Senin, 05 Januari 2015

Posted by Heri I. Wibowo | File under : , ,


Inilah cerita terpanjang saya, jadi jika Anda malas membacanya sila langsung scroll ke paling bawah dan lihat ringkasan waktunya saja. Apalagi saya menuliskannya per hari, jadi alamat panjang bener hahaha.

Day 1, 23-12-2014

                Setelah sejenak mengisi ulang tenaga dan nutrisi di rumah Ucup, inilah perjalanan kami yang sesungguhnya dimulai: Mencumbu Sang Dewi.  Gunung Rinjani (3726 mdpl) terletak di pulau Lombok-Nusa Tenggara Barat. Gunung ini merupakan gunung berapi kedua tertinggi di Indonesia, gunung tertinggi ketiga di Indonesia, dan mempunyai danau yang bernama Segara Anak. Puncak Rinjani dapat ditempuh melalui dua jalur, yaitu jalur Sembalun dan jalur Senaru. Rute Sembalun agak panjang tetapi datar, dan cuaca lebih panas karena melalui padang savana yang terik. Rute Senaru adalah tanjakan tanpa jeda, tetapi cuaca lembut karena melalui hutan.
Foto dulu sama Ibunya Mochammad Yusuf Bachtiar
Mohon restunya Ibu, terimakasih telah menampung dua teman putramu :')

Sesi foto ganteng dulu

Untuk kawan-kawan yang ingin menikmati puncak dulu baru turun ke danau Segara Anak di sarankan berangkat melalui rute Sembalun dan turun melalui rute Senaru. Dan sebaliknya apabila ingin menikmati danau Segara Anakan baru kemudian puncak dianjurkan berangkat melewati rute Senaru dulu baru turun melalui rute Sembalun. Hal ini di karenakan rute Senaru lebih dekat ke danau Segara Anakan, dan apabila kita melalui rute Senaru maka kita akan bertemu danau Segara Anakan terlebih dahulu. Bagi yang bahkan belum tahu apa itu Gunung Rinjani, sila bertanya pada Syaikh Google dulu ya :)

                Kembali pada cerita pokok. Kami bangun pagi-pagi, dan aksi backpacker coret kami dipermulus dengan diantarnya kami ke Bandara Juanda oleh sopir Bapaknya Ucup. Yeah, tak perlu naik angkutan umum. Dan, berkat gerilya si Madun, kami mendapatkan tiket promo ke Lombok seharga 300 ribu rupiah saja. Murah kan? Naiknya, Air*sia bro, sebelum ada musibah perjalanan Surabaya-Singapura itu. Jadi, kami bisa tenang. *Semoga pencarian korban dan badan pesawat bisa dipercepat, aamiin…

Selfie sebelum sadar salah terminal -_-

Nah, ini Terminal 2 Bandara Juanda

:3

Pamer keril dulu :v

Kaos kakinya Madun unyu coy! :v

                Ada dua kejadian konyol saat kami akan melakukan penerbangan ke Lombok. Yang pertama, ketika akan masuk dan menyerahkan tiket pada petugas yang menjaga pintu, ternyata kami baru tahu bahwa seharusnya di Terminal 2 bukan Terminal 1. Jadilah kami senyum-senyum malu, udah sok keren pakai kacamata hitam segala eh salah Terminal :v

                Ya sudah, dengan naik bus yang disediakan bandara kami pun menuju Terminal 2. Untung gak ketinggalan pesawat. Yang kedua, saat sedang asyik menanti pesawat (di kamar mandi buat boker), ternyata ada panggilan pada si Ucup untuk urusan bagasi. Wah, keril kami kena nih. Apakah pisau si Madun atau kerambit saya ya? Ternyata, setelah H2C, yang kena adalah 6 kaleng gas yang ada di keril saya. Alamaaaak, gas seharga 72k hasil beli sambil hujan-hujanan di Pasar Simpang Bandung kena sita hiks T.T

                Pada pukul 09.08 WIB, pesawat akhirnya terbang. Wuuuush, cukup 45 menit dan sampailah kami di Bandara Internasional Praya, Lombok. Panas sekali ternyata Pulau Lombok. Bangka saja tidak sepanas ini saya pikir. Oh ya, dari sini jika menggunakan travel Anda akan kena 200ribu ke Senaru.

Praya, Lombok!

Madun, single and available :)
Yok, para cewek sila kenalan sama beliau

Tuh, tarifnya resmi
Bagi yang mau ke Sembalun, ambil yang No. 3

Nasi Campur khas Lombok

Latar belakangnya Masjid Jami' Masbagik

Naik pick up sayur

Beliau adalah wanita tangguh
Sembah sujud kami untuk para Ibu yang mulia :)

Single and available juga :v

Setelah diskusi sebentar, akhirnya kami memutuskan untuk naik Bus Damri saja ke Masbagik, dan dari sana kami nantinya akan naik pick up sayur ke Sembalun. Perjalanan ke Masbagik kira-kira 45 menit, dan ke Sembalun 45 menit juga. Di Pasar Masbagik, kami membeli barang-barang yang dibutuhkan seperti logistic, air mineral, gas, makan siang, dan kacamata hitam!

Yang saya kagumi dari Orang Lombok adalah kejujuran dan kebaikan hati mereka. Tidak mentang-mentang melihat ada pendatang, lalu harga dijadikan mahal. Tidak gara-gara lihat ada orang bawa keril lalu ditipu jalur agar bayar mahal. Dan tidak gara-gara lihat orang jawa jadi pengen memeras. Tidak, Orang-orang Pulau Seribu Masjid jauh dari itu. Jadi, jangan kaget jika ada orang tiba-tiba kok berlaku baik. Berbaik sangka saja, sejauh ini saya belum pernah menyesal akibat mengikuti saran Orang Lombok :)

                Misal, sopir Damri tersebut mengantarkan kami ke tempat pick up sayur biasa mangkal bahkan kami dititipkan pada orang-orang di situ. Dibilang kami pendatang dan butuh bantuan. Padahal seharusnya Bus Damri tidak melewati tempat tersebut. Kemudian, ada tukang parkir yang (maaf) bisu, namun begitu perhatian pada kami. Mengingatkan apakah logistic sudah lengkap, membantu memasangkan keril yang sudah mulai berat (keril saya 21,5 kg), dan menawarkan untuk memotret kami dengan latar belakang Masjid Jami’ Masbagik. Tanpa meminta apapun dari kami. Kemudian semua sopir dan tukang yang kami tumpangi, harganya tidak wajar. Tidak wajar karena saking murahnya hehehe.

                Saat naik pick up, bukan berarti tanpa resiko. Resiko terbesarnya adalah hujan, dan itu berarti Anda harus berjibaku dengan terpal. Karena selain ada keril yang harus diselamatkan, saat itu kami ada barengan dua orang nenek-nenek. Kasian juga beliau berdua ini kehujanan :(

                Singkat cerita, sampailah kami di Desa Sembalun Lawang. Di sini terdapat pos pendaftaran, yang akan mendata berapa lama Anda akan di atas dan data rombongan. Sehingga, jika sampai waktu yang direncanakan kok tidak turun-turun berarti Anda perlu dijemput—semoga saja tidak. Untuk biaya, pada saat itu cukup 5k rupiah untuk wisatawan local dan 150k untuk wisatawan mancanegara. Sama yang gini-gini demen sekali saya, biar para bule itu yang digetok aja hahahaha. Untuk jasa porter, berkisar antara 150k-250k per orang per hari. Tergantung nego, dan saya kurang paham yang beginian karena tidak kuat bayar porter hehehe.


Sampai di Pos 0, alhamdulillah...

Tuh keliatan, Sang Dewi sedang mengintip dari balik awan

Ih, kok malu-malu siiiiih u,u

                Namun, menurut cerita dari Bang Rizkal, pemimpin rombongan dari Bali yang ketemu di pos pendaftaran, akan lebih enak jika naik pick up sebentar ke Pos Bayangan saja. Tidak langsung naik dari gerbang Sembalun Lawang. Cukup bayar 5k, dan kami katanya akan menghemat waktu 0.5-1 jam. Oke, jos!

                Setelah sholat, repacking, dan siap-siap, mulailah pendakian hari pertama dengan target Pos 2. Sebuah target yang sekarang saya sadari sangat konyol. Karena, jauh banget mameeeen hahaha. Padahal kami baru memulai pendakian jam 17.00 WIB dengan kondisi keril masih dalam beban sempurna dan kelelahan akibat perjalanan. Namun percayalah bos, pemandangan savanna di depan sana membuat hati riang.

                Tetapi pendakian jadi agak membuat merinding ketika kami harus melewati hutan sebelum Pos 1 saat maghrib. Bayangan bahwa kami di pulau orang, belum sholat, maghrib-maghrib, di hutan pula. Tanpa sadar bibir ini selalu berdzikir dan kerambit saya posisikan di tempat yang mudah dijangkau. Siap untuk segala kemungkinan, kali aja ada “lemper putih” nongol.

                Akhirnya kelegaan menyelimuti ketika tercium aroma asap kayu bakar. Benar saja, di depan ternyata rombongan Bang Rizkal telah membuka tenda. Sehingga hari itu kami tutup dengan buka tenda, masak, sholat, dan tepar. Selamat tiduuuuur u,u

Estimasi waktu:


23-12-2014
07.00                                     Berangkat dari Mojokerto ke Surabaya
09.08-11.00                         Surabaya-Lombok (WIB-WITA)
12.30-13.15                         Bandara Praya-Masbagik
13.15-15.00                         Cari logistic, makan siang
15.00-16.00                         Masbagik-Sembalun Lawang
16.00-17.15                         Sembalun Lawang-Jalan Tembus, ishoma, repacking
17.15-19.30                         Pos 0 ke Pos 0.5
19.30-21.00                         Masak, sholat, dkk

Estimasi pengeluaran pribadi
Rp 300.000,-                       Tiket pesawat
Rp 75.000,-                          Airport Tax, saya sebel sama pajak. Zakat aja gak gini2 banget zzzz
Rp 30.000,-                          Damri Bandara-Masbagik
Rp 13.000,-                          Nasi Campur
Rp 20.000,-                          Kacamata :v
Rp 25.000,-                          Pick up dari Masbagik-Sembalun Lawang. Rasakan murahnya!
Rp 5.000,-                            Sembalun Lawang-Jalan Tembus
Rp 198.000                          Total biaya dari Mojokerto-Pos 0.5!

1 komentar:

  1. Assalamualaikum bang
    Kira² kalo mudik pake keril naik pesawat keliatan aneh gaa ya?
    Mohon direspon bang
    Tks

    BalasHapus