Inilah cerita
terpanjang saya, jadi jika Anda malas membacanya sila langsung scroll ke paling bawah dan lihat
ringkasan waktunya saja. Apalagi saya menuliskannya per hari, jadi alamat
panjang bener hahaha.
Day 1, 23-12-2014
Setelah
sejenak mengisi ulang tenaga dan nutrisi di rumah Ucup, inilah perjalanan kami
yang sesungguhnya dimulai: Mencumbu Sang Dewi. Gunung Rinjani (3726 mdpl) terletak di pulau
Lombok-Nusa Tenggara Barat. Gunung ini merupakan gunung berapi kedua tertinggi
di Indonesia, gunung tertinggi ketiga di Indonesia, dan mempunyai danau yang
bernama Segara Anak. Puncak Rinjani dapat ditempuh melalui dua jalur, yaitu
jalur Sembalun dan jalur Senaru. Rute Sembalun agak panjang tetapi datar, dan
cuaca lebih panas karena melalui padang savana yang terik. Rute Senaru adalah
tanjakan tanpa jeda, tetapi cuaca lembut karena melalui hutan.
Foto dulu sama Ibunya Mochammad Yusuf Bachtiar Mohon restunya Ibu, terimakasih telah menampung dua teman putramu :') |
Sesi foto ganteng dulu |
Untuk
kawan-kawan yang ingin menikmati puncak dulu baru turun ke danau Segara Anak di
sarankan berangkat melalui rute Sembalun dan turun melalui rute Senaru. Dan
sebaliknya apabila ingin menikmati danau Segara Anakan baru kemudian puncak dianjurkan
berangkat melewati rute Senaru dulu baru turun melalui rute Sembalun. Hal ini
di karenakan rute Senaru lebih dekat ke danau Segara Anakan, dan apabila kita
melalui rute Senaru maka kita akan bertemu danau Segara Anakan terlebih dahulu.
Bagi yang bahkan belum tahu apa itu Gunung Rinjani, sila bertanya pada Syaikh
Google dulu ya :)
Kembali pada cerita pokok. Kami bangun
pagi-pagi, dan aksi backpacker coret
kami dipermulus dengan diantarnya kami ke Bandara Juanda oleh sopir Bapaknya
Ucup. Yeah, tak perlu naik angkutan umum. Dan, berkat gerilya si Madun, kami
mendapatkan tiket promo ke Lombok seharga 300 ribu rupiah saja. Murah kan? Naiknya,
Air*sia bro, sebelum ada musibah perjalanan Surabaya-Singapura itu. Jadi, kami
bisa tenang. *Semoga pencarian korban dan badan pesawat bisa dipercepat, aamiin…
Selfie sebelum sadar salah terminal -_- |
Nah, ini Terminal 2 Bandara Juanda |
:3 |
Pamer keril dulu :v |
Kaos kakinya Madun unyu coy! :v |
Ada dua kejadian konyol saat
kami akan melakukan penerbangan ke Lombok. Yang pertama, ketika akan masuk dan
menyerahkan tiket pada petugas yang menjaga pintu, ternyata kami baru tahu bahwa
seharusnya di Terminal 2 bukan Terminal 1. Jadilah kami senyum-senyum malu,
udah sok keren pakai kacamata hitam segala eh salah Terminal :v
Ya sudah, dengan naik bus yang
disediakan bandara kami pun menuju Terminal 2. Untung gak ketinggalan pesawat.
Yang kedua, saat sedang asyik menanti pesawat (di kamar mandi buat boker), ternyata
ada panggilan pada si Ucup untuk urusan bagasi. Wah, keril kami kena nih. Apakah
pisau si Madun atau kerambit saya ya? Ternyata, setelah H2C, yang kena adalah 6
kaleng gas yang ada di keril saya. Alamaaaak, gas seharga 72k hasil beli sambil
hujan-hujanan di Pasar Simpang Bandung kena sita hiks T.T
Pada pukul 09.08 WIB, pesawat
akhirnya terbang. Wuuuush, cukup 45 menit dan sampailah kami di Bandara
Internasional Praya, Lombok. Panas sekali ternyata Pulau Lombok. Bangka saja
tidak sepanas ini saya pikir. Oh ya, dari sini jika menggunakan travel Anda
akan kena 200ribu ke Senaru.
Praya, Lombok! |
Madun, single and available :) Yok, para cewek sila kenalan sama beliau |
Tuh, tarifnya resmi Bagi yang mau ke Sembalun, ambil yang No. 3 |
Nasi Campur khas Lombok |
Latar belakangnya Masjid Jami' Masbagik |
Naik pick up sayur |
Beliau adalah wanita tangguh Sembah sujud kami untuk para Ibu yang mulia :) |
Single and available juga :v |
Setelah
diskusi sebentar, akhirnya kami memutuskan untuk naik Bus Damri saja ke
Masbagik, dan dari sana kami nantinya akan naik pick up sayur ke Sembalun. Perjalanan
ke Masbagik kira-kira 45 menit, dan ke Sembalun 45 menit juga. Di Pasar Masbagik,
kami membeli barang-barang yang dibutuhkan seperti logistic, air mineral, gas,
makan siang, dan kacamata hitam!
Yang
saya kagumi dari Orang Lombok adalah kejujuran dan kebaikan hati mereka. Tidak mentang-mentang
melihat ada pendatang, lalu harga dijadikan mahal. Tidak gara-gara lihat ada
orang bawa keril lalu ditipu jalur agar bayar mahal. Dan tidak gara-gara lihat
orang jawa jadi pengen memeras. Tidak, Orang-orang Pulau Seribu Masjid jauh
dari itu. Jadi, jangan kaget jika ada orang tiba-tiba kok berlaku baik. Berbaik
sangka saja, sejauh ini saya belum pernah menyesal akibat mengikuti saran Orang
Lombok :)
Misal, sopir Damri tersebut
mengantarkan kami ke tempat pick up sayur biasa mangkal bahkan kami dititipkan
pada orang-orang di situ. Dibilang kami pendatang dan butuh bantuan. Padahal seharusnya
Bus Damri tidak melewati tempat tersebut. Kemudian, ada tukang parkir yang
(maaf) bisu, namun begitu perhatian pada kami. Mengingatkan apakah logistic sudah
lengkap, membantu memasangkan keril yang sudah mulai berat (keril saya 21,5
kg), dan menawarkan untuk memotret kami dengan latar belakang Masjid Jami’
Masbagik. Tanpa meminta apapun dari kami. Kemudian semua sopir dan tukang yang
kami tumpangi, harganya tidak wajar. Tidak wajar karena saking murahnya hehehe.
Saat naik pick up, bukan berarti
tanpa resiko. Resiko terbesarnya adalah hujan, dan itu berarti Anda harus
berjibaku dengan terpal. Karena selain ada keril yang harus diselamatkan, saat
itu kami ada barengan dua orang nenek-nenek. Kasian juga beliau berdua ini
kehujanan :(
Singkat cerita, sampailah kami
di Desa Sembalun Lawang. Di sini terdapat pos pendaftaran, yang akan mendata
berapa lama Anda akan di atas dan data rombongan. Sehingga, jika sampai waktu
yang direncanakan kok tidak turun-turun berarti Anda perlu dijemput—semoga saja
tidak. Untuk biaya, pada saat itu cukup 5k rupiah untuk wisatawan local dan
150k untuk wisatawan mancanegara. Sama yang gini-gini demen sekali saya, biar
para bule itu yang digetok aja hahahaha. Untuk jasa porter, berkisar antara
150k-250k per orang per hari. Tergantung nego, dan saya kurang paham yang
beginian karena tidak kuat bayar porter hehehe.
Sampai di Pos 0, alhamdulillah... |
Tuh keliatan, Sang Dewi sedang mengintip dari balik awan |
Ih, kok malu-malu siiiiih u,u |
Namun, menurut cerita dari Bang
Rizkal, pemimpin rombongan dari Bali yang ketemu di pos pendaftaran, akan lebih
enak jika naik pick up sebentar ke Pos Bayangan saja. Tidak langsung naik dari
gerbang Sembalun Lawang. Cukup bayar 5k, dan kami katanya akan menghemat waktu
0.5-1 jam. Oke, jos!
Setelah sholat, repacking, dan siap-siap, mulailah
pendakian hari pertama dengan target Pos 2. Sebuah target yang sekarang saya
sadari sangat konyol. Karena, jauh banget mameeeen hahaha. Padahal kami baru
memulai pendakian jam 17.00 WIB dengan kondisi keril masih dalam beban sempurna
dan kelelahan akibat perjalanan. Namun percayalah bos, pemandangan savanna di
depan sana membuat hati riang.
Tetapi pendakian jadi agak
membuat merinding ketika kami harus melewati hutan sebelum Pos 1 saat maghrib.
Bayangan bahwa kami di pulau orang, belum sholat, maghrib-maghrib, di hutan
pula. Tanpa sadar bibir ini selalu berdzikir dan kerambit saya posisikan di
tempat yang mudah dijangkau. Siap untuk segala kemungkinan, kali aja ada “lemper
putih” nongol.
Akhirnya kelegaan menyelimuti
ketika tercium aroma asap kayu bakar. Benar saja, di depan ternyata rombongan
Bang Rizkal telah membuka tenda. Sehingga hari itu kami tutup dengan buka
tenda, masak, sholat, dan tepar. Selamat tiduuuuur u,u
Estimasi waktu:
23-12-2014
07.00 Berangkat dari Mojokerto ke Surabaya
09.08-11.00 Surabaya-Lombok
(WIB-WITA)
12.30-13.15 Bandara Praya-Masbagik
13.15-15.00 Cari logistic, makan
siang
15.00-16.00 Masbagik-Sembalun
Lawang
16.00-17.15 Sembalun Lawang-Jalan
Tembus, ishoma, repacking
17.15-19.30 Pos 0 ke Pos 0.5
19.30-21.00 Masak, sholat, dkk
Estimasi
pengeluaran pribadi
Rp 300.000,- Tiket pesawat
Rp 75.000,- Airport Tax, saya
sebel sama pajak. Zakat aja gak gini2 banget zzzz
Rp 30.000,- Damri Bandara-Masbagik
Rp 13.000,- Nasi Campur
Rp 20.000,- Kacamata :v
Rp 25.000,- Pick up dari
Masbagik-Sembalun Lawang. Rasakan murahnya!
Rp 5.000,- Sembalun
Lawang-Jalan Tembus
Rp 198.000 Total biaya dari
Mojokerto-Pos 0.5!
Assalamualaikum bang
BalasHapusKira² kalo mudik pake keril naik pesawat keliatan aneh gaa ya?
Mohon direspon bang
Tks