan ekspedisi yang membawa 2 orang kakek-kakek
berusia 60 tahun. Tidak tahu untuk acara apa, yang pasti mereka jos bener. Bawa
genset ke atas coba! Yah, bawa porter sih. Kira-kira 1,5 jam waktu yang kami
pakai. Bahkan sebenarnya saya hampir tidak tahu jika ada Pos 3, kirain
Plawangan Sembalun adalah Pos 3.
|
Pos 2 |
|
Kali kering |
|
Hamparan pakis yang menghijau |
|
Porter tangguh |
Kemudian, dari Pos 3 perjalanan
wah pun dimulai: menuju Plawangan Sembalun! Anda akan dihadapkan dengan
tanjakan Bukit Sembilan, disebut demikian karena memang melewati sembilan bukit
sebelum sampai di igir-igir punggungan. Selanjutnya belok kiri menuju ke Plawangan
Sembalun (2708 mdpl). Plawangan Sembalun adalah pos terakhir untuk mencapai
puncak Rinjani, merupakan sebuah dataran yang cukup luas yang cukup untuk
beberapa tenda.
Dalam perjalanan ke Plawangan
Sembalun inilah kami bertemu dengan rombongan Mas Mocka. Berawal dari saling
mengeluh akibat melihat para porter yang seolah tak punya lelah, hingga saling
bersahutan urusan menyemangati. Ngobrol-ngobrol, ternyata beliau sudah 3 kali ke Rinjani! Man! Di perjalanan
menyusuri Bukit Sembilan inilah saya merasakan ada yang tak beres dengan
keringat saya. Ya, keringat saya mulai tak berasa asin. Waduh, cepat-cepat saya
bongkar logistic dan mulai minum air campur gula dan garam. Kata teman saya,
efek dari kekurangan elektrolit akan membuat jadi kram dan hilang focus. Bahaya
itu!
Sekira pukul 16.00 sampailah
kami di Plawangan Sembalun. Sempat tertinggal jauh saya karena harus membuat
oralit dadakan itu hehe. Dari sini terlihat jelas Danau Segara Anak dan Gunung
Baru Jari (2.376 mdpl). Di pos ini, terdapat sumber air yang berupa pancuran
yang rasanya sangat segar. Namun untuk mencapainya memang butuh sedikit
perjuangan. Akhirnya, bisa deh istirahat…
Day 3, 25-12-2014-à
SUMMIT ATTACK!
Tradisi
muncak ketika hari besar umat lain ternyata masih saya tekuni. Jika saat Hari
Ulang Tahun Kota Kembang ke Gunung Papandayan, ketika malam 1 sura ke Gunung
Cikuray, kini saat natal kami pun malah menaklukkan puncak Sang Dewi.
Dari hasil ngobrol dengan Mas
Mocka, disepakati bahwa kami akan Summit
Attack pada pukul 02.00 WITA. Karena normalnya waktu tempuh sekitar 5 jam. Walah!
Maka tinggal siapkan nutrijell, air minum, tabung oksigen (jika Anda punya
asma), stamina, niat, dan tak lupa: Alarm. Sebelum naik, pastikan tenda telah
tertutup rapat karena banyak monyet dan “monyet”. Saat kami naik kemarin, ada
satu rombongan yang kehilangan barang berharga, termasuk satu Keril Deuter SL
50+10 beserta isinya. Yang ini "monyet"-nya doyan duit sepertinya. Untunglah, Mas Mocka bersedia menjaga tenda kami. U,u
thank you Maaaas :3
|
Sunset di Plawangan Sembalun |
|
Idem |
|
Ini Suhu kami, Mas Mocka |
|
Awannya hilang |
|
Jos |
|
Jos |
|
Ngobrol dulu sama ahlinya
Sang Suhu Mas Mocka |
Perjalanan dari Camp ke Puncak
akan melewati jalur yang terjal dan berpasir. Kata si Madun sih memang tak
seterjal Mahameru, namun yang pasti ini lebih menuntut kesabaran karena memang
lebih jauh. Di sini, saya dengan keegoisan saya seperti biasa melaju terdepan. Dan
satu pelajaran penting kenapa Summit Attack itu malam hari:
1.
Mendapat momen sunrise
2.
Agar tidak terlihat puncaknya, karena jika
terlihat akan membuat pesimistis
|
Persiapan Summit Attack |
|
Bersama rombongan lain |
|
Iring-iringan headlamp |
|
Sunrise! Telat eh, belum sampai puncak hehe |
|
Lelah Cup? |
|
Jos |
|
Hap hap hap, naik!
3 langkah berhenti buat ambil napas |
|
Masyaa Allah... |
|
Edelweis di Puncak Rinjani |
|
Idem |
|
Yellboys! |
|
Ucup |
|
Saya |
|
Madun, di antara bule dan porternya |
|
Puncak
Aku cinta negeri ini! |
|
Meski Syam adalah negeri yang diberkahi
Nusantara adalah negeri yang seolah 'surga' |
|
Tuh jalan turunnya, jiper juga saya -_- |
|
Nih ucapan buat adek saya |
|
Punya si Ucup ini |
|
Sebuah doa di atas gunung |
|
Cakep bener Segara Anak dari puncak |
|
Sikap Minangkabau merendah :) |
|
Bercengkrama setelah lelah muncak |
|
Sendiri dan sepi kadang adalah teman terbaik |
Ternyata kami sampai pukul 06.00 WITA. Entah bagaimana di sini matahari
terbit agak siangan, karena memang Lombok itu termasuk ujung barat daerah WITA.
Dan inilah sholat shubuh tertinggi saya, secara harfiah paling dekat dengan
Allah: di Puncak Rinjani! Juga paling siang ding -_-
Sekira satu jam foto, kami pun turun. Di sinilah saya mulai terlihat
cupu. Fobia saya pada ketinggian membuat perjalanan turun terhambat hingga
mencapai 2 jam lebih. Madun pun berujar,”Lengkap rombongan kita, kalau pas naik
Ucup yang memperlambat. Kalau pus turun Heri yang memperlambat.” Dalam hati
saya membatin,”Kalau urusan cewek, kau yang paling lambat Dun!” ^^V
*Padahal saya sendiri juga sangat awam urusan cewek :v
Satu hal yang kami syukuri adalah meskipun kami naik saat musim hujan,
kami tetap bisa mendapat sunrise. Cerah sekali di atas, syukur Alhamdulillah…
Baru ketika sampai di tenda
hujan turun dengan lebat. Hari itu pun ditutup dengan istirahat tepar yang lama
di tenda…
Estimasi waktu:
24-12-2014
08.00-08.15 Camp ke Pos 1
08.15-09.30 Pos 1 ke Pos 2
09.30-11.15 Pos 2 ke Pos 3
11.15-12.30 Ishoma, istirahat
sholat masak di tengah-tengah jalan ke Plawangan Sembalun
12.30-16.30 Ke Plawangan Sembalun
25-12-2014
02.00-06.00 Plawangan Sembalun ke
Puncak Rinjani
06.00-07.30 Foto-foto
07.30-09.30 Turun ke Plawangan
Sembalun
Estimasi biaya
Rp 0,- Duit kertas
gak laku di alam yang sesungguhnya! Allahu akbar!
Note: Ada beberapa foto summit yang jos, beserta "ucapan" dari puncak. Bentar, fotonya nunggu email dari Madun dulu hehe...
Errrr.... ngeceessss :Q
BalasHapushaha, ngeces beneran nih? Idiiiiih :p
Hapus